Chapter 8

11.6K 1.3K 104
                                    

ELISA POV

Aku tidak tahu apa yang dikatakan Reynold pada Robert. Tapi pada keesokan hari ketika aku baru saja bangun tidur, seorang penjaga datang ke kamarku dan menyampaikan pesan dari Reynold bahwa rencana jalan-jalan kami telah disetujui oleh Robert. Aku tidak ingin ambil pusing tentang caranya mendapat izin. Jadi, tanpa banyak pikir lagi, aku segera meminta Merry, Anne, dan Olive untuk menyiapkan berbagai hal yang mungkin aku butuhkan.

Dan hari ini, adalah hari di mana aku akan keluar bersama dua bocah laki-laki keluarga Duke Silvord.

"Nona, Nona jaga diri baik-baik. Dengarkan nasihat kedua kakak Nona. Jangan pergi jauh dari mereka." Ujar Merry yang tampak khawatir sembari memasangkan jubah berwarna putih padaku.

Aku tersenyum dan memegang lengannya yang sibuk bekerja itu hingga terdiam, "Merry jangan takut, Kak Reynold dan Kak William pasti akan menjagaku dengan baik."

Anne dan Olive juga datang mendekatiku. Sembari memperbaiki kunciran rambutku, Anne juga ikut bersuara, "Padahal Anda hanya akan pergi sampai malam. Tapi rasanya saya akan sangat rindu bila tidak ada Nona."

Aku tertawa pelan, "Anne sudah seperti Ciel saja yang tidak bisa jauh dariku." Ucapku.

Mereka bertiga ikut tertawa pelan. Setelah itu, ketiga maid yang sudah seperti keluargaku itu ikut mengantarkan aku keluar. Sepanjang jalan menuju pintu, aku sibuk memberi tahu ketiga pelayanku itu untuk melakukan berbagai hal yang biasa aku lakukan selama aku pergi, terutama mengenai Ciel.

"Merry, Anne, Olive. Aku minta kalian jaga Ciel baik-baik. Kalau saat aku pulang dan Ciel terluka, kalian akan dapat hukuman dariku." Peringatku.

Merry terkekeh, "Baik, Nona. Kami pasti akan menjaga Tuan Muda dengan baik."

Setelah tiba di depan pintu, aku melihat Reynold dan William sudah berdiri dengan tenang disana.

'Oh, tidak biasanya mereka akur.'

"Kakak!"

Reynold dan William yang mendengar panggilanku segera menolehkan kepala mereka. Seperti biasa, Reynold akan tersenyum ketika melihatku. Sedangkan William... ya, sudahlah.

Aku berlari kecil mendekati mereka. Tidak lupa, senyuman manis aku edarkan untuk menarik perhatian. Kakak tertua Elisa yang terlihat gemas tiap kali melihatku langsung mengacak rambutku pelan dan menarik hidungku.

"Cantik sekali, adik siapa ini?" Ujarnya menggoda.

Aku tersenyum, "Adik Kak Reynold!" jawabku tanpa ragu sambil memeluk lengannya.

"Ekhem."

Aku menoleh dan mendapati William membuang muka setelah berdeham sekali. Aku tersenyum gemas melihat tingkahnya yang malu-malu tapi mau itu.

'Dasar tsundere.'

Aku berlari berpindah memeluk lengannya sambil tersenyum riang, "Adik Kak William juga."

William melihatku selama beberapa detik, kemudian membelai rambutku sekali. Setelah itu, ia segera menarik tangannya kembali dan membuang muka.

'Hm? Jarang-jarang bocah es mau mengelus kepalaku.'

Aku tersenyum kecil. Suatu kemajuan bisa membuat bocah es satu ini jadi menyayangiku meski sedikit. Jika aku terus berusaha, mungkin aku bisa membuatnya menjadi seramah Reynold. Dengan begitu, aku jadi tidak perlu terlalu khawatir lagi mengenai nasibku nanti.

Sebuah kereta kuda berukuran lumayan besar berhenti di depan kami. Seorang pelayan membukakan pintu.

"Elisa, ayo masuk." Ajak Reynold.

Kehidupan Kedua Putri Duke Yang TerlantarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang