💘 6

7.5K 835 31
                                    

Sejak pulang dari Papua, perlahan namun pasti Arjuna menjadi bagian keluarga Rashad walaupun sehari-hari masih tinggal di barak bujang.

Bukan tanpa gosip. Rashad pun mendengarnya tapi meminta Arjuna untuk mengabaikan mereka. Karena iri hati sudah menjadi sifat manusia.

Dan apa yang ditakutkan Arjuna pun tak terbukti. Rashad sekeluarga termasuk Rene, suami Aisha, sudah menganggapnya sebagai Adik bungsu. Semakin lama ia semakin akrab termasuk dengan keluarga besar juga.

Lalu suatu hari selesai apel malam, Arjuna baru mendengar kabar tentang gempa dahsyat yang terjadi di sebuah pulau.

Esoknya ia baru diberitahu bahwa Sahil termasuk korban di sana. Dengan kecepatan penuh ia langsung melarikan motornya ke rumah Danyonnya.

"Assalamu'alaikum," ucap Arjuna. "Mama, Papa ... "

Pintu dibuka oleh Ira.

"Mbak, apa benar Mas Sahil..."

Ira mengangguk. "Ibu di kamar nangis terus dari kemarin."

"Permisi, saya masuk ya?" Setelah melepas sepatunya, Arjuna ke dalam.

Tampak Rashad sedang menghubungi seseorang. Sedang Rahil dan Rene tengah menghibur istri masing-masing.

"Maaf, Mama mana?" tanya Arjuna kepada Rahil.

"Coba lihat di kamar," jawab Rahil.

"Siap." Arjuna pun menuju kamar Frannie dan Rashad yang kebetulan tak ditutup pintunya.

Frannie duduk bersandar di tempat tidur. Ia memeluk guling sambil menangis.

"Mama ... " panggil Arjuna hati-hati.

"Juna, Sahil ... Sahil di sana. Belum ada kabar," kata Frannie disela sesenggukannya ketika melihat Arjuna mendekatinya.

"Mas Sahil sejak kapan ada di sana?" Arjuna tak berani bertanya untuk apa karena bisa jadi ada hubungannya dengan pekerjaan. Siapa yang tahu?

Frannie meraih selembar tissue dan membersit hidungnya. "Setelah pulang ke sini waktu itu, dia dan teman-temannya liburan di sana."

Arjuna terdiam. Teman yang pergi siapa? Rekan kerja atau bukan? Kalau rekan kerja kemungkinan besar kesatuannya pun akan mencarinya

"In syaa Allah Mas Sahil selamat."

Frannie mengangguk. "Rahil pun bilang begitu. Mama juga merasakan yang sama. Tapi Mama cemas, Juna ... tak ada kabar ... "

Arjuna mengangguk paham. Lalu ia melihat sarapan Frannie yang utuh di atas nakas. "Tapi Mama juga harus sarapan biar ada tenaga menunggu Mas Sahil pulang. Kalau Mama sakit, pasti Mas Sahil sedih."

"Iya, Ma," sahut Rahil yang menyusul ke kamar. "Aku suapin ya?"

Frannie menggeleng. "Nanti saja."

"Mama jangan gitu dong ... " Rahil menghela napasnya. Ia duduk di ranjang samping Mamanya. "Sahil anggota pasukan khusus. Dia sudah terlatih di medan yang sangat sulit."

"Mama ... " panggil Rashad sambil memasuki kamar. Ia menatap sendu istrinya. "Aku ke kantor dulu. Mama harus sarapan. Nanti kalau ada kabar terbaru pasti aku kasih tahu Mama." Ia mencium kening istrinya lalu menoleh kepada Arjuna. "Kamu nggak ke kantor?"

"Siap, masih nanti, Pa," jawab Arjuna sigap.

Rashad mengangguk. "Ya sudah, aku berangkat. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam," jawab semua.

Rashad pun meninggalkan kamarnya.

"Mama, kalau Mama sakit, nanti Mbak Mia tambah cemas." Arjuna mengingatkan.

Jodoh ArjunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang