Lima belas

3K 420 110
                                    

Jonginie🐷

Gue ga bisa jemput lo skrang.
Maaf.

): y udh

Read.

Sehun menghela nafas, menutup aplikasi chatnya kemudian meletakkan ponselnya di sisi kanan pahanya.

Jam telah menunjukkan pukul tujuh lewat dan Sehun tidak berniat untuk pergi ke sekolah hari ini. Ia masih duduk di atas sofa apartemennya dengan pikiran melayang. Otaknya terus memutar perkataan Wendy kemarin malam yang berhasil membuatnya gelisah sepanjang malam.

Sehun tidak mempermasalahkan uang yang ia berikan pada kekasihnya, hanya saja, kenapa Jongin harus berbohong. Jika memang uang itu untuk keperluan lain seharusnya pemuda Tan itu tinggal bilang padanya. Selama itu positif, Sehun tidak mungkin marah.

Sekali lagi, Sehun menghela nafas berat. Pemuda berkulit pucat itu menyandarkan punggung dan kepalanya pada sandaran sofa dengan mata terpejam. Kepalanya terlalu penuh dengan rasa curiga dan pikiran negatif. Dadanya terus berdebar; tak sabar untuk segera meluruskan permasalahan yang mengganjal. Entahlah, tebakannya selalu mengarah pada satu orang yang sama. Dan saat ini ia sedang menunggu pesan dari seseorang yang akan mengirim alamat Jidi padanya.

Yah.. Sehun selalu menaŕuh curiga pada lelaki itu.

Kurang lebih selama lima jam Sehun menunggu. Dari ia membuat mie instan untuk sarapan, mengantar baju kotor di apartemennya ke laundry, belanja makanan ringan dengan beberapa kaleng bir, menonton film dan terakhir ia mandi untuk kedua kalinya lalu memakai seragamnya.

Beberapa menit lalu Sehun telah menerima pesan dari temannya. Alamat lengkap flat Jidi sekaligus voice note untuk menjelaskan bagian jalan dan patokan untuk sampai kesana. Maklum saja, flat Jidi sedikit jauh dari perkampungan.

Sehun menyempatkan diri untuk mengirim pesan pada Johnny, meminta tolong pada sahabatnya untuk mengajak Jongin pulang bersama Ten. Kemudian ia segera menyampirkan tas ransel ringannya pada bahu kanan, menyimpan ponsel dan dompet pada saku celana, menyambar kunci motornya lalu keluar dari apartemen. Ia berjalan cukup cepat dan sesekali berlari kecil untuk sampai di basement. Kemudian ia bergegas menaiki motornya dan melesat keluar menuju jalan raya.

.

.

.

Sedikit sulit untuk menemukan tempat tinggal Jidi, namun Sehun berhasil sampai disana meski dengan waktu yang lama. Ia memakirkan motornya di depan flat kecil berwarna putih di depannya, lalu melangkah mendekat kesana.

Sehun mengetuk beberapa kali, selama dua sampai tiga menit sebelum pintu kayu itu terbuka, menampakkan lelaki yang lebih dewasa darinya. Lelaki itu terlihat berantakan dengan wajah bangun tidurnya. Dan Sehun sangat tau lelaki di depannya, siapa lagi kalau bukan Jidi.

"Gue boleh masuk?" Tanya Sehun meminta izin.

Jidi menyerit seraya menggaruk kepalanya, "Sapa lo?"

"Temennya Bang Seungri."

"Ooo." Jidi hanya membulatkan bibirnya lalu mempersilahkan Sehun masuk.

Sehun berjalan santai ke arah tiga sofa lusuh di ruang tengah lalu mendudukkan dirinya disana tanpa sungkan. Begitu pula Jidi, lelaki itu ikut mendudukkan diri di depan Sehun dengan satu kakinya yang terangkat.

Jidi menguap lebar seraya menggaruk pipi kanannya, sebelum bertanya "Sapa nama lo? Kek gak asing gitu muka lo."

"Oh Sehun."

"Aah!" Jidi menjentikkan jarinya, "Yang pernah ikutan balap itu?"

Sehun mengangguk acuh, netra sipitnya mengedar memperhatikan sekelilingnya. Nampak kotor dan lusuh dengan almari yang menarik perhatiannya. Almari kaca perpintu satu itu menunjukkan berbagai macam vape dengan obat-obatan terlarang. Seharusnya Sehun tak perlu terkejut dengan itu, mengingat bagaimana citra seorang Jidi di kalangan teman-temannya.

Crazy Relationship [Hunkai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang