OY_2

780 48 1
                                    

Mataku terpejam, 'Tae-ah, bogoshippeo'

----------------------------




*Dua hari kemudian

Jimin pov

"Eomma...aku ingin pulang" rengekku. Eomma tersenyum tipis dan mengusap lembut kepalaku.

"Besok ya Jim, kau belum sehat"

"Aku sudah sehat Eomma. Aku bosan disini, Eomma kumohon, ya...ya... " rengekku lagi dan tak tertinggal jurus aegyoku.

Eomma masih tersenyum, "Hmm... Baiklah, Tapi kau harus janji tuk tidak meninggalkan Eomma lagi" aku terdiam, aku tidak bisa menjanjikan hal itu.

"Kalo tidak, kamu harus tetap dirawat selama seminggu dirumah sakit" lanjut Eomma.

"Eommaa... " rengekku. Selama seminggu? Aku bisa gila jika itu terjadi.

"Hmm... Bagaimana Jim? " tanya Eomma. Terpaksa aku harus berjanji dari pada dirawat dirumah sakit.

"Hmm... Ne Eomma, nan yaksok"

"Baiklah, Eomma akan keruangan Hoseok. Jangan nakal, arachi? "

"Ne... Eomma" Eomma tersenyum dan mengecup singkat keningku lalu keluar menuju ruangan Hobie hyung.

Jimin pov end

Hoseok pov

Tok... Tok... Tok

Terdengar suara ketukan pintu yang mengalihkan konsentrasiku.

"Ne... Masuk saja" seorang wanita paruh baya yang sangat kukenal memasuki ruanganku.

"Mianhae Hoseok-ah telah mengganggumu"

"Gwaenchana Ahjumma, silahkan duduk" Ahjumma pun duduk.

"Ada perlu apa Ahjumma datang kemari? " tanyaku, Ahjumma masih terdiam.

"Apa ada hubungannya dengan Jimin? " lanjutku.

"Ne Hoseok-ah, Jimin ingin pulang. Apakah kondisinya memungkinkan untuk pulang? " ucap Ahjumma, raut wajahnya begitu cemas.

"Sebenarnya Jimin masih belum boleh pulang. Tapi Jimin tidak boleh terlalu tertekan, kita harus jaga kondisi psikisnya" kulihat Ahjumma mengangguk.

"Baiklah mari kita ke ruangan Jimin Ahjumma" lanjutku.

Hoseok pov end

Jimin menoleh kearah pintu, ada dua orang yang memasuki ruangannya yang ia tahu mereka adalah Eommanya dan Hoseok.

"Jadi, mochi kecil ini sangat ingin pulang hmm.. " ucap Hoseok sambil mengusap kepala Jimin lembut.

"panggilan mochi hanya khusus untuk Eomma dan Taehyung" ucap Jimin sambil mempoutkan bibirnya membuat Eomma Jimin dan Hoseok gemas.

"Aigoo... Kau sangat menggemaskan Jiminie, baiklah kau boleh pulang... " ucap Hoseok, raut wajah Jimin pun berseri.

"Tapi bukan sekarang, nanti setelah infusmu habis" lanjut Hoseok. Raut wajah Jimin pun berubah.

"Huhh... Hobie hyung sungguh menyebalkan" sebal Jimin tak lupa ia mempoutkan bibirnya, Hoseok pun terkekeh.

"Baiklah Hyung ada urusan, sampai nanti sore ya Jim. Aku pamit Ahjumma" ucap Hoseok.

"Ne Hoseok-ah, gomawo"

"Ne Ahjumma" Hoseok pun keluar

*Sore hari

"Baiklah sekarang kau boleh pulang, ingat jangan lupa minum obat dan jangan bertindak ceroboh lagi. Arasseo" ucap Hoseok.

"Ne hyung, kau sangat cerewet sekali Hyung" sebal Jimin.

"Oh iya, SAENGIL CHUKHAHAE Jiminie! " seru Hoseok. Raut wajah Jimin terlihat jelas bahwa saat ini ia bingung.

"OMO! Eomma lupa, sekarang tanggal 13 Oktober. Saengil Chukhahae nae adeul" ucap Eomma sambil memeluk Jimin singkat.

"Hehe... Gomawo Eomma, gomawo Hobie hyung. Aku saja lupa sekarang hari ulang tahunku" ucap Jimin.

"Eomma pulang duluan bersama Jaebum hyung saja. Aku ingin jalan-jalan sendiri dulu" lanjut Jimin sambil tersenyum.

Eomma Jimin dan Hoseok saling memandang, mereka memang melihat Jimin tersenyum. Tapi itu bukan senyum bahagia melainkan senyum sendu yang sangat menyakitkan.

"Aku berjanji tidak akan melakukannya lagi dan aku akan baik-baik saja. Aku pasti akan pulang Eomma" ucap Jimin meyakinkan keduanya.

"Baiklah, Eomma tunggu kau dirumah Jim. Tapi ingat jangan pulang malam, arasseo"

"Ne Eomma, Pai Pai" ucap Jimin sambil melambaikan tangannya.

Sekarang musim gugur, terlihat beberapa dedaunan kering di sepanjang jalan. Terlihat sangat indah jika dipandang dan akan membuat hati semua orang bahagia. Tapi tidak untuk Jimin, ini hari ulang tahunnya. Seharusnya ia bahagia, merayakan ulang tahunnya di musim gugur yang indah ini. Namun disisi lain, ini juga hari kematian sahabatnya.

Sungguh miris bukan? Jimin terus berjalan dengan tatapan kosong. Ia tak tau harus kemana, kakinya terus berjalan. Sampai dimana ia berhenti, ia mematung ditempat itu. Didepannya ada persimpangan jalan, Jimin menangis. Sungguh memilukan jika kalian dengar.

Disini... Dipersimpangan ini, dimana saat terakhir kalinya Jimin memeluk sahabatnya, melihat jernih kornea matanya, mendengar suaranya, dan disini ia kehilangan sosok sahabatnya.
Jimin masih menangis memandang persimpangan itu. Jimin masih mengarah pandangannya kedepan.

Disebrang sana ia melihat sosok namja yang ia rindukan. Namja itu tersenyum kotak kearahnya, membuat Jimin ikut tersenyum tipis.

'Taehyung-ah, aku berhalusinasi. Aku sangat merindukanmu, andai ini benar-benar dirimu. Aku sangat bahagia' batin Jimin.

"Chim" terdengar suara panggilan dari sebrang sana.

"Chim... Chim" masih terdengar.

'Sekarang aku berhalusinasi mendengar suaramu' batin Jimin.

Jimin masih diam ditempat itu. Sampai sosok namja yang ada disebrang sana menghampiri Jimin.

"Chimmie... Saengil Chukhahae" ucap namja itu sambil menunjukkan senyum kotaknya.

'Benarkah ini kau Taehyungie?'

-------------------------------

Terimakasih yang sudah menyempatkan diri untuk membaca.

Dimohon klik bintangnya ya hehe...
Kritikan kalian sangat dibutuhkan untuk memperbaiki tulisan.

One YearWhere stories live. Discover now