09 ; Blantika dalam Gelapnya Jonathan Saat itu

6 1 0
                                    

Kota Provinsi, 1995-2011

Kala itu kemarau panjang menyelimuti kota sepanjang Mei hingga penghujung Juni. Mentari diatas sana tidak memberikan kesempatan bagi awan penghujan untuk turun memberi sedikit airnya kepada penduduk kota saat itu. Tidak ada hujan selama satu bulan lebih lamanya, ditambah dengan topografi kota yang tidak memperdulikan soal kawasan hijau ketika pembangunan pemukiman serta gedung-gedung tinggi membuat siapa saja akan mengeluh kepanasan.

Sampai pada akhirnya berita kurang menyenangkan terjadi satu persatu. Kekeringan yang melanda beberapa kota besar, daerah pulau padat penduduk mulai defisit air, hingga kebakaran karena panasnya musim.

Juga sampai pada kemarau membawa bencana pada pemukiman padat penduduk, dimulai dari hubungan pendek arus listrik salah satu gudang dekat sana menurut keterangan polisi, api yang tidak kunjung dipadamkan karena masyarakat sekitar mengalami defisit air menyebar kemana-mana pada malam hari. Api benar-benar membakar hampir 50% daerah itu, tidak menyisakan apa-apa selain abu dari bangunan dan masyarakat yang tertidur lelap tidak sadarkan apa-apa. Baru dalam 12 jam kemudian api berhasil dipadamkan, dan dari beberapa bangunan yang selamat, Blantika adalah salah satunya.

Blantika saat itu hanyalah sebuah panti biasa dan beroperasi sebagaimana mestinya. Donatur sekaligus pemilik resmi Blantika adalah seorang dermawan yang memiliki bisnis di bidang properti dan kebetulan sedang mengalami kenaikan profit selama enam tahun belakangan. Blantika bak secercah harapan hidup bagi anak pejalan dan yang tidak pernah mengetahui rasanya berada dalam dekapan keluarga. Begitupula yang dirasakan oleh Jonathan saat dirinya tiba disana.

Ditemukan pada sekotak kardus dekat aliran sungai yang airnya sendiri sudah menyusut akibat kemarau tak berkesudahanlah, Asri--salah satu yang bekerja di Blantika--menemukannya. Suara Jonathan yang terhitung sudah empat bulan saat itu serak sebab terus menangis, harap-harap si ibu datang menggendong lalu membawanya pulang kembali. Namun angan hanyalah angan, Jonathan tidak pernah pulang bersama ibu, gantinya adalah Blantika yang mendekapnya.

'Jonathan. Tolong beri nama itu, lalu juga saya memohon kepada Tuhan dalam keadaan berlumur dosa agar Jonathan bisa meneruskan hidup melalui perantara Anda yang menemukannya. Bimbing Jonathan, sebab saya tak bisa, saya tak mampu. Maaf beribu maaf, saya berikan Jonathan kepada Anda.'

Tulis surat yang Asri temukan dalam kardusnya. Dan dari hari itu pula lah Jonathan resmi menjadi anggota dalam Blantika.

Awalnya Jonathan senang, dalam tiga tahun hidupnya bersama, Blantika teramat hangat mendekapnya. Teramat beruntung dirinya bisa ditemukan oleh Blantika. Namun sepertinya doa sang ibu tidak tulus saat mengetahui fakta bahwa tengah mengandung Jonathan saat itu. Setahun kemudian, krisis moneter datang dari ancang-ancangnya, membuat harga bahan pokok melonjak tinggi sampai tak sanggup untuk sekedar memasok. Masyarakat yang tidak berhenti memijat dahi yang dikerutkan akibat dari pemutusan hubungan kerja sepihak adalah pandangan sehari-hari dari anak-anak Blantika ketika sekedar keluar untuk bermain atau mencari sedikit uang untuk membeli jajan. Terkadang, kerap kali beberapa diantaranya disemprot makian kasar hanya soal bola yang ditendang tak sengaja mengenai kaki bapak-bapak bersarung di terasnya.

Belum cukup juga deritanya, Blantika bak menggelap kala kepala pengurus mengatakan bahwa tidak akan ada lagi makan pagi dan malam. Donatur sekaligus pemilik resminya tidak sanggup memenuhi kebutuhan karena investor yang menarik dana dalam kerjasamanya.

Seolah belum cukup lagi, donatur tersebut secara mendadak melepaskan Blantika dan orang-orang di dalamnya. Sungguh Jonathan yang saat itu baru empat tahun harus bisa untuk berdamai dengan keadaannya. Sejak saat itu Blantika berubah. Tidak ada lagi Blantika yang mendekap hangat, hanya ada Blantika yang dingin dan keras. Tak ada lagi waktu bermain bebas yang ditetapkan oleh Blantika, hanya ada waktu untuk mencari uang demi keberlangsungan hidup mereka.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 10, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The 3 TraceWhere stories live. Discover now