CHAPTER 33. PREGNANT

24.6K 1K 108
                                    

Violetta memegangi perutnya. Rasanya sungguh mual. Sejak pagi tadi, rasanya ia ingin muntah. Padahal, hari ini kegiatannya begitu padat mempersiapkan pernikahan. Pernikahan  ini hanya dihadiri beberapa kolega Xander dan keluarga.

"Are you okay?" Xander masuk ke dalam kamar karena tidak melihat keberadaan Violetta.

Violetta menyembunyikan rasa sakitnya. Ini moment bahagia dan ia tidak ingin merusaknya. Xander pasti akan khawatir jika ia tahu dirinya tidak enak badan.

"How? Do you like it?" Xander merengkuh bahu Violetta, mengajaknya mendekat ke jendela untuk melihat persiapan pestanya.

Violetta tersenyum sambil mengangguk. "Aku suka."

Pesta bertemakan Garden Party hampir siap untuk digunakan sore nanti. Kursi-kursi sudah dihias dengan kain dan bunga. Berbagai macam tanaman berbunga juga disusun sepanjang jalan menuju altar. Altar pun hampir siap. Semua sibuk disitu.

"I'm sorry baby," tiba tiba Xander memelum Violetta erat. "Maafkan caraku memperlakukanmu disaat kau datang ke rumah ini,"

Violetta bisa mendengar degub jantung Xander yang berdegub lebih kencang. "Aku minta maaf memperlakukanmu dengan tidak layak, berbuat semena-mena padamu hanya karena takut kau pergi dariku."

Violetta melepas pelukannya. "It's okay. Aku memaafkanmu, Xander." Violetta mengelus lembut pipi Xander lalu mengecup bibirnya. "Aku tidak akan meninggalkanmu."

Xander tersenyum. "Tidak lama lagi, keluarga kecil yang aku impikan akan terwujud." Xander menutup tirai kamarnya.

Violetta memandang bingung. "Um, Xander?"

"Jawabanmu membuatku bergairah, baby. Let's have passionate sex,"

Violetta tercengang. Xander benar benar pria bernafsu tinggi! "I think, i can't do it now, Xander," Violetta menolak dengan penuh hati-hati. Ia takut jika Xander marah.

"Why?" Xander mendorong tubuh Violetta dengan lembut dan menjatuhkannya ke atas ranjang. Ia menyesap leher Violetta. "Kau wangi sekali," pujinya.

"Aku memakai parfum yang kau belikan untukku," jawab Violetta.

"Ah, pantas saja.." Xander mencium bibir Violetta penuh cinta.

"Aku tidak pernah merasa sebahagia ini sebelumnya. Finally, we will be a family," bisiknya.

Violetta memeluk Xander dengan erat. "Yeah, and i will give you a baby," balas Violetta.

"Baby," mata tajam Xander berubah begitu meneduhkan ketika mereka beradu pandang. Xander mengelus rambut Violetta. Ia seperti menemukan dunianya kembali.

"Aku akan selalu menjagamu, bahkan jika nyawaku taruhannya," ucap Xander.

Violetta tersenyum. "Jangan korbankan nyawamu hanya untukku, Xander." Violetta terkekeh geli karena tangan Xander menelusuri perut Violetta. "Geli," kata Violetta.

"Ah," Xander meremas lembut payudara Violetta. Xander tahu dititik itulah kelemahan Violetta. Ia lebih cepat terangsang ketik payudaranya ia mainkan ketimbang harus bermain dibawah sana. Violetta menggigit bibirnya. Ekspresi itu yang Xander suka. Dimatanya, Violetta berkali-kali lebih seksi saat ia menggiti bibirnya.

Jemari Xander yang lihai memainkan puting Violetta. Tubuh Violetta mulai menegang dan nafas Violetta mulai memburu. Terbiasa melayani Xander lama kelamaan membuatnya mudah terangsang.

"Oke, kau siap rupanya. Jangan menolak jika kau tidak siap, baby," Xander membuka satu persatu kancing baju Violetta lalu membuka pakaiannya. Ia juga melepas bra yang menutupi gundukan pemuas nafsu Xander. 

"Xander," sebelum Xander mulai memuaskan Violetta, Violetta berujar," bisa kah kau tidak menekan perutku untuk kali ini? Aku tidak tahu tapi perutku terasa sedang tidak nyaman," begitu ucapnya.

"Kau yakin kau baik-baik saja?" Xander sedikit khawatir. "Kita..tunda saja jika kau memang sedang tidak sehat, baby. I don't want to hurt you," tambahnya.

"N-no. I okay. Just..sakit perut tapi aku tidak masalah," bantah Violetta.

"Oh, okay. I do it gently," jawab Xander akhirnya. "Kali ini, akan kubuat kau puas hingga kau tidak ingin ini berakhir, baby," Xander tersenyum miring.

"Oh ya? Then, buktikan," tantang Violetta.

Xander yang menyukai tantangan itu, tidak perlu menunggu lama. Sentuhan melayang menggesek puncak puting Violetta membuat Violetta merinding. Ia seperti sedang menyapu lembut di puncak sana.

Xander membiarkan Violetta tetap mengenakan rok pendeknya. Violetta, topless. Selain cara Violetta menggigit bibirnya, Xander juga menyukai saat Violetta melenguh nikmat dalam getaran di setiap sentuhan Xander.

"Aah..." lenguhnya dalam decitan ranjang tiap kali Xander merubah posisinya.

"Baby," ucap Xander di tengah kenikmatan mereka.

"Ya? Ah,"

"Kau ingin aku melakukan apa pada tubuhmu? Kau tidak pernah mengatakan fantasimu, baby. Tell me akan aku lakukan untukmu,"

"Do whatever you want, Xander," balas Violetta.

"Tidak, hari ini kau yang harus menentukan apa yang harus aku lakukan pada tubuh indahmu ini," Violetta mengelijang saat Xander menyesap payudaranya. Lidahnya bermain didalam mulutnya.

"I..I..I have no idea," nafas Violetta terengah. Violetta benar-benar panas sekarang.

"Hm? What do you want?"

"Whatever you want, Xander. I just like how you touch me like this. So gentle and lovely," jawab Violetta.

Pendingin ruangan mulai tidak berpengaruh dari sini. Violetta berkeringat.

"Oke. Whatever i want,"

Belum juga Xander memulai serangannya, tiba-tiba mata Violetta membelalak.

"Hoek!" Ia merasa mual dan ia tidak bisa lagi menahannya. Dengan masih telanjang dada, ia langsung menuju toilet. Ia muntah.

Khawatir wanitanya sakit, Xander bergegas menghampirinya.

"Baby, aku rasa kau memang tidak sehat. Apa kita tunda saja pernikahan kita sampai kau benar-benar sehat?" Xander begitu khawatir.

"Xander, aku rasa, aku hamil.." Xander terdiam mendengar ucapan Violetta.

"Hah?" Xander mencoba mencerna kalimat Violetta. "Kau, hamil?"

Violetta mengelap mulutnya dengan tisue. Xander memapah Violetta ke ranjang. Ia menutup kembali tubuh Violetta dengan pakaian.

"You're pregnant?" Xander berlutut di hadapan Violetta. "Are you sure about it?"

Violetta menggeleng ragu. "I'm not sure, but...aku sudah terlambat datang bulan sebulan lebih, Xander. Apa-apa kau marah jika aku benar-benar hamil, Xander?" kini Violetta justru menjadi takut. Bagaimana jika Xander tidak menginginkan janin ini? Mereka bahkan tidak pernah menggunakan kondom setiap mereka berhubungan! Kemungkinan hamil sudah pasti terjadi.

Tiba-tiba Xander memeluk Violetta dengan erat. "Thank you, baby! Thank you! I love you!" Xander begitu senang mendengar ucapan Violetta. Tidak mungkin ia marah. Ia memang menginginkan seorang anak dari Violetta. Ia ingin membangun sebuah keluarga kecil bersama Violetta.

Akhirnya, pernikahan tidak ditunda. Mereka tetap melanjutkan pernikahan mereka. Para tamu hadir merayakan hari bahagia mereka berdua. Suasana hati Xander bahkan lebih dari baik. Ia benar-benar senang. Ia tidak sabar akan menjadi seorang Ayah. Ia tidak sabar memakaikan sepatu kecil yang dulu ia simpan untuk Xander junior.

Guyss, hello, i'm sorry baru update lagi. Dari kemarin aku nggak bisa login. Email yang aku pakai untuk akun ini nggak bisa aku akses. Don't know siapa yang ngehack email aku T.T tapi untungnya akun ini masih bisa aku ambil alih walaupun emailnya udah nggak bisa lagi aku akses :')

Maaf lama, thankyou for stay tune buat Xander ama Violetta ❤

ALEXANDERWhere stories live. Discover now