TGS|7

3.2K 281 8
                                    

Ish!

Dina lagi-lagi berdecak kesal,seseorang yang dari tadi jadi sumber kepikirannya--ya dia Trio, terus saja mengirimkannya pesan berisikan permintaan maaf. Heran deh, ketauan banget kan si Trio buat salah sama Dina. Iya dia salah udah main di belakang Dina, alias selingkuh gitu.

Benar-benar ngga nyangka, Trio yang dari beberapa tahun lalu hingga sekarang, selalu menunjukan sikap posesif dan pencemburuan itu, seakan ngga mau Dina sampai diambil cowok lain. Sekarang, malah dengan tega melakukan hal diluar nalar Dina.

Trio dengan segala sifat dan perilaku yang ngga bisa ditebak. Dan sekarang Dina jadi agak membencinya. Bukannya menuduh, pasalnya Trio ngga pernah menyimpan nomor kontak perempuan lain, kecuali Dina dan Mama Trio saja.

Arggh! Kesal deh.

"Na, udah istirahat. Ngga mau nge-kantin jajan gitu? Mau nitip ngga, sini deh aku belikan tapi pake duitmu ya, hehe." Ruli, mendekati Dina yang sedang frustasi dibangkunya, entah kemana Nasyila. Biasanya ketiganya ngga pernah pisah.

Dina berdehem, berusaha menenangkan dirinya sendiri. Kalau lagi disuasana hati tak enak begini, Dina suka sekali kalap hingga membuat sahabatnya yang tak bersalah kena omongan pedas nan ngegasnya.

"Ngga deh Rul. Lagi ngga kepengen jajan. Kamu aja gih," Dina merogoh saku roknya, mengeluarkan uang seratus ribu hendak diberikannya pada Ruli.

Mata Ruli auto berbinar-binar liat duit, belum disodorin aja tangan Ruli sudah gercep mengambil uang berwarna merah itu dari tangan Dina.

"Makasih! Hehe, muach! Nana emang yang terbaik," katanya bersemangat, sekali lagi Dina tegaskan. Ruli bukan teman yang mau mendekatinya karena duit saja, Dinanya aja yang baik. Sekali suka dan nyaman sama seseorang itu, Dina ngga segan-segan memberikan apa yang bisa dia berikan. Kaya uang itu.

Nyatanya, uang tadi awalnya kan pemberian dari Trio. Argh! Memikirkannya kembali membuat Dina, badmood.

Dina mengganguk. "Hm, itu bagi dua sama Nanas. WOI JANGAN LUPA RUL!" ucapnya ngegas diakhir kalimat.

Aelah, selalu. Belum sempat merampungkan pembicaraannya, Ruli sudah ngacir duluan ke luar kelas. Untungnya sebelum benar-benar pergi, diambang pintu Ruli mengacungkan jempolnya 'sip'. Seakan mengerti apa yang Dina bicarakan.

Awas saja, kalau Ruli ngga berbagi duitnya pada Nasyila. Cowok dengan tingkah kebocahan itu, bakal Dina marah-marahin.

Okay, gara-gara Irul pikirannya jadi teralihkan tadi. Dan sekarang hal yang ngga ingin Dina pikirkan kembali lagi. Membuat Dina pusing, kepalanya nyut-nyutan! Stres!

Gara-gara main pacar-pacaran jadi begini kan akibatnya.

"Lagian, apa salahnya cemburu. Katanya cemburu kan tanda cinta, eh." Mendengar omongannya sendiri seketika membuat Dina memegang bagian dadanya, jantungnya berdegup kencang disana. Mungkinkah sekarang Dina sudah mulai menerima Trio, buktinya dia bilang cinta tadi. Eh benarkah, Dina sudah mencintai Trio.

Kata-kata itu terus membuat Dina kepikiran. Jadi, sebaiknya Dina membuktikan saja nanti. Jika dia mencintai Trio, Dina berjanji tidak akan membiarkan Trio menggandeng tangan cewek lain, hanya Dina saja yang boleh.

Oleh sebab itu, Trio harus tanggung jawab atas perasaan Dina!

°•°•°•°•°•°

Bunyi 'klinging' saat seseorang mendorong pintu cafe tersebut sama sekali, ngga membuat seorang laki-laki dengan pakain kaos putihnya yang terbungkus jaket berwarna hitam... mengalihkan perhatiannya. Dia terus menunduk menatap potret seseorang yang ada dilayar ponselnya dengan pandangan kentara sangat memuja.

Trio Get, SheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang