Dunia Baru

127 12 1
                                    

Sejak mendapatkan informasi kalau brand fashion ternama itu ingin kembali bekerjasama dengan perusahaannya. Afaf bekerja dua kali lebih keras, ia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Seperti hari ini, jam sudah menunjukkan pukul delapan tapi Afaf masih berkutat dengan komputernya.

"Bu,"

"Dim kamu belum pulang? Saya gak nyuruh kamu lembur kan?"

"Emang enggak, Bu. Tapi ibu belum pulang."

"Kerjaan saya belum selesai."

"Ibu kan punya tim, punya anak buah, buat apa ngerjain semuanya sendirian?"

"Saya mau yang perfect buat project kali ini, saya gak mau gagal."

"Berarti ibu gak percaya sama kita."

"Bukan gak percaya, Dim—"

"Ibu kasih tahu aja, apa yang kurang dari semuanya, nanti kita yang memperbaiki sesuai keinginan Ibu."

Afaf menghela nafasnya. "Besok kita meeting deh. Saya agak kurang srek, sama design packaging eyeshadow pallet yang kemarin di kasih Dina."

"Nanti saya bilang sama yang lain, Bu."

"Bagus."

"Ibu udah makan?"

Afaf melirik jam tangannya. "Belum."

"Saya antar pulang ya, Bu. Sambil makan dulu nanti."

*****

Ada perasaan aneh yang Afaf rasakan saat bersama dengan Dimas. Entah sejak kapan hubungan karyawan dan bos, berkembang seaneh ini. Padahal Afaf bukan tipikal bos yang mudah bercengkrama dengan karyawannya.
Dan sekarang Afaf merasa nyaman-nyaman saja saat Dimas memberikan perhatian kecil yang tampak tak wajar, ia juga nyaman saat Dimas membicarakan masalah yang lebih personal.

"Ini Bu," Dimas memberikan sepiring mie ayam pada Afaf yang duduk di bangku plastik pinggir jalan.

"Makasih," Afaf mengangguk setelah mencicipi mie ayam favorit Dimas itu.

"Gimana?"

"Enak."  Afaf mengangguk. "Oh iya Dim. Saya mau nanya sesuatu sama kamu."

"Nanya apa bu?"

"Kenapa kamu nganggap saya lebih dari bos kamu?"

Dimas menyeruput es teh manisnya. "Oh itu, soalnya ibu mau nerima saya kerja di perusahaan ini cuma pake ijazah SMA. Saya sudah banyak gagal Bu dalam hidup, gagal jadi anak yang berbakti sama orang tua saya, gagal membuktikan kalau pilihan saya itu benar. Dan ini pertama kalinya saya merasa berhasil, dan gak nyangka kalau kinerja saya di apresiasi sebaik ini. Siapa sangka kalau saya bisa menggantikan Gea jadi sekertaris ibu, padahal saya cuma admin awalnya."

"Itu semua karena diri kamu sendiri, kamu bekerja dengan baik, kamu jujur, skil kamu juga baik, itu sebabnya saya terima kamu kerja disini dan angkat kamu jadi sekertaris saya. Bukan karena saya baik hati,"

"Itu yang bikin saya kagum sama ibu. Coba, CEO mana yang punya pemikiran seterbuka ini, yang tanpa ragu ngangkat seseorang jadi sekertarisnya cuma dengan modal ijazah SMA."

"Soalnya, CEO kamu ini juga cuma punya ijazah SMA doang."

Refleks Dimas menoleh dengan mulut ternganga tak percaya. "Hah?"

"Gak usah di ceritain deh, kisahnya panjang."

*****

Akhirnya kerja keras Afaf dan tim nya selama dua minggu tidak sia-sia. Karena brand fashion ternama itu menyetujui konsep yang mereka buat. "Excellent!" katanya. Dan ini juga kali pertama Dimas melihat senyum selebar ini terukir di wajah Afaf.

Kapan Nikah?Where stories live. Discover now