Senyum Marshanda dan seperangkat alat tulis

6 1 0
                                    

kata orang jaman itu yang paling berat cuma PR matematika dan fisika, dan yang paling indah itu adalah masa masa kita tertarik dengan lawan jenis entah itu suka atau naksir sebutannya. untuk ukuran anak SMP tubuhku kecil dekil dan kumal bahkan sampai sekarang. mungkin karena aku telahir penyakitan kali ya. entah penyakit apa saja yang aku derita, yang paling aku ingat waktu SD tiap jam 6 pagi aku harus minum obat yang kalau dilihat mirip kayak batu bata yang digerus halus, sebulan sekali check up bahkan sampai kelas VIII.

kekurangan fisik itu menjalar ke mental, didalam tubuh yang lemah terdapat jiwa yang sengsara. ternyata kata aneh itu benar adanya. waktu SD setiap kali olah raga aku hanya ikut lari saja, takut pingsan dan semua kasihan. karena itulah aku hanya fokus belajar boro boro mau mikirin lawan jenis, mikirin pelajaran matematika saja sudah membuatku ngos ngosan.

SMP menawarkan cerita yang berbeda, tubuhku yang kecil mungil berwajah seperti bayi membuat banyak cewek mulai mempermainkanku, ada yang suka menggendong, ada yang hanya sekedar mendorong kereta bayiku. diantara mereka ada seorang yang menarik perhatian, cewek aneh menurutku. baru sekali ini aku melihat wanita seumuranku berjilbab, jaman itu belum ramai orang pakai jilbab seperti sekarang kecuali anak MTs. yang aku tahu hanya ibu haji atau ibu ibu mau kondangan yang mengenakan jilbab kendor atau kebaya. kepenasaranku berjalan mulus karena usaha dan kerja kerasku membuat dia duduk tepat didepanku. Dini namanya, nama yang tak asing karena ada sinetron pernikahan Dini di RCTI waktu itu yang diperankan oleh Agnes mo.

“pernikahan dini kataku”

panggilan ini kemudian sering kami pakai untuk memanggil atau sekedar menggodanya. aku teman sebangku. setiap kali aku memanggilnya

dia tersenyum menggelontorkan giginya yang rapi, aku tergagap mengamati itu. senyum paling sempurna seumur hidupku saat itu, mirip senyum Marshanda jaman itu, sekitar tahun 2004. kebetulan juga lagi booming film kisah kasih disekolah yang diperankan oleh Marshanda.

“ih, mirip Marshanda senyumnya”

entah aku lupa ini aku ucapkan atau cuma imajinasiku saja. yang jelas itu adalah pertama kalinya aku berani dan mempunyai energi lebih untuk menggoda cewek. entah apa yang aku pikirkan, yang jelas aku sangat senang semenjak hari itu. kemudian setiap hari aku sering mengobrol dengannya, teman sebangkunya juga temanku waktu SD jadi seperti tertolong sana sini aku bicara. harapan hidupku bertambah, aku yakin kalau aku akan hidup untuk melanjutkan sampai tamat SMP.

setiap hari aku bersemangat kesekolah, salah satu alasan yang paling kuat itu dia. kita becanda mengobrol sana sini sambil memperhatikan tawanya membuat aku senang sekali dan ingin terus terusan seperti kecanduan. dan yang paling aku ingat itu dia bicara pakai bahasa Indonesia, padahal kami semua pakai bahasa palembang. itulah kenapa aku selalu tergagap ketika dia bertanya padaku, seperti kehilangan fokus karena belum nyaman pada bahasa itu. atau karena yang bertanya itu dia.

ketika siang menjelang yang paling aku nantikan adalah saat dia meniup keningnya dengan mengarahkan hembusan angin keatas membuat ekspresi orang kecapean, mungkin dia kepanasan menggunakan jilbab itu. momen itu selalu aku tunggu setiap selesai istirahat kedua, mungkin dia habis berlari lari atau apalah kerjaannya yang jelas aku suka saat dia melakukannya.

“kasihku sampai disini kisah kita”

aku selalu menyanyikan penggalan lirik lagu itu begitu mengetahui kalau dia menulis lirik lagu glen fredly didalam laci tasnya. sejak saat itu aku juga rajin mengumpulkan kaset glen, padahal aku sebelumnya rajin mengumpulkan kaset peterpan dan lagu lagu malaysia. kemudian setiap kali dia ingin masuk kelas aku selalu menyambutnya dimuara pintu dengan menyanyikan lagu itu. dia tertawa sambil mengikuti suara sumbangku. lalu kami tertawa bersama menuju kursi sambil terus mengobrol tentang kesukaannya, dia paling suka menulis diary, jaman itu lagi ngetren tuh nulis dibuku kecil bergembok itu. aku juga sempat melakukannya, tapi karena tulisanku jelek aku bakar buku itu. saat kelas mulai aku selalu menunggunya menoleh kebelakang barang sekali, bonus senyum Marshanda aku terima jika aku beruntung.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 04, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Senyum Marshanda dan seperangkat alat tulisWhere stories live. Discover now