BAB 17

5.6K 503 8
                                    

KEIRA

Perjalanan dari parkiran menuju ke ruangan praktek dokter terasa jauh sekali. Tanganku menggenggam erat tangan Kenzo. Pria kecilku itu tidak mau aku gendong, jadinya aku harus berjalan perlahan agar aku bisa mensejajarkan langkah kecilnya dengan langkah besarku. Aku segera mendudukkannya di salah satu kursi tunggu setelah aku mendaftarkan diri di administrasi.

Rasanya kedua lututku lemas. Untung saja aku langsung duduk di atas kursi, jadi semua orang yang ada di sini tidak akan tahu bahwa aku benar-benar sedang kebingungan. Bagaimana ini bisa terjadi, bagaimana mungkin? Astaga, mungkin saja ini bisa terjadi bukan? Kau sering melakukannya! Aku mendesah pelan sembari melihat aplikasi kalender yang berada di ponselku. Sudah seminggu aku telat datang bulan. Aku mengira ini hanya karena hormon wanitaku yang sedang tidak bagus, tapi tiba-tiba saja sebuah pemikiran datang padaku. Aku masih ingat kejadian di Berlin tempo hari, saat aku dan Ben melakukannya. Saat itu adalah masa suburku. Mungkinkah? Tanpa sadar aku mengelus perutku.

Pada akhirnya, Aku memutuskan untuk benar-benar pergi ke minimarket dan membeli lima buah testpack yang kata penjaga toko tersebut adalah testpack paling akurat yang ada. Karena terlalu penasaran dengan hasilnya, aku langsung mencobanya di kamar mandi dan hasilnya seluruh testpack menyatakan bahwa aku positif hamil. Tapi, aku belum yakin. Maksudku, bisa saja testpack tersebut eror, jadi aku memilih untuk langsung memeriksanya ke dokter kandungan sebelum aku benar-benar mengatakannya kepada Ben tentang keadaanku.

Tanganku terus-menerus mengelus perutku yang masih rata. Astaga, aku benar-benar tidak bermimpi kan? Maksudku, memiliki Kenzo sebagai miniatur Ben di dalam hidupku adalah hadiah terindah dalam hidup. Lalu, sekarang apabila di dalam perutku ini benar-benar ada lagi miniatur Ben, bukankah ini benar-benar sesuatu yang sangat membahagiakan? Aku bahkan ingin menangis haru sekarang, walaupun ada sedikit perasaan takut. Bagaimana jika Ben mengetahuinya, dia malah menolak keberadaannya. Mungkin pemikiran ini sedikit konyol, mengingat bagaimana Ben begitu menyangi Kenzo. Tapi segala hal yang berhubungan dengan Ben selalu mengakibatkanku berfikir hal-hal negatif yang sama sekali tidak pernah terjadi.

"Mom," panggilan Kenzo membuatku tersadar.

Aku mengusap rambutnya. "Ya?"

"Bukankah ini rumah sakit tempat Dad bekerja?"

Pertanyaan Kenzo berhasil membuatku terlihat bodoh. Astaga, bagaimana aku bisa tidak sadar bahwa ini adalah rumah sakit tempat Ben bekerja? Seharusnya aku sadar, karena aku sudah sering datang untuk mengantar atau menjemput Ben sebelum dia sempat untuk membeli mobilnya.

Aku tadi sedikit terkejut karena mengetahui kehamilan ini, jadinya aku tidak sadar bahwa ternyata aku malah datang ke rumah sakit tempat Ben bekerja. Tadi saat perjalanan menuju rumah sakit, aku langsung membelokkan mobilku ke rumah sakit yang kulihat pertama kali.

Tuhan, aku benar-benar pusing sekarang. Rasanya kepalaku sudah ingin pecah. Ben berada di tempat yang sama denganku. Semua testpack positif itu, ketidaktahuan tentang perasaan Ben apabila dia mengetahui tentang kehamilanku dan banyak hal lain yang membuatku stress saat ini. Tenang, Kei, tenang. Astaga, aku benar-benar tidak bisa tenang.

"Keira Tan," seseorang suster memanggil namaku.

"Come on, Ken." Aku bergegas meraih tangan kecil Kenzo dan mengajaknya untuk berjalan menuju ke arah suster yang memanggilku tadi.

"Mom," panggil Kenzo sembari menarik ujung gaun. "Di mana Daddy?"

"Dad sedang bekerja, Ken." Aku masih sibuk untuk berbicara dengan suster di dalam perjalanan kami memasuki ruangan dokter dengan tangan kananku yang menggenggam erat tangan kecil Kenzo.

"Lalu, mengapa kita mengganggunya?"

"Kita tidak mengganggunya sayang." Suster membukakan pintu di hadapanku, "Ayo masuk, Ken."

SHIT HAPPENS [RE-PUBLISH]Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα