Dua Puluh Lima

3.1K 409 133
                                    

Maaf utk typo🌚

.

.

.

Jongin sudah berada di rumah sakit; tepatnya di ruang persalinan bersama kedua orang tuanya. Sedangkan Namjoon menunggu diluar, merasa tak sanggup mendengar teriakan sakit dari sang adik. Lelaki tinggi itu juga telah menghubungi Sehun yang mungkin sekarang masih sibuk membeli perlengkapan bayi dengan Mama Qian.

Saat ini Jongin tengah berbaring pada salah satu brankar yang tertutupi gorden tinggi di sekelilingnya. Tangan kirinya terpasang jarum infus dengan bagian bawah tubuhnya yang hanya terbalut selimut. Ia mengalami perdarahan dan kontraksi dini, mau tidak mau Jongin harus melahirkan saat ini juga. Bahkan pembukaannya sudah mencapai tujuh cm dari beberapa waktu lalu.

"Mamaa..." Jongin menangis keras seraya memeluk erat pinggang Siwon yang berada di sebelah kirinya.

Yuri yang berada di sebelah kanan brankar hanya dapat mengernyit cemas sambil mengusap pinggang putra bungsunya. "Gak boleh nangis keras-keras atuh." Bisiknya.

"Sa-kit banget..." Pemuda Tan itu tidak mendengarkan, ia masih masih menangis kuat dan sesekali berteriak untuk melampiaskan rasa sakitnya.

Jongin menenggelamkan wajahnya pada perut Siwon, membasahi baju Ayahnya dengan air mata. Rasanya benar-benar sakit; bagian bawahnya terasa di tekan kuat dengan kram perut yang luar biasa hingga jari kakinya menekuk, ikut menahan sakit.

"Susteerr... kenapa aku gak ditolong!!" Protes Jongin dengan tangisannya.

"Aaahh! Papa Papa!" Tangan Jongin meremat kuat pìnggang Siwon saat merasakan kontraksinya semakin kuat.

Entah bagaimana posisi Jongin sekarang. Tubuhnya menegang dan terus bergeser ke kiri, dengan tangan kanannya yang terkadang menggenggam tiang infus. Rasanya benar-benar menyiksa.

"Mau operasi aja!" Pekik Jongin putus asa.

Siwon terus mendekap kepala putranya seraya mengelus surai hitam si anak, lalu menunduk sedikit untuk berbisik. "Jongir masih bisa melahirkan normal. Sakitnya juga emang gitu, gak boleh teriak terus nak."

"Jongin..." panggil seorang bidan yang mendekat. "Gak boleh teriak-teriak gitu sayang, nanti bayinya kekurangan oksigen."

Jongin mengacuhkan, ia masih menangani rasa sakitnya selama beberapa saat hingga kemudian kontraksinya berangsur mengurang. Wajahnya menjauh dari perut Siwon lalu menoleh perlahan pada wanita cantik di dekatnya. Jongin ingat, dia adalah teman Suster Joy. Bidan Irene.

Siwon baru saja akan menjauh untuk memberi ruang pada Irene, namun si bungsu malah menggenggam bajunya erat; mencegahnya pergi.

"Tidak apa-apa." Ujar Irene pada Siwon, lalu kembali memusatkan atensinya pada Jongin.

"Gak boleh teriak, gak boleh nangis keras-keras juga. Bayi kamu bakal kekurangan oksigen nanti." Ulang Irene seraya menarik kaos Jongin ke atas.

Irene mengoleskan gel di atas permukaan perut bawah Jongin. Lalu menempelkan Fetal Dopler; sebuah alat kecil dengan sedikit menekannya, hingga terdengar suara detak jantung yang cukup kuat namun lambat.

"Kamu denger kan? Itu jantung bayi kamu. Kalau kamu teriak sama nangis terus kayak tadi, detaknya bakalan lebih lambat." Beritahu Irene seraya kembali menarik kaos Jongin ke bawah. "Muka kamu juga mulai pucet loh."

Irene meletakkan botol gel dengan Doplernya di samping kaki Jongin dan beralih pada tabung oksigen di sebelah brankar. Ia mengatur pulse oxymetry lalu memasangkannya pada hidung Jongin.

Crazy Relationship [Hunkai]Where stories live. Discover now