★ Rēnḍama; It's Me

683 64 8
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Hujan tiba-tiba saja mengguyur dengan derasnya, seorang pria bertubuh jangkung tampak kelabakan saat butiran air itu jatuh tepat mengenai kepalanya.

Tanpa berlama-lama, ia segera berlari mencari tempat untuk berteduh, beruntungnya, ia melihat ada sebuah halte tak jauh dari posisinya saat ini.

"Ah syukurlah," gumamnya.

Saat itu jam sudah menunjukkan pukul sebelas, malam itu sepi. Tetapi, pria itu dapat melihat seorang gadis tengah duduk sendirian di halte yang hanya diterangi oleh cahaya lampu yang remang-remang, gadis itu menunduk hingga wajahnya tertutup oleh rambut hitamnya yang terurai panjang.

Tidak berfikiran negatif sedikitpun, pria itu mendekat pada sang gadis kemudian menepuk bahunya dengan lembut.

"Hey," sapanya.

Gadis itu mendongakkan kepalanya, lantas tersenyum simpul saat maniknya menatap sang pria.

"Oh, hey," balas sang gadis, ia sedikit menggeser duduknya untuk mempersilahkan si pria duduk di sampingnya.

"Oh ngomong-ngomong namaku Kim Yewon," ucap sang gadis memperkenalkan diri, mengulurkan tangannya yang kemudian disambut dengan senang hati oleh si pria.

"Namaku Jung Wooseok," balasnya memperkenalkan diri.

Yewon tersenyum sembari mengangguk-anggukkan kepalanya.

Keadaan tiba-tiba hening, hanya terdengar suara hujan yang masih mengguyur walaupun tidak sederas sebelumnya.

"Ngomong-ngomong, kau sedang apa di sini? Malam-malam begini?" Tanya Wooseok memecah keheningan.

Yewon tampak berfikir sejenak.
"Hmm ... mencari udara, tapi tiba-tiba hujan," seru gadis itu.

Wooseok mengangguk mengerti.
"Lain kali jangan lakukan lagi, tidak baik seorang gadis keluar malam-malam," ucapnya menasihati.

"Hm, tidak akan pernah lagi," balas Yewon.

"Lalu kau sendiri sedang apa?" Tanya Yewon balik.

"Sebenarnya aku tersesat, tadinya aku ingin kerumah pamanku, tapi alamatnya hilang, dan sekarang aku sedang mencari penginapan, tapi tiba-tiba saja hujan," jelas Wooseok panjang lebar.

Yewon tampak beranjak dari duduknya, berdiri di hadapan Wooseok dengan senyum lebar yang terpatri di wajah manisnya.

Wooseok hanya bisa mengernyit bingung melihat tingkah Yewon.

"Kau bisa menginap di rumahku," seru Yewon yang sontak saja membuat mata Wooseok membelalak.

"Ah ... itu. Bukannya menolak niat baikmu, tapi- laki-laki dan perempuan? Bagaimana tanggapan orang tuamu nanti?" Wooseok tampak menggaruk-garuk kepalanya dengan canggung.

Yewon menghela nafas mendengarnya.
"Jangan dulu berfikiran negatif seperti itu. Lagipula kau akan tidur di kamar tamu. Dan soal orang tuaku, mereka tidak tinggal bersamaku, aku tinggal sendiri."

"Eum ... tapi tetap saja-"

"Sudahlah."

Ucapan Wooseok terpotong saat tiba-tiba saja Yewon menarik tangannya dan membawanya pergi dari halte. Beruntung hujan sudah reda sehingga tidak membuat mereka basah kuyup.

Dan pada akhirnya, Wooseok hanya bisa pasrah. Ia pikir tidak masalah jika menginap semalam saja.

***

Tak perlu waktu lama, kini mereka sudah sampai di rumah milik Yewon dengan hanya berjalan kaki. Rumah itu sangat besar dan megah walaupun tampak sepi seperti tak berpenghuni.

"Kau masuk saja duluan, aku harus menggembok gerbang terlebih dahulu."

Yewon sedikit mendorong tubuh Wooseok saat berucap demikian. Tetapi, pria itu tampak enggan, ia menatap Yewon dengan tatapan penuh keraguan.

"Tidak apa-apa, masuk saja. Aku hanya menggembok gerbang, tidak akan lama," seru Yewon berusaha meyakinkan.

"Aku akan menunggumu saja," balas Wooseok.

Namun, Yewon tampak menolak, gadis itu menggeleng kemudian mendorong tubuh Wooseok mendekati pintu rumahnya.

"Masuklah!"

Yewon berujar dengan nada dingin, membuat Wooseok sedikit terkejut dan merasa tidak enak hati. Mau tak mau, ia pun menuruti keinginan Yewon untuk masuk terlebih dahulu.

Baru saja Wooseok akan memutar kenop pintu, muncul perasaan gelisah di dalam hatinya. Pria itu menengok kebelakang, menatap Yewon yang masih berkutat dengan gerbang besar berwarna putih itu.

Wooseok ingin membantu atau setidaknya menunggu Yewon, namun mengingat kembali nada dingin yang dikeluarkan Yewon membuat pria itu menjadi enggan. Ia takut Yewon marah karena tidak menurutinya, padahal ia hanya tamu di sini.

Akhirnya, Wooseok pun memutuskan untuk masuk kedalam rumah Yewon.

Belum sempat Wooseok menginjakkan kakinya di dalam rumah, pria itu berhasil dibuat terbelalak, ia langsung berlari dengan panik saat melihat keadaan rumah Yewon yang sangat berantakan, terlebih saat ia melihat seonggok tubuh berlumuran darah tergeletak begitu saja di antara pecahan vas bunga.

Wooseok langsung menghampiri Yewon, memegang bahu gadis itu dengan tangan yang gemetaran.

"Ada apa?" Tanya Yewon bingung.

Dengan keringat yang bercucuran, Wooseok menoleh kearah rumah Yewon.

"A- aku-" ucapnya terputus.

Sungguh, Wooseok sangat shock dengan apa yang baru saja dilihatnya.

"Katakan pelan-pelan," seru Yewon menenangkan, gadis itu tersenyum kemudian mengelus tangan Wooseok yang masih bertengger di bahunya.

"Rumahmu- rumahmu baru saja dirampok dan aku melihat mayat di sana," seru Wooseok dengan satu tarikan napas.

Yewon hanya terdiam menanggapinya.

"Mu- mungkin itu kakakmu atau adikmu, kita harus melapor-"

"Aku tinggal sendiri."

Ucapan Wooseok terputus begitu saja saat Yewon menyelanya, Wooseok langsung membisu. Pria itu menatap Yewon sebelum menoleh pada rumah gadis itu.

"Ta- tapi aku benar-benar melihat seseorang di sana."

Yewon kembali terdiam, tak lama gadis itu menyunggingkan sebuah senyuman lebar di bibirnya.

"Kalau begitu ...















... itu aku."










***

Dah lama ga apdet

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dah lama ga apdet

131219

NEVERLAND [✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang