Fourty

937 125 58
                                    

"Al-Connor"

Panggilan itu, panggilan yang begitu familiar di telinga seseorang, bagai sebuah kode untuk membuatnya menaruh atensi dari suara itu berasal.

Seseorang itu, Chanhun Al-Connor yang menghabiskan waktu berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan untuk berlatih memantapkan dirinya agar layak menjadi seorang great successor.

Mengasingkan diri dari klan bersama dengan bimbingan pamannya, berkelana dibalik sebuah penyamaran.

"Kalian..." Chanhun termanggu bingung melihat beberapa anggota klan yang tampak pergi dalam bentuk penyamaran pula mencarinya

Taeyong yang awalnya mengawasi Chanhun berlatih dari kejauhan akhirnya datang dan berdiri disamping Chanhun.

"Apa yang terjadi?" Tanya Taeyong langsung pada intinya.

"Aku tau kalian kemari tanpa adanya perintah. Jika iya tidak mungkin kalian melakukan penyamaran"

"Mohon maaf Lord Tyler, akan tetapi. Anda dan Lord Chanhun harus segera kembali ke wilayah klan. Untuk merebut takhta yang terebut secara paksa" ketiga anggota klan itu menundukkan tubuh mereka ketika berbicara.

"Perebutan takhta?" Chanhun berseru bingung. Ia meremat gagang pedang yang ada ditangannya.

"Apa Father dan Mother..." Chanhun berucap dengan nada bergetar anggota klan menunduk sendu

"Mohon maaf Lord Chanhun akan tetapi..."

Semilir angin berhembus, daun-daun dipepohonan bergesek menciptakan lantunan melodi sendu diterpa angin membawa tetesan air mata yang mengering.

"Aku harus kembali!" Chanhun mengusap airmatanya kasar. Ia mulai mengemas barang-barangnya namun Taeyong mencegat itu.

"Apa? Klan membutuhkanku dan aku harus kembali! Takhta itu milikku! Mother yang mengatakannya"

"Dan kau pikir ibumu akan senang kau pergi dari latihanmu? Kau lupa dengan amanatnya? Jangan mencoba menjadi pahlawan. Meski kau mewarisi darah para pejuang dan penguasa, kau tetaplah anak kecil di medan perang" ujar Taeyong datar.

"Tapi... Father"

"Aku tau. Ini berat bagimu, juga bagiku. Bahkan ini sangat berat untuk klan. Tapi kau harus tetap pada kewajibanmh sekarang. Aku sudah berjanji kepada sepupuku bahwa aku akan melatihmu hingga kau menjadi kuat, terlalu kuat hingga bahkan kau akan melampaui ayah dan ibumu.
Sekarang keluarkan pedangmu. Latihan akan tetap berjalan, dan ketika kau siap. Kita akan kembali"

Chanhun menuruti perkataan Taeyong meski dengan sedikit berat hati, ada rasa khawatir yang begitu besar dihatinya memikirkan kondisi sang ibu, juga klan yang kemungkinan akan retak karena kekosongan pemimpin, lebih tepatnya pengalihan pemimpin.

Chanyeol telah gugur, dan Sehun? Entah bagaimana nasibnya sekarang namun yang pasti Chanhun merasakan kesedihan yang begitu mendalam.

"Father..." Chanhun berseru dengan suara serak, ingin menangis dan meraung dalam kesedihan namun ia tak bisa, seorang great successor tidak boleh menangis, itu kata Sehun.

"ARGHHHHH!!"

Chanhun melampiaskan kekesalannya dengan meninju pohon besar yang ada disana, dengan tangan kosong ia berhasil menumbangkan bahkan meremukkannya.

"Father died with honor, he deserved a revenge" mata Chanhun berubah menjadi merah seketika.

Aura mencekam yang begitu mengintimidasi menguar diantara mereka, Taeyong dapat merasakannya, aura seorang Al-Ghul dan aura seorang O'Connor yang bercampur, aura seorang Al-Connor.

Love Between Two ClansWhere stories live. Discover now