3 : Jelousy, Photo

Start from the beginning
                                    

Sekre terasa panas. Kemarin dingin dan sekarang panas. Untung saja sekre ini tidak meledak.

"Terus mau kamu gimana?"

"Kamu yang mau gimana?"

"Aku coba negrti tiap Evelyn kesini manggil kamu ke sekre BEMFH malem - malem. Tapi aku cuman gak sengaja ketemu Satya di festival dan kefoto rangkulan sama dia, kamu semarah ini? Di depan anak - anak juga tadi?"

"Aku gak marah Ay."

"Kamu marah Wishaka."

Diam.

Tak ada jawaban.

Wishaka mencari jawaban yang tepat untuk menjelaskannya pada gadis dihadapannya ini.

"Aku gak bisa marah sama kamu. Gimana cara aku buktiin kalau aku gak marah? Aku cuman kesel sama cowok tengik ini. Berani - beraninya dia masih deketin pacar aku."

"Aku juga kesel sama Evelyn yang seenaknya manggil kamu ke sekre BEMFH. Kalian berduaan aja tiap malem? Ngapain? Bahas nasionalisme dan ideologi Negara?" kesal Kanaya, mengingat emosi yang selama ini ditahannya.

"Cowok sama cewek berduaan di sekre BEMFH malem - malem, pasti ada setan di  sana. Mana percaya aku, kamu sama dia ngebahas topik debat doang! Lombanya masih dua bulan lagi, jadi kenapa sesering itu dia ngajak kamu ketemu? Bahas topik debat pasti cuman alasan doang," omel Kanaya semakin tak terima. Ucapannya cepat sekali, dan penuh penekanan.

Wishaka jadi bingung sendiri. Sebenarnya siapa yang sedang ngambek dengan siapa sekarang?

"Terus kamu mau aku gimana?"

"Kamu masih nanya?" jengah Kanaya.

"Sekarang aku tanya, Kamu sendiri mau aku gimana sama Satya? "

"Tentu aja jauhin dia, jangan deket - deket lagi. Kalau chat atau DM jangan dibales," ketus Wishaka.

"Itu jawaban aku juga," balas Kanaya.

"Tapi aku ada project sama Evelyn."

"Tapi aku juga gak sengaja ketemu Satya di sana, gak mungkin aku musuhin dia. Kita cuman gak sengaja bareng karena kebetulan. Jurnalistik sama PR satu Tim ngelawan Mankom sama Broadcasting."

"Aku gak mau dia megang tangan kamu kaya gini. Aku gak terima."

"Kenapa?"

"Karena aku sayang kamu, " sahut Wishaka langsung. Kenapa hal itu harus ditanyakan? Lelaki itu jelas bisa sekesal ini karena ia peduli pada gadis di hadapannya.

Mata keduanya bertemu, gerak bibir Wishaka ragu - ragu melanjutkan ucapannya.

"Aku cemburu Ay," ucap lelaki itu akhirnya.

"Aku gak mau kehilangan kamu."

Kanaya maju memeluk tubuh lelaki itu. "Kamu pikir aku enggak?! Aku juga cemburu, aku juga gak terima," tutur gadis bergigi kelinci itu.

"Aku sama Satya gak ada apa - apa. Itu gak sengaja, apa yang kamu liat di foto itu timing kamera doang. Itu bukan pegangan tangan, dia emang cuman narik aku buat maju ke depan."

Sembari memeluk tubuh Wishaka, Kanaya terus menjelaskan. Telinga Kanaya kini tepat ada di jantung Wishaka, mendengar debaran jantung lelaki itu yang masih sama seperti saat mereka pertama kali berpelukan. Tangan Kanaya meraih jemari Wishaka yang ada di sisi tubuh lelaki ini.

"Aku meluk kamu sekarang, yang aku peluk kamu, yang aku pegang tangannya kamu. Bukan Satya atau cowok lain. Jangan kesel lagi. Aku gak suka."

"Aku sayang kamu Shak. Kamu gak percaya sama aku?"

Seketika, kedua bahu tegang Wishaka melemas. Kedua tangan Wishaka terulur membalas pelukan kekasihnya.

Kanaya hanya ingin menegaskan. Jika hatinya milik lelaki ini, bukan lelaki lain. Jadi tak ada yang perlu dikhawatirkan. Dan Wishaka bisa merasakannya, maksud dari Kanaya.

"Maaf, aku terlalu emosi." Kepala mahasiswi Fikom kekhususan Jurnalistik itu mengangguk.

"Tapi, aku masih gak suka kamu terlalu sering pergi sama Evelyn."

"Iya, bakal aku kurangin. Tapi aku gak bisa janji gak akan ketemu atau bareng dia. Soalnya aku sama dia satu tim buat lomba debat nanti."

"Ish, nyebelin," dengus Kanaya.

Wishaka terkekeh, dia bisa melihat cebikan dan mengurucutnya bibir Kanaya yang kesal dari atas. Bahkan saat sedang kesal, kekasihnya tetap terlihat sangat lucu.

"By the way, Setan yang ada di sekre BEMFH itu maksud kamu Sian?"

"Hah?"

"Soalnya, tiap kali Aku diajak Evelyn ke Sekre BEMFH malem - malem itu, selalu ada Sian di sana."



-----


Jangan jadi pembaca hantu!

see you on next chapter!


Pers Kampus 2.0✔Where stories live. Discover now