Bagian 18 Sebuah Fakta

Start from the beginning
                                    

Tok tok tok..

"Ya, masuk!" Perintah Ranu menanggapi ketukan pintu sekretarisnya.

"Mama??"

Ranu tekejut melihat sosok yang berdiri di balik pintu. Bukan sekretarisnya, melainkan sang ibu yang tiada angin tiada hujan tiba-tiba datang mengunjunginya ke kantor.

Arus pemikiran Ranu menebak, pasti ada apa-apa.

"Duduk Ma.." Seraya berdiri dan membenahi jasnya dengan gugup, Ranu mempersilahkan ibunya di sofa. Bertanya-tanya, perihal apa gerangan yang mendorong ibunya sampai berkunjung ke tempat kerjanya. Yang jelas Ranu paham, ada sesuatu yang tak biasa, yang perlu empat mata dibicarakan dengannya. Bukankah itu berarti sebuah keseriusan?

Duduk berdekatan di sofa, sikap gelagapan Ranu sangat tampak di mata ibunya. Seakan pengacara handal itu sedang tertangkap basah berbuat salah, khawatir diadili dengan kejam dan sepihak.

"Kamu sibuk?"

"Ti..tidak Ma. Kebetulan hari ini dan besok tidak ada jadwal sidang."

Hening.

"Tadi.. Mama mampir ke sekolah Nora."

Semula Ranu tak memahami kalimat ibunya. Otaknya belum siap mencerna. Namun seketika lehernya terangkat untuk mencari wajah sang ibunda, sedikit tegang, mengapa ibunya menemui Nora di sekolah?

"Ma..ma ke sekolah Nora??" Sahut Ranu tak percaya.

"Mm.." ibunya mengangguk kecil. "Kenapa? Apa tidak boleh?"

Masih dalam keraguan dan serba ketidakmungkinan, Ranu ingin menepis pertanyaan itu.

"Bukan begitu maksudku Ma, hanya.."

"Mama hanya ingin menemui cucu Mama yang cantik." Potong ibunya lembut.

Ranu terperangah. Ia tak menyangka keputusannya untuk membawa Nora bertemu dengan kedua orang tuanya beberapa hari lalu menghasilkan gelombang suara manis dari wanita yang melahirkannya.

"Mama akui, sejak kamu ajak Nora ke rumah, pikiran Mama tidak bisa lepas darinya. Dia sangat mirip denganmu, dia cantik, lucu, dan dia.. cucu Mama."

Ranu terkejut dalam diam. Ternyata sekuat itu pesona Nora bagi orang-orang di sekelilingnya.

"Mungkin sedikit terlambat, tapi Mama harap kamu dan Riri bisa memaafkan Mama. Juga kalian harus segera menikah, biar ada status yang jelas untuk cucu Mama."

Ini sebuah hadiah besar. Nora memanglah malaikat kecil mereka, yang mampu menyulap kebekuan menjadi begitu mudah mencair. Bayangkan saja, tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba ibunya datang dan menyetujui pernikahannya dengan Riri.

"Kamu sudah dapat izin dari orang tua Riri kan?"

Ranu menatap ibunya sebentar, menunduk lesu kemudian. Jawaban yang bisa dengan mudah dipahami oleh ibundanya.

"Kamu sudah bertemu dengan mereka?"

"Belum. Setiap hari aku selalu berusaha menemui orang tua Riri, tapi selalu saja ditolak, bahkan terkadang diusir oleh security. Yah.. Namanya juga perjuangan Ma, harus sabar kan?" Ranu menguatkan diri.

Tertusuk hati seorang ibu melihat putranya tertunduk lesu. Terpukul rasanya mendengar betapa keras perjuangan Ranu. Terkulik sebuah fakta masa lalu yang seharusnya putranya itu tahu. Namun, apakah semudah itu? Apapun alasannya, mengakui sebuah kesalahan bukanlah hal yang mudah.

"Ranu.." Suara berat itu terdengar cukip serius mengusik keteguhan Ranu. "Mama rasa perlu mengakui sesuatu padamu. Sesuatu yang mungkin membuatmu marah dan membenci Mama dan Papa."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 29, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

PASSED (On Going)Where stories live. Discover now