CHAPTER 29. WILL YOU MARRY ME?

21.5K 1.2K 37
                                    

Violetta membisu saat ia mendengar kabar buruk yang tentu saja menghancurkan hati Xander. Dengan ponsel masih menempel di telinganya. Xander terduduk di lantai.

"Sekali lagi, aku hanya menuruti permintaan terakhir ayah." Ujar Selena dari seberang telpon. "Aku juga tidak tahu apakah Ibuku mengizinkanmu ikut upacara pemakaman. Jika kau ingin mencoba datang, datanglah jam sepuluh nanti ke rumah. Kita akan mulai acara pemakamannya," Selena pun menutup panggilannya.

Berbeda dengan Benjamin, Selena lebih dekat dengan Tuan Ferdinand, sehingga ia akan menuruti permintaan sang Ayah walaupun itu berhubungan dengan Xander.

"Xa..xander.." Violetta begitu takut kini. Xander diam. Dia sunyi. Tak ada suara yang keluar dari mulutnya. Tangannya terkulai lemah dan ponselnya meluncur jauh.

Dengan ragu, Violetta mengulurkan tangannya. Ia menyentuh bahu Xander dan ia merasakan getaran hebat.

"Xander?" Violetta mencoba melihat wajah Xander. Betapa terkejutnya ia melihat wajah Xander memucat bak hantu.

"Oh my god!" Violetta langsung menyambar gelas berisi air mineral dari atas meja. "Xander, kau pucat! Ini, minumlah!" Kata Violetta.

Mulut Xander terkatup. Perlahan lehernya bergerak dan wajahnya menghadap Violetta. Bola matanya bergerak perlahan memandang Violetta. Cukup membuat bulu kuduk Violetta berdiri.

"It's okay, Xander! It's okay! I'm with you!" Ujar Violetta cepat. Ia langsung memeluk Xander dengan erat. "I'm with you!"

"Dad..my dad..he's dead..baby, what should i do, now.." suara Xander serak dan terputus. Bahkan ada cekatan di sana. Xander benar-benar terpuruk!

"Kita akan ke upacara pemakaman apapun yang terjadi! Aku tidak peduli jika keluargamu menentangmu! Aku yang akan menghadapi mereka!" Balas Violetta mencoba menenangkan Xander.

"God..he's gone. My only family.." racaunya.

Voiletta mendekap Xander erat. "I'll be there for you, Xander, don't worry!" Katanya.

Xander, pria kuat yang ia kenal, mendadak begitu rapuh hingga rasanya goncangan sedikitpun akan menghancur leburkan dirinya. Pria yang begitu ia sayangi, ia hormati, pergi untuk selamanya. Ia sendirian, tapi Violetta tidak akan meninggalkannya. Sudah cukup waktu yang Xander beri untuk mengenalkan dirinya yang asli pada Violetta. Xander, pria kesepian, membutuhkan seseorang yang bersedia menemaninya, mencintainya, dan menyayanginya. Dan yang ia butuhkan adalah Violetta. Ia menjadikan Violetta seorang Ratu dikerajaannya.

Dengan dibantu oleh Violetta, mereka bersiap. Jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi. Mereka pun melaju ke kediaman ayahnya.

Mobil mereka berhenti di depan sebuah rumah mewah. Selain mobil mereka, berjejer pula mobil-mobil kerabat dan rekan kerja Tuan Ferdinand. Kedatangan Xander tentu saja mencuri perhatian. Xander, sudah bukan rahasia lagi. Semua tahu siapa Xander dalam silsilah keluarga konglomerat Ferdinand.

Xander menggenggam tangan Violetta begitu eratnya. Bersama, mereka melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah. Karangan bunga berjejer sepanjang lorong dan diujung sanalah peti mati Tuan Ferdinand diletakkan.

"Kau datang," celetuk Selena.

"Selena.."

"Nah. Don't hug me. Still, you're not my brother. You're not." Ujar Selena. Ia pun berlalu, bergabung dengan kerumunan tamu yang lain.

"Kau ingin bertemu dengan ayahmu? Ayo," ajak Violetta.

Xander mengangguk tanpa menjawab. Mereka mendekati peti dan melihat Tuan Ferdinan terbaring di sana. Dengan setelan jas dan sarung tangan, Tuan Ferdinand justru terlihat seperti sedang tidur saja. Senyum tipis terukir. Matanya terpejam rileks, seolah beban berat di hidupnya terlepas begitu saja.

ALEXANDERWhere stories live. Discover now