BAB 20

6.2K 487 3
                                    

BEN

"Merci, Nino!" teriak Keira seraya keluar dari sebuah kafe kecil yang akhir-akhir ini menjadi langganan kami.

Perut Keira sudah terlihat membuncit dengan kehamilannya yang memasuki empat bulan. Wajahnya terlihat semakin cantik, membuatku tidak pernah bosan hanya untuk menatapnya dalam diam. "Ada yang salah dengan wajahku, Ben?" tanyanya setiap kali dia memergokiku menatapnya.

"Kau semakin cantik, baby." Setiap kali itu pula jawaban yang aku berikan padanya.

Kami berjalan menyusuri jalanan kota paris siang ini. Hari ini kebetulan kami sengaja menitipkan Kenzo kepada Reino, lalu menyuruhnya untuk mengajak Kenzo berjalan-jalan mengelilingi luar kota paris. Alasannya karena hari ini kami ingin berkencan berdua saja sebelum pernikahan kami yang akan diselenggarakan minggu depan.

"Sebenarnya ini cukup kejam menyuruh Reino mengurus Kenzo sendirian."

"Sayang, Reino akan baik-baik saja. Kenzo juga. Nikmati saja kencan kita." Aku mengedipkan sebelah mataku.

"Keira, Ben, kalian ada di sini?" sebuah suara yang sangat amat aku kenal berhasil membuatku dan Keira terpaku di tempat.

Aku tidak tahu ekspresi apa yang Keira tunjukkan ketika melihat sosok wanita itu berdiri tidak jauh di hadapan kami. Tapi yang jelas aku benar-benar tidak bisa berkutik, wajahku kaku melihatnya kembali setelah bertahun-tahun berlalu. Wajahnya masih terlihat begitu cantik, tubuh mungilnya kini sudah berisi karena kehamilan tuanya. Senyuman cantik yang terukir di wajahnya benar-benar masih berhasil memesonaku. Kenapa dia ada di sini?

*****

Di sinilah aku berakhir sejam kemudian, sekitaran kompleks menara Eiffel berdua saja bersama Calista di sampingku. Aku benar-benar tidak paham dengan jalan pikiran Keira. Tiba-tiba saja dia menolak keras ajakanku untuk berjalan bertiga bersama Calista. Dia mengatakan banyak sekali alasan yang memintaku untuk berdua saja dengan Calista, apa dia gila? Jelas-jelas aku menemukan sorot ketakutan yang terlihat jelas di kedua matanya.

Dari cerita yang Calista katakan, kedatangannya ke Paris seminggu sebelum pernikahanku karena dia dan suaminya ingin melakukan babymoon. Sayangnya, Calista kesal dengan Mateo yang ternyata masih lebih menyibukkan diri dengan pekerjaannya daripada mengurusi Calista. Kemudian terjadilah acara kabur-kaburan dari hotel sendirian dalam keadaan hamil besar. Beruntungnya, Calista menemukanku dan juga Keira di tengah pelariannya.

Hanya saja hatiku tetap tidak tenang ketika Keira mendadak pergi tadi. Dia berhasil membuatku mengkhatirkannya, karena bagaimanapun Keira juga sedang hamil muda. Apalagi dia tidak mengatakan secara gamblang ke mana perginya dia bertemu kliennya tadi.

"Aku tidak menyangka kalian akan berakhir seperti ini," ungkap Calista yang berhasil memecahkan keheningan yang kami buat.

"Aku juga, Angel."

"Saat mengetahui Keira hamil Kenzo, aku benar-benar marah karena kau tidak mencari Keira dan malah kabur ke Jerman. Tapi, Kei menenangkanku. Dia mengatakan bahwa kau orang baik, bahkan kau sudah menawarkan pernikahan padanya hanya saja Kei sendiri yang memilih untuk menolakmu. Jadi, sebagai sahabat yang baik, aku hanya bisa berdoa agar kalian menemukan takdir yang terbaik."

"Bukankah Keira selalu seperti itu?" Mataku mulai menerawang jauh pada jalanan di hadapanku. "Dia lebih suka menyelesaikan masalahnya sendiri. Padahal sekarang aku adalah penopangnya yang selalu siap untuknya."

"Kau benar-benar mencintainya, Ben?" Calista tiba-tiba berhenti membuatku turut berhenti juga. Kepalaku menoleh, mendapati Calista tengah menatapku dengan sebuah senyuman yang tersunging di wajahnya.

SHIT HAPPENS [RE-PUBLISH]Where stories live. Discover now