10. SERDA (K) NINDYA ADYAS NIGRUM

4.9K 247 1
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya!



Setelah apel pagi para prajurit pusdik Kowad melakukan kegiatan mereka satu-persatu, para siswa secaba (sekolah calon bintara) kowad kembali untuk latihan dan belajar pagi. Para pelatih sudah siap dilapangan dengan wajah sangar, Nindya melihat dari depan aula makan ia tersenyum melihat para junior nya merayap dan jalan jongkok. bukan karena Nindya senang melihat orang lain susah tetapi Nindya bangga pada mereka yang berani. mungkin sekarang mereka akan terihat jelek dan menakutkan tetapi nanti saat nya tiba mereka akan dipandang orang sebagai wanita istimewa.

Nindya pernah ada di posisi mereka, kaki sakit, kepala pusing tetapi semua memang harus dilewati. Bukan mawar penghias taman tetapi melati pagar Bangsa itulah motto seorang Kowad yang bermakna bahwa "Kowad bukan sebagai wanita penghias lingkungan kerja tetapi merupakan Prajurit Wanita yang berhati bersih, jujur, mandiri, bertanggung jawab dan menjunjung tinggi kodrat kewanitaanya serta penuh pengabdian kepada Bangsa dan Negara "

Saat Nindya sedang asik melihat para juniornya yang dijungkir oleh pelatih tiba-tiba saja Adista datang membawa tumpukan berkas, karena Adista bagian keuangan jadi semua urusan kas Adista lah yang mengurus. jika Adista tidak menandatangani satu pencarian dana, dana tidak akan cair sedangkan Nindya berada di bagian Gudang senjata makanya dirinya bisa sesantai sekarang tetapi kadang Nindya juga menemani Komandan saat kunjungan.

Nindya melirik Adista "cair nih bu he..he..he" Adista menaikan sebelah alisnya "Cair kagak keriting iya ni tangan gue" Nindya tertawa mendengar jawaban Adista "eh,eh Nin tolong ambilin sprin di meja gue dong, pake acara lupa lagi bawain ke kantin yo" Adista melenggang pergi membawa tumpukan surat itu. Nindya bergegas menuju ruangan rekannya itu, sebelum pergi ada seorang pelatih berhijab memanggilyan "San Nindya, digudang ada siapa?" Nindya yang sadar itu seniornya langsung menegapkan badan nya "Siap mbak, ada Serda melda. petunjuk mbak?" pelatih berhijab itu menganguk

"Oalah yasudah, saya mau ambil senjata. takutnya nggak ada yang jaga kan capek saya udah jalan kebelakang nggak ada orang he...he"

Nindya tersenyum sopan "siapp, ijin mbak saya aja yang ngambil. petunjuk?"

"nggak usah saya mau sekalian ke kantin kok, lanjut aja" perintah pelatih tersebut "siap mbak, ijin mbak" setelah berpamitan Nindya langsung menuju ruangan Adista.

ruangan adista tidak begitu ramai, hanya ada beberapa orang saja "Sibuk banget bang Ambon" sapa Nindya pada lelaki berbadan besar itu, yang disapa menoleh lalu tersenyum "Ini loh komputer Virusnya seabrek-abrek bikin pusing, ngapain Nin?"

Nindya mengambil amplop di atas meja Adista "tapikan udah biasa ya santai aja bang he..he..he, ambil sprinnya si Adista ini. penasaraan saya" jawab Nindya sopan

"eh saya dengar katanya kamu sama Adista Mau dikjur ya? sayang banget ditinggal dua kowad cantik" Nindya mengerutkan dahinya bingung.

"belum pasti si bang, ya nunggu sprin nya turun dulu"

"ituloh yang kau pegang itu sprinnya, dikjur kemana dek?"

Nindya membuka surat yang ia pegang karena penasaraan"Jasmil bang, ya paling jadi pelatih ntar" Jawab nya sambil membaca singkat surat yang ia pegang.

"semoga balik ke sini ya, ngelatih junior-juniornya"

Nindy Tersenyum Sopan "Iya bang, semoga balik lagi. masih betah disini he..he."
setelah itu Nindya meninggalkan ruangan itu dan menuju ke kantin untuk menemui Adista.





Karena Cinta (Akan ada revisi cerita)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora