Prolog

497 29 37
                                    

Didalam sebuah apartemen, terlihat seorang gadis menatap setumpuk sandwich didepannya dengan penuh rasa muak. Dia tiba tiba saja teringat tentang kedua orang tua angkatnya yang selalu memperhatikannya. Sejujurnya dia merasa infil bila terus diperlakukan seolah anak kecil yang terus meminta ditemani, tidak! Leo bukan si manja seperti itu.

"Ah jadi gua harus ngelakuin ini lagi ya?" Diambilnya secarik perban untuk menutup tubuh bagian atasnya. Dia tidak sakit. Dia juga tidak terluka. Tapi dia menggunakan perban itu untuk menutupi dada ratanya.

Hari ini dan seterusnya dia bukanlah Chrysta Leonard, melainkan dia adalah Leo Alfaro. Otomatis dia bukan lagi Leona si gadis cantik yang suka marah. Sejak 6 tahun lalu, dia sudah menyamar menjadi laki laki untuk menyembuhkan androphobia-nya. Sekarang dia adalah Leo si pria dingin yang suka memukul siapapun yang menatapnya, terutama laki laki.

Brakk!!

Leona membanting pintu. Kasar! Kepribadian wanitanya hilang karena dia bersikap seolah dia adalah lelaki.

'Dia lagi! Bisa gak sih sehari aja jangan melototin gua gitu? Punya tetangga kok gini amat dah, gua tonjok mantep tuh muka'

Ternyata Sehari tanpa menggerutu sangat mustahil bagi Leo. Lihat, kini dia melirik sadis kearah orang itu.

Dimata Leo, tetangganya bagai om om pedo yang langsung memikirkan hal begituan ( senonoh ) didepannya. Lagipula siapa yang tak pantas dipanggil pedofil jika terus mengamati dari atas sampai bawah? Bukankah itu pelecehan seksual??

'Gua benci dia!'

"Ngapain lo masih disini?"

Tak ada jawaban untuk pertanyaan Leo tadi. Dia dikacangi terang terangan oleh om pedo itu.

'Tangan gua dah gatel...'

Tiba tiba saja mata Leo membulat setelah melihat jam ditangannya. "Kampret gua telat lagi!!"

'Gara gara lo nih. Gua benci lo! Gua benci laki laki!!' Innernya menjerit.

Tak perlu membuang waktu. Leo langsung menancapkan gas pada motor ninja-nya itu. Dia menerobos lampu merah, bahkan sampai dikejar kejar polisi karena tiba tiba dia memotong jalur dan membahayakan pengguna jalan lainnya.

Namun, dia tak peduli.

Banyangkan saja polisi itu adalah si kelinci kecil yang meniup peluit untuk membuatnya berhenti melaju.

Citt!!

Remnya berdecit kencang. Rupanya dia berhenti disebuah persimpangan. Untuk apa dia berhenti disana? Bukankah sekolah masih jauh??

"Gua bilang jangan!!" Pekik seorang gadis yang mengenakan almamater sekolah yang sama dengan Leo.

"Cowo itu? Gua harus beri dia pelajaran!" Dengan anak buah berdiri dibelakangnya, dia menghadang Leo dipersimpangan jalan itu.

"Apa?" Tanya nya polos.

"Lo yang udah nyakitin hati isabel kan?" Gas Ketua geng itu. Dia menegapkan dadanya seraya bersiap untuk menerkam Leo, seperti cowok pada umumnya. "Isabel nolak gua gara gara lo bajingan!!"

Leo memutar bola matanya malas. "Lagian Isabel itu siapa?" Wajar saja, tidak mungkin dia menghafalkan semua wanita yang pernah menembaknya.

"Apa?!!" Pria itu terlihat naik pitam. Tentu saja perempuan tadi langsung mencegah sebuah pukulan melayang dari tangan pria yang mengaku ditolak dirinya. Apalah daya, kekuatan Isabel tak setara dengan dia. Alhasil sebuah pukulan melayang,

Sret!

Dengan santuy nya Leo menghindar. Untung saja dia sudah belajar karate selama 5 tahun, jadi Hanya cukup menggerakkan kepalanya kekanan sedikit, pukulan itu pun meleset.

Bugh!!

Siapa bilang Leona tak membalas? Tentu saja dia tak terima. Jika 1 + 1 = 2, maka satu pukulan harus dibalas dua kalinya, itulah prinsip hidupnya.

"BRENGSEK!!" Teriak anak buahnya dari belakang. Mereka pun tak segan segan menikam Leo dengan beberapa trik. Namun, tetap saja, akhirnya mereka kalah. Memangnya siapa yang mampu melawan juara karate itu? Bahkan lawannya sudah dapat tumbang hanya dengan tatapan kejinya saja.

"Hey jangan nangis" Lirih Leo pada Isabel yang telah merebeskan air mata. Isabel tersenyum mendengar dukungan orang yang didambakannya selama ini. Tak lama kemudian Leo kembali menaiki motornya ke sekolah.

~~~

Benar dugaannya, dia telat.

"Misi pak,"

"Maaf tapi kamu tidak boleh masuk" Ucap pak satpam.

"Saya telat karena saya nolong orang, pak" Ya tadi bisa disebut menolong orang sih.

"Kamu sudah kelas 12 harusnya lebih disiplin lagi!!" Tegas si satpam. "Sekali lagi kamu gak boleh masuk!"

Sebenarnya sudah berkali kali Leo terlambat. Itu akibat rutinitas paginya, melamun sebelum makan. Padahal melamun adalah tindakan yang kurang baik.

Leo tersenyum miring. "Oh gak boleh masuk ya,"

Dahinya menyirit. Matanya menyipit, menatap tajam targetnya. Ditambah seringai yang terpapar bersamaan dengan tatapan sadis itu. Tak heran jika dia sudah meregangkan otot otot jarinya hingga berbunyi kretek, kini dia siap memukul si satpam keras kepala itu.

"NGAMPURA DEK!!" Leo saja belum sempat memukul si satpam itu, tapi dia sudah buru buru membukakan pintu untuk Leo.

'Dari tadi kek'

Jurus ini sangat ampuh untuk siapa saja. Lagipula pak satpam selalu Leo kejutkan dengan hal ini. Mencari kesempatan dalam kesempitan, lebih tepatnya.

XII 1 IPA

Guru belum masuk, hari ini Leo sangat beruntung. arkhirnya dia bisa duduk dengan tenang. Dia meraba laci mejanya,

Srakk

'Ah ini lagi!' Bertumpuk tumpuk surat keluar dari lacinya. Benar, ini sudah biasa terjadi. Tak tanggung tanggung dia langsung membuang semua itu di tong sampah.

"Gantengnya natural"

"Kapan maz Leo mau baca surat gua ya?"

"Chat aja gak dibaca apalagi surat coba?! Tapi dia lumayan ganteng, gak malah ganteng sangad"

"Aaaa Maz Leo!!"

"Buang sampah aja masih ganteng, kyaaa!!"

Leo hanya menghela nafas. Sebenarnya dia ingin sekali membalas perasaan mereka. Tapi mengingat dia perempuan lalu jika dia berpacaran dengan perempuan, apa tidak akan disebut lesby? Atau jika dia menyatakan perasaannya ke laki laki tapi dia menyamar sebagai laki laki, sama saja dia homo. Jomblo adalah pilihan satu satunya Leo, dia pun mencoba menerima takdirnya dengan ikhlas.

'Gua adalah perempuan yang benci laki laki, tapi bukan berarti gua suka sesama jenis. Gua nyamar jadi laki laki karena phobia sama laki laki. Dan alasannya agar gua tidak menarik perhatian sebagai wanita. Setelah _kejadian itu_ gua mulai menyamar. Untuk ngelindungin diri, gua rela belajar karate'

Langkahnya kembali ke tempat duduk. Dia selalu menatap tajam kepada siapapun. Namun itu disalah artikan oleh perempuan. Para gadis menganggapnya sebagai ciri khas sang Leo dan menjadi kelebihannya, hal itu malah membuat leo terganggu. Bagi laki laki, tatapan tajam leo merupakan isyarat 'Siapapun yang berani dekat dekat maka harus menerima pukulan' itulah kira kira yang kaum lelaki pikirkan. Sehingga Leo dijuluki sebagai 'The Real Lion' mengingat, dia selalu memukul lelaki yang menatapnya, jadi tidak heran kalau itu yang Leo dapatkan.

"Kyaaa!!gantengnya" Ucap para perempuan.

"Jangan tatap matanya" Bisik seorang laki laki pada temannya meski dia sangat gemetar.

"Gua gak natap kok" jawab lelaki yang di bisiki.

'Gua bener bener benci laki laki!!'

~~~

New story guys^^

Moga moga aja kalian suka, Next??

A TIME TRAVELER [HIATUS]Where stories live. Discover now