TGS|16

2.4K 282 32
                                    

Mulmed diatas puter gih, semua lagunya mbak Sel aku sukak, iya sukak kamu juga.

Selamat membaca : )

Perlahan, kaki Dina mulai melangkah memasuki kamar dengan pintu berwarna cat abu-abu tua itu. Sesaat, diambang pintu langkahnya tertahan, Dina tidak bisa menutupi kemrindingan di tubuhnya, bahwa emang benar, belum masuk seutuhnya ke dalam saja, hawa dinginnya seakan benar-benar nyata menyambutnya.

"Trio," panggil Dina, terhitung sudah ke tiga kalinya, berharap laki-laki itu mau mengalah, keluar dari kamarnya.

Tetapi sayang, harapannya ngga terkabulkan. Ya sudah deh, mau tidak mau Dina memberanikan diri masuk, ngga lama karena  detik berikutnya Dina sudah berada di dalam kamar Trio seutuhnya. Lalu...

Ceklek

Bunyi pintu yang telah terkunci itu, sukses membuat Dina berjengit kaget, otomatis tubuhnya berpaling. Yang Dina lihat pertama kali, disana, di pintu yang udah tertutup rapat itu, ada Trio yang keadaannya bisa dikatakan. Tidak seperti biasanya, kenapa bisa?

"Ka-kamu kenapa, Trio!"

Dina, buru-buru mendekati Trio.
Trio bergeming, diam menyaksikan Dina yang khawatir akan keadaannya, ini lah yang laki-laki itu inginkan.

"Hiks, kenapa?" panik Dina kemudian terisak. Trio benar-benar telah membuatnya takut. Dia mendongkak, menatap raut wajah Trio yang tak sedekit pun mengeluarkan espresi, datar, walaupun begitu, tatapannya masih saja menatap Dina tajam dan dalam.

Tangan laki-laki itu, membelai wajah ayu milik pacarnya. Ya memang, bagaimana pun Dina, di mata Trio, dialah yang paling cantik. Mendapat perilaku seperti itu, tubuh Dina kian bergetar ketakutan. Saat merasakan sendiri, tangan Trio yang biasanya hangat, yang biasanya bersih tanpa noda sekalipun. Kini berbanding terbalik, bersamaan dengan darah kental yang terus saja, keluar dari buku jari milik Trio.

Apa yang sebelumnya laki-laki itu perbuat hingga jadi begini?

°•°•°•°•°•°

"Selesai." Dina membelai, perban yang baru saja ia lilitkan disekitaran tangan kanan milik Trio. Lalu tanpa rasa malu sedikit pun, Dina mengecupi bagian itu sambil meniupnya pelan. Beruntung dikamar Trio, ada juga kotak P3K yang tersimpan diatas nakas.

"Sakit-sakit, pergilah. Kasian pacarku ini," kata Dina, berharap ucapannya bisa terkabulkan. Nyatanya, Trio yang mendapatakan luka itu, justru nampak biasa-biasa aja.

Dina heran, apa dia ngga memiliki rasa nyeri atau sakit sedikit pun.

Menghembuskan napasnya pelan, Dina mencoba membuka mulutnya saat keduanya, sudah lama saling diam.

"Apa yang terjadi, sampai kamu jadi begini?" tanya Dina, dahinya mengernyit menatap Trio yang masih keliatan tak bersahabat, tapi anehnya tetap membiarkan Dina memegang tangannya.

"Trio, plis, jawab. Jangan buat aku bingung gini," desak Dina frustasi, kalau sampai pertanyaan ini ngga juga Trio jawab, sebaiknya Dina pulang saja.

Ya, Dina berdiri dari duduknya hendak keluar dari sini.

"Kamu ngga bakal bisa pergi. Pintu itu udah terkunci dan kuncinya, ada di aku," ucap Trio akhirnya, suara serak nan basahnya sukses buat Dina merinding.

Eh tunggu, sial! Berarti dia bakal terkurung dikamar Trio terus kalau begini.

Dina kembali, menghadap Trio. Kali ini, Dina bersedekap dada, memasang ekspresi garangnya, "Oh kalau gitu, aku keluar lewat jendela besar itu aja deh. Remuk-remuk deh badan aku," ancam Dina sewot, langkahnya mulai mendekati jendela balkon kamar Trio.

Trio Get, SheWhere stories live. Discover now