Eropa dengan segala pertanyaan yang belum terselesaikan. Begitulah kira-kira perjalanan kita. Hari ini aku dan bobby bersiap untuk pulang.

Satu pertanyaan dititipkannya bersamaan dengan berbagai macam gejolak aneh dalam hatiku saat mengetahui dia membeli sesuatu dengan tergesa-gesa.

"Ini apa sih B?" Tanyaku melihat sebuah benda dengan ukuran yang cukup besar terbalut dalam bungkus berwarna biru muda.

"Bukan apa-apa" jawabnya

Jawaban macam apa ini. Dengan jawaban seperti itu kemungkinan apa yang lebih masuk akal selain oleh-oleh untuk shireen. Apakah aku kurang berpikir positif? Jangan bercanda. Aku harus segera mengakhiri semua ini.

***

Percaya atau tidak aku akan mengakhiri semuanya hari ini. Aku sudah muak dengan segala drama konyol yang dibuat oleh shireen dan bobby. Mari kita selesaikan.

Aku berjalan dari parkiran kantor bobby. Seperti biasa, bayi besar itu akan merengek memintaku untuk mengantarkan makan siangnya. Selain mengantarkan makan siangnya, aku juga berniat untuk menemui kekasihnya. Persetan dengan ending yang tidak terduga.

Entah pikiranku yang sudah terlalu kacau atau apa, tapi laki-laki yang berjalan dari dalam kantor itu sangat mirip dengan june. Ini sudah kali ke dua. Sepertinya mustahil jika ini hanya halusinasiku.

Berulang kali aku memejamkan mataku, menguceknya, dan memastikan apakah penglihatanku benar atau tidak. Tapi ini menang benar-benar mirip. Aku yakin dia june. Koo junhoe.

Setelah yakin dengan apa yang aku lihat, seketika aku berlari ke arahnya. Pria itu berjalan beberapa langkah di depanku.

Saat dia membuka pintu mobilnya, tiba-tiba saja aku berteriak. Tidak terlalu kencang. Hanya sewajarnya saat orang memanggil.

"Juneyaa. Koo Junhoe" panggilku.

Pria itu masih tidak menggubris panggilan ku. Sekali lagi kakiku malangkah berusaha menyuslnya. Saat aku hendak berlari tanganku tertahan begitu saja.

"Hei" sapa gadis yang wajahnya sangat aku kenali ini. "Ngapain disini?" Selidiknya sambil mengedarkan mata mencari seperti sesuatu.

Wanita gila ini pasti melihatku berjalan menyusul june tadi. Tapi melihat gelagatnya, sepertinya dia tidak tahu dengan apa yang sedang aku lakukan. Baguslah.

"Oh hei. Kebetulan sekali. Aku mau nganterin makan siang bobby. Selain itu aku juga perlu membicarakan sesuatu denganmu" kataku sinis.

"Bicara denganku? Hahaha. Oh baiklah" tawanya mengejek sambil memberikanku kartu namanya. "Kamu bisa menghubungiku kapan saja nona. Dengan senang hati aku akan bicara denganmu" nadanya sedikit mengancam.

"Tentu" kataku tak mau kalah. "Baiklah aku akan menemui suamiku. Terimakasih untuk ini" kataku mengangkat kartu namanya kemudian melangkah pergi.

Saat aku membuka pintu ruangannya bobby sama sekali tidak menggubrisku. Pekerjaannya menyita 100% perhatiannya. Tidak. Aku tidak merasa kesal sama sekali. Dia terlihat sangat keren dengan ekspresi fokusnya itu.

Aku meletakkan kotak makan siangnya tepat disebelahnya. Saat itu dia menoleh kepadaku.

"Kamu udah disini? Sejak kapan?" Tanyanya.

"Sejak dua hari yang lalu" candaku payah.

Aku menyisir rambutnya pelan. Bobby tertawa ringan lalu menarik tanganku dan menciumnya.

"Dua hari yang lalu kita masih main-main di rumah jinan" katanya.

"Oiya? Bagaimana bisa aku melupakannya?"

✔Create Some Why  [END]Where stories live. Discover now