00 ; --

79 4 0
                                    

Berdebum. Meja itu bergetar sebab setumpuk dokumen diletakkan secara kasar oleh seorang yang pangkatnya hanya setingkat lebih tinggi daripada Ersa.

"Kamu tahu? Berkas sialan ini mengganggu malam-malam yang seharusnya saya gunakan untuk bersenang-senang!" Laki-laki paruh baya itu memaki kasar bawahannya karena kesal. Bisa perempuan itu lihat dari sini bahwa wajahnya merah padam menatapnya.

"Kemana aja kamu hah? Seenaknya mengambil cuti tanpa seizin saya!"

"Kan saya udah bilang, saya cuti karena–"

"Sayangnya saya gak mau mendengar omong kosongmu Ersa! Saya gak peduli bagaimana caramu, pokoknya saya mau kamu ambil alih kasus ini." Katanya sambil berteriak.

Perempuan bernama Ersa itu kemudian mengambil tumpukan berkas paling atas lalu membukanya. Alisnya sempurna membentuk kerutan di dahi.

"Jonathan. Profil yang kamu pegang." Ersa melihat lagi berkasnya.

"Kamu detektifnya sekarang. Dengar Ersa, dia bukan sembarang pasien yang terbaring ditempat itu. Jonathan, termasuk orang yang bermain dalam kasus besar enam tahun lalu."

Kasus besar, enam tahun lalu. Mungkinkah?

"Kasus The 3 Trace?" Orang didepan mengangguk. Buruk. Kabar buruk. Tapi seharusnya ini menjadi titik terang atas kasus yang belum menemui titik terang sejak enam tahun yang lalu.

Ersa sendiri hanya pernah mendengarnya sekilas. Entah dari surat kabar yang dilempar di halaman rumahnya saat Sabtu pagi, berita di televisi yang menyiarkan bahwa tersangka sudah tertangkap namun kasusnya masih ganjil, atau dari bisik-bisik orang yang ketakutan dari mulainya kasus ini terkuak.

"Dia merupakan salah satu kaki tangan yang selamat selama ini. Entahlah menjadi kabar baik atau buruk. Namun kelihatannya kabar buruk jika ditelisik dari raut wajahmu, bukankah saya benar?"

Ah, ketahuan. Buru-buru gadis ini memperbaiki raut wajahnya yang awalnya tidak bersemangat saat melihat tumpukan map di meja. Siapa yang bersemangat jika harus bertanggung jawab atas kasus besar seperti ini? Tidak ada.

"Ya tapi saya nggak peduli. Yang jelas, kamu harus dapatkan informasi kasus itu dari dia. Terserah jika ingin pakai cara lembut atau kasar sekalipun, Jonathan adalah milikmu sekarang. Dan kamu, yang bertanggung jawab atas kasus ini, Ersa."

"Hari ini juga kamu turun. Semoga berhasil." Perempuan ini lantas mengangguk. Sudah siap untuk bertemu dengan petunjuk pertamanya. Tampangnya lumayan, Ersa jadi tidak terlalu menyesal dari sebelumnya.

"Tapi Ersa," Langkah Ersa terhenti sebelum menarik kenop pintu ruangan atasannya. "Biar saya beri bocoran sedikit. Jonathan itu–ah, intinya dia bukan orang yang gampang memberikan informasi walaupun kamu desak pakai cara ajaibmu."

Orang ini meragukan Ersa? Seorang detektif kebanggaan perusahaan ini yang sudah banyak memecahkan kasus dan mendapat banyak penghargaan? Bilang tidak, karena jika iya gadis dengan surai yang selalu disanggul itu akan berlari kearahnya lalu akan melemparkan semua berkas ini ke wajah menyebalkan itu. Bercanda, tidak mungkinlah. Bisa-bisa Ersa yang dipecat.

"Mengapa masih disini? Pasien gila itu sedang menunggumu!" Dia berteriak sambil melihat Ersa keluar dari ruangannya. Salah sekali, bukan orang di profil ini yang gila tapi atasannya. Walau yang dikatakannya tadi benar, semisal profil yang Ersa pegang ini adalah gila, setidaknya wajahnya cukup tampan. Ersa tak akan rugi juga bukan?

Baiklah, Jonathan. Mari bertemu.

 
●》●》●》●》●》
 
Introducing you,
 
THE 3 TRACE
 
Ketika mimpimu yang indah dihadapan mata, berubah menjadi permainan yang sama sekali tidak kau inginkan.
 
Aturannya hanya dua. Tinggalkan 3 jejak dan sembunyi.
 
Hei, ingin ikut bermain?
 
© zusoren

The 3 TraceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang