1. First Sight!

38 2 0
                                    

Café adalah sebuah tempat untuk bersantai dan berbincang-bincang dengan teman, pasangan, bahkan keluarga. Aku duduk disebuah rooftop café memandangi indahnya senja yang menyinari wajahku. Orang-orang seringkali menyebut rooftop di tempat itu dengan sebutan 'Lovely Rooftop'

Tidak butuh waktu lama untuk duduk, aku beranjak dari tempat duduk sembari membawa secangkir latte lalu berjalan kesudut rooftop untuk melihat suasana keramaian kota Jakarta dari atas rooftop serta ingin menikmati senja dari jarak dekat. Aku melihat pemandangan langit yang sangat indah dan memandangi padatnya kendaraan dibawah serta orang-orang berlalu lalang di tepi jalan raya.

Seketika aku memandang orang-orang disekelilingku. Aku melihat pasangan yang sedang duduk didekat sudut rooftop yang jaraknya agak dekat denganku, mereka menikmati senja berdua ditemani dengan secangkir latte dan hot chocolate. Sungguh hati ini ingin merasakan hal itu.

Sepi... satu kata yang menggambarkan perasaanku saat ini. Apakah aku membutuhkan seseorang? membutuhkan seseorang untuk mendukungku, menyayangiku, dan memanjakanku. Sudah hampir satu tahun aku tidak memiliki hubungan dengan lelaki karena sibuk melupakan masalaluku dan takut untuk memulai hubungan.

Rasanya sudah saatnya untukku membuka hati lagi kepada seseorang. Ah! apa yang sedang aku pikirkan!! Mungkin aku hanya merasakan kesepian saja! Namun, mengapa aku merasa kesepian jika saat ini aku memiliki teman yang selalu ada di sampingku? Batinku

"Lailaaaaaaaa!!!!" Teriakan Dina tentu saja menyadarkanku dari lamunan dan semua orang yang ada di café melihat ke arahku. Aku pun berjalan menuju meja menghampiri Dina.

"Apaan sih, Din. Malu-maluin banget! Liat deh semua orang jadi ngeliatin kan."

"Lagian lo udah beberapa kali gue panggil gak denger, ngelamunin apa sih?" Ternyata Dina sudah beberapa kali memanggilku namun aku tenggelam dalam lamunan konyol yang diciptakan oleh pikiranku.

"Ini gue mau ngenalin temen gue namanya Faris." Aku tidak sadar ternyata ada dua orang lelaki berdiri di sudut meja yang menghadap ke arahku. Dua orang lelaki yang memiliki paras seperti orang Eropa dengan postur tubuh yang tinggi, dada bidang, hidung mancung, alis tebal, dan kulit putih.

"Halo aku Faris temennya Dina."

"Oh iya, Din. Aku bawa temen kenalin----"

"Rafael Benedicto." Rafael memotong pembicaraan Faris dan langsung mengulurkan tangannya kearahku dengan tatapan matanya yang bulat nan indah.

"Laila." Jawabku singkat sembari mengulurkan tangan ke arahnya.

"Just Laila?"

"Laila Almeera. Harus nama lengkap ya? Udah kaya mau absen aja." Jawabku cetus sambil merapikan rambut.

"Lah. Perasaan Faris ngenalin Rafael ke gue deh kenapa jadi nyosor ke Laila. Wahh jangan jangan temen lu suka sama Laila, Ris. Lagian temen gue yang satu ini mah emang atraktif dan dia sensual sih kalo kata anak anak. Iya gak, La?" Pernyataan Dina membuat pipiku memerah, rasanya kalau tidak ada Faris dan Rafael mungkin aku sudah melempar sepatuku ke arahnya.

"Bener. Sensual banget." Jawaban Rafael mengejutkanku sampai membuatku menggigit jari dan membelalakkan mataku ke arahnya.

Dia menjawab dengan matanya yang masih menatapku, aku diam seperti patung saat Rafael menatapku dengan tatapan lekat.

"Apa-apaan!! Baru pertama kenal udah berani mngeluarkan kata-kata kaya gitu?? Dasar buaya!!" Batinku

"Haaaaaaaaaaa!! omg omg omg!!! Temen gue digombalin dooonggg." Teriakan Dina membuat semua orang melihat kearahku. Langsung saja aku menarik rambutnya karna tidak tahan dengan kelakuan Dina yang selalu saja menggemparkan suasana "Bisa diem gak? Heboh banget!" Ucapku sembari membelalakkan mata ke arah Dina.

Better Without YouWhere stories live. Discover now