Masih Sama

9.7K 493 38
                                    

Kakashi terbangun dari tidurnya. Dia menyibak selimutnya dan melangkah ke arah jendela. "Masih gelap," gumamnya dibalik masker yang selalu menutupi wajahnya itu. Dia kemudian berusaha kembali tidur.

Setelah setengah jam hanya bolak-balik di atas ranjang, dia menyerah. Dia tidak akan bisa tidur lagi. Berada di dalam rumah seorang diri pun akan jadi hal yang sangat membosankan. Kakashi kemudian mengambil baju Jounin miliknya. Setelah mengenakan ikat kepala, dia segera keluar dari rumah.

Seperti biasa, dia akan memanjat tebing. Ya, itu salah satu hobi Kakashi yang tidak pernah hilang. Kakashi masih dengan lincah, mampu melompati batu satu ke batu yang lain. Setelah sampai setengah ketinggian tebing, dia berhenti sejenak.

'Sepertinya, sejak aku kehilangan Sharingan, aku harus berlatih lebih keras agar aku tetap memiliki Chakra yang banyak. Atau aku akan menjadi Shinobi yang payah,' pikirnya.

Kakashi sampai di puncak tebing pada akhirnya. Pemandangan bulan sabit dan langit yang bertabur bintang pun langsung menyambutnya. Dia menyugar rambutnya yang tertiup angin. Kakashi kemudian meregangkan otot-ototnya. Dia kemudian menoleh ke arah utara, di mana ada hutan belantara.

Dengan beberapa kali lompatan dia sampai di hutan itu. Dia kemudian dengan lincah melompat dari satu pohon ke pohon yang lainnya. Meski badannya mulai lelah, Kakashi mengabaikannya. Dia terus berlatih sampai matahari terbit

[]

"Oi!! Kakashi Sensei!!" teriakan Naruto yang begitu khas itu menyambut Kakashi saat dia keluar rumah di sore harinya. Kakashi melambai ke arah Naruto.

"Jadi? Bagaimana perasaanmu? Sepertinya kedamaian sungguh menyenangkan," oceh Naruto. Kakashi mengangguk setuju. "Kau benar. Tapi bukankah masalah tetap dan akan selalu datang?" balas Kakashi.

Naruto mendengus mendengarnya. "Bisakah kau rileks sedikit, Kakashi Sensei? Kau tidak pernah berubah sedikit pun," komentarnya. Kakashi terdiam sejenak mendengar perkataan Naruto itu. Kalimat tidak pernah berubah sedikit pun mengusik pikirannya. Seperti ada sesuatu yang menyentilnya.

Dia mengangkat bahu menanggapi perkataan Naruto meski pikirannya jadi berkecamuk. "Kau mau ke mana?" tanya Naruto. Kakashi menoleh lalu menjawab, "Menikmati perdamaian seperti katamu."

Naruto melihat kepergian Kakashi dengan wajah bingung. Gurunya itu benar-benar tidak berubah. Entah mengapa, ada ekspetasi dalam diri Naruto terhadap Kakashi setelah Perang Dunia Shinobi.

Dia mengakui kalau Kakashi adalah guru yang sangat baik. Guru yang selalu ada dan bisa diandalkan. Namun, sifat Kakashi yang masih misterius itu kadang menganggunya. Naruto berhasil menaklukkan orang yang dingin agar mau lebih banyak bicara dengan dirinya. Sasuke adalah salah satu contohnya. Tapi, dia tidak berhasil melakukan hal yang serupa pada Kakashi.

Bahkan sampai sekarang, Kakashi jarang bicara panjang lebar dengannya selain soal pelajaran dan berbagai jutsu. Naruto menghela nafas. Dia belum bisa sepenuhnya memahami gurunya itu.

[]

"Tidak berubah?" tanya Sakura bingung. Naruto mengangguk. Dia dan Sakura sedang berada di dekat Gerbang Konohagakure yang sepi karena sudah malam.

"Dia masih tertutup dan misterius. Tidakkah kau menyadari dan menjadi penasaran dengannya?" tanya Naruto. Sakura terdiam. Dia megakui kalau dia sepemikiran dengan Naruto. Setelah dia dan Kakashi mengantar Sasuke meninggalkan Konoha untuk perjalanan menebus dosa, dia sudah menyadari bahwa Kakashi masih saja menjadi orang yang sama. Bahkan di saat Sasuke mulai lebih melunak dan lebih lembut, Kakashi masih dingin dan misterius, tepat seperti yang dikatakan oleh Naruto.

"Ya, aku juga merasakannya," jawab Sakura pada akhirnya. Naruto terlihat lega karena temannya juga merasakan hal itu. Namun, Sakura masih mencoba menemukan sudut pandang yang logis.

"Kita juga harus mengerti kalau dia kembali merasakan kehilangan setelah perang," ujar Sakura. Naruto mengalihkan pandangannya. Dia mengerti. Kakashi kembali kehilangan Obito untuk yang kedua kalinya. Dia juga kehilangan sebuah kekuatan yang sudah sangat dipahami olehnya, yaitu mata Sharingan-nya.

"Tapi, aku pun juga menyadari kalau Kakashi Sensei hanya menipiskan jarak jika berinteraksi dengan aku, kamu, dan Sasuke saja. Terkadang, dia seperti meniadakan jarak jika berbicara dengan kita. Hanya saja....." Naruto terlihat bingung untuk menyelesaikan kalimatnya.

"Apa yang kamu katakan itu benar. Jadi kurasa, lebih baik kita memberikan Kakashi Sensei waktu," tanggap Sakura.

[]

Kakashi membuka pintu kamarnya. Dia kemudian masuk kamarnya yang selalu diselimuti kesunyian. Dia kadang bertanya-tanya, apa reaksinya jika seandainya kamar ini menjadi penuh canda tawa. Dia kemudian menggeleng kuat-kuat. Apa sih yang dia pikirkan?

Kau tidak pernah berubah sedikit pun

Kakashi tersentak. Kenapa kata-kata Naruto itu terus terngiang-ngiang di kepalanya?

Kakashi merasa bingung dengan dirinya sendiri. Benar kata Naruto, harusnya dia menjadi senang sekali setelah perang berakhir. Dia bisa merasakan kedamaian. Tapi, dia tetap menjadi orang yang sama. Dia tidak merasakan kegembiraan yang teramat sangat seperti kebanyakan orang lainnya. Dia bahkan tidak merasakan sebuah euforia seperti yang lainnya.

Apakah dia masih normal???

Rasanya, setelah semua hal mengerikan yang dia telah lewati, wajar rasanya bila dia kehilangan kendali atas dirinya. Wajar rasanya bila dia kehilangan arah.

Dia mempunyai banyak contoh akan hal itu. Temannya, Obito dan muridnya, Sasuke harus terjebak dalam jalan kegelapan. Kakashi mempunyai banyak sekali contoh, tidak hanya Obito atau Sasuke saja. Tapi tidak dengan dirinya.

Dan seketika, Kakashi merasa gelisah.

Kakashi melepas baju Jounin miliknya. Dia juga melepas ikat kepalanya. Lalu dia melompat ke atas ranjang. Matanya kemudian perlahan menutup. Semoga dia bisa tidur dengan tenang malam ini. Kakashi sendiri tidak ingat kapan terakhir dia tidur dengan tenang dan nyenyak sepanjang malam. Kalau tidak diusik oleh mimpi buruk, maka dia akan bangun sebelum pagi.

"Kehidupan Shinobi memang berat," gumamnya sebelum mencoba tidur.

The Masked Man: Kakashi HatakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang