Chapter 2

20.1K 1.9K 150
                                    

ELISA POV

"Nona, Anda sudah bangun?"

"Nona mau apa? Minum, makan, atau beristirahat kembali?"

"Nona, jangan memaksakan diri untuk bangun dulu."

Aku menatap mereka secara bergantian. Siapa mereka? Mengapa wajah-wajah asing ini terus menempel padaku? Kenapa juga mereka memanggilku Nona? Dan anehnya lagi, mengapa aku dapat mengerti bahasa asing mereka yang belum pernah kudengar sebelumnya?

"Kakak-kakak ini siapa?" Tanyaku dengan lugu. Mereka saling pandang, kemudian menatapku kembali dengan mata yang berkaca-kaca.

"Nona, Anda tidak mengingat kami?!" Aku menggelengkan kepala kuat-kuat.

"Nona!" Teriak mereka sambil menangis. Apa aku salah bertanya? Mengapa mereka bertiga malah menangis?

"Saya Merry, dan mereka berdua adalah Anne dan Olive." Ujar salah satunya, menunjuk kedua temannya yang lain yang tengah sibuk menyapu mata penuh air mata.

"Hm, lalu?" Tanyaku lagi.

"Kami bertiga adalah pelayan pribadi Nona." Ujar mereka serempak sembari membungkuk hormat di hadapanku.

Aku terbengong sesaat menatap mereka dari atas ke bawah. Serius? Kakak-kakak ini adalah pelayan pribadiku? Orang yang akan mengurusku seperti yang diceritakan di novel-novel ataupun cerita kerajaan itu?

'Apakah aku melakukan suatu kebaikan besar tanpa kusadari sehingga bisa mendapatkan keberuntungan seperti ini?'

"Ekhem. Baiklah, semuanya berdiri dan berhenti menangis." Aku berkata dengan sok anggun. Mereka mengikuti perintahku untuk berdiri tegak, namun pandangan mereka masih terpaku pada lantai.

"Lihat ke arahku." Aku berkata setelah sempat menghela napas.

Kakak-kakak pelayan itu melihatku, "Kalau kalian adalah pelayanku, lalu, aku ini siapa?" Tanyaku pada mereka.

Mata mereka membulat, "Nona juga tidak ingat siapa nama Anda?" Tanya Olive. Ia terlihat sangat terkejut.

"Tidak." Jawabku dengan enteng.

'Jangankan ingat, ini badan punya siapa juga aku tidak tahu.'

"Nama Anda, Elisa von Silvord. Anda adalah putri pertama dari Tuan Robert von Silvord, perdana menteri Kerajaan Telestia." Jawab Anne.

Aku membulatkan mata penuh.
'Putri dari perdana menteri?! Aku tidak salah dengar, kan?'

"Pe-Perdana menteri?" Tanyaku.

Merry, Anne, dan Olive, serentak mengangguk dengan percaya diri. Aku membuka mulut, takjub. Apakah Tuhan sedang berbaik hati mengirimku ke dunia penuh kebahagiaan ini untuk mengganti hidupku yang mengenaskan di masa lalu?

"Kenapa rasanya aku seperti terbangun setelah tertidur lama? Seluruh tubuhku terasa sakit dan kaku." Aku rasa, aku adalah satu-satunya anak berusia tiga tahun yang paling cerewet dan paling ingin tahu di dunia ini. Karena kalau di Jepang, anak berusia tiga tahun sepertiku mungkin hanya tahu bermain dan berlarian saja.

"Sebenarnya, beberapa waktu yang lalu Anda mengalami kecelakaan. Nona sudah tertidur selama satu bulan sejak kecelakaan tersebut." Merry terlihat sedih.

Aku menatap ketiga orang tersebut yang kembali menangis. Tertidur selama satu bulan?! Pantas saja Merry, Anne, dan Olive, sebegitu senangnya saat melihatku terbangun dari tempat tidur dan sibuk memukul-mukul cermin. Kupikir mereka akan mengira aku aneh, tapi ternyata mereka malah terharu dan langsung memelukku.

"Di mana Papa dan Mama?"

Mereka saling pandang. Merry menunjuk-nunjuk Anne, sedang Anne menunjuk-nunjuk Olive. Semuanya tidak ada yang mau bicara. Aku hanya melihat mereka yang saling melimpahkan tugas ke satu sama lain dengan malas.

Kehidupan Kedua Putri Duke Yang TerlantarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang