💘 3

10K 854 172
                                    

Kalau rasanya seperti dunia jungkir balik begini, lebih baik aku nggak terima tantangan Mehreen! Gerutu Michael campur aduk.

"Reen, udah dong...please. Nyerah aku." Kata Michael nyerah.

Michael melakukan tantangan sikap taubat saat istirahat. Mehreen hanya meminta temannya itu melakukannya sepuluh menit saja. Tapi baru lima menit sudah menyerah.

Awalnya semua terkejut bahkan Arjuna sempat melarang. Tapi karena Arjuna yang melarang, Michael semakin tertantang dan ia menyesal. Seharusnya mendengarkan apa kata Arjuna saja.

Dirga yang memberi contoh saja merasa tak yakin Michael sanggup dan ternyata memang tidak sanggup.

Sikap taubat itu adalah tindakan disiplin yg membudaya di militer sejak di lembaga pendidikan. Sikap taubat dilakukan dengan cara berdiri diantara kedua kaki dimana lutut lurus tidak menekuk dan kepala membungkuk menempel ditanah. Sedangkan posisi kedua tangan berada dibelakang pinggang.

"Ya sudah. Kamu boleh berhenti." Kata Mehreen.

Arjuna segera membantu Michael bangun.

"Thanks." Ucap Michael tulus. "Haduuuh...nyerah deh. Tobat, beneran tobat aku."

"Aku bilang kan...nah, setelah ini pasti otakmu kembali bener." Kata Mehreen.

"Kalian juga sering merasakan hukuman ini ya?" Komentar Michael.

Arjuna hanya tersenyum.

"Mau nyoba nasi komando?" Celetuk Roby.

Michael melihat Mehreen begidik. "Apa pula itu?" Tanyanya curiga.

Mereka semua, para tentara itu tertawa.

"Enak. Bergizi." Jawab Dirga sementara Arjuna lagi-lagi hanya tersenyum. "Nasi sama telur aja kok."

"Nggak deh, makasih." Tolak Michael. Lalu ia memandang Mehreen. "Eh, kalau aku makan nasi komando, Abi kamu masih angker nggak sama aku?"

"Abinya kenapa?" Tanya Roby. "Galak ya?"

Michael mengangguk mantap. "Iya. Galak sama cowok-cowok yang main ke rumahnya. Di rumah tuh, biasanya Abinya nyiapin bodyguard. Ada saja tentara yang mengawasi. Dia baru bebas pergi sendiri kalau kerja begini nih."

Mendengar penuturan Michael, tiba-tiba Arjuna ingat pada Ai. Ai yang sangat dijaga oleh keluarganya. Ai yang punya Papa galak pada setiap lelaki yang punya keperluan pribadi dengan putri sulungnya itu.

"Bang, mirip Danyon ya? Mbak Ai kan juga digituin sama Danyon." Bisik Dirga menyuarakan isi hati Arjuna.

Arjuna mengangguk.

"Hanya laki-laki terbaik yang bisa menjadi menantu Abi." Terang Mehreen.

"Lha baret Bapaknya aja merah." Celetuk Roby lagi.

"Memangnya pengaruh?" Tanya Michael penasaran.

"Menjadi anggota TNI saja seleksinya ketat. Hanya orang tangguh yang bisa lolos. Banyak yang kami korbankan dan alami untuk mendapatkan seragam dan baret kami." Tutur Sofyan kalem. "Dan seleksi lagi yang lebih ketat untuk bisa mendapatkan baret merah. Jadi, menurut saya wajar kalau Abinya Mbak Mehreen ingin yang terbaik untuk diberi tanggungjawab menjaganya."

"Jangan menyerah, bro!" Roby menyemangati Michael uang duduk di sampingnya dengan menepuk keras punggungnya.

Ketika waktu istirahat habis, mereka kembali ke tugas masing-masing.

💘💘💘

Tanah Papua yang memiliki sejuta pesona selalu membuat perasaan Arjuna campur aduk. Sejatinya mereka adalah Berlian dalam lumpur dimana kilaunya menarik perhatian banyak orang dari yang sekedar kagum, ingin melindungi sampai yang ingin mencuri demi egoisme semata. Bagai berlian, untuk membuatnya berkilau dan tak ternilai harganya butuh proses panjang.

Jodoh ArjunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang