Episode 2: Truth We Confess

178 54 25
                                    

Cindy

Ada banyak alasan yang membuat Cindy lebih menyukai berada di sekolah daripada berada di rumah nya sendiri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ada banyak alasan yang membuat Cindy lebih menyukai berada di sekolah daripada berada di rumah nya sendiri. Seperti siang ini, senyum nya tak tampak saat ia menghitung langkah kaki untuk sampai di depan pintu rumah nya.
"assalamualaikum...Cindy pulang", ujar Cindy sembari masuk ke dalam rumah.

Dia sama sekali tak berniat memeriksa siapa yang tengah berada di rumah saat itu, karena sejatinya ia tahu bahwa tak akan ada satu orang pun yang berada disana. Ia berjalan lesu ke kamarnya. Lalu, melemparkan tas nya ke atas ranjang dan mulai merebah kan tubuh penat nya. Lantas ia memejam kan kedua mata dengan seragam yang masih terbalut di tubuh.
Dalam keheningan, Cindy mendengar langkah kaki yang mendekat ke kamar.
"Kak Cindy", ujar suara itu sembari meletakkan tubuh kecil nya di samping Kakak nya.

"Aaah adik kakak udah pulang? Kamu pulang sama siapa sayang?", tanya Cindy dengan tatapan penuh kasih.

Adik kecilnya lantas menjelaskan bahwa ia pulang bersama Ibu nya. Namun, Ibu nya harus pergi lagi karena menerima panggilan dari rekan kantor. Cindy yang tampak kecewa mencoba bersembunyi dengan senyum khas nya.

"Kamu udah makan? Kita makan yuk. Kakak sengaja nungguin kamu buat makan berdua", jelas Cindy sambil berjalan keluar kamar bersama adik kecil kesayangan nya.

Cindy, ia terlahir dari keluarga yang sederhana. di lahirkan sebagai Anak Kedua dari tiga bersaudara. Kakak perempuannya bernama Anindya, tengah menempuh pendidikan di universitas terkemuka di jakarta. Sedangkan Adik perempuan nya Nia berusia 8 Tahun. Kedua orang tua nya sudah lama berpisah, dan mereka bertiga di asuh oleh Ibunya. Kesibukan Ibu nya bekerja membuat Cindy harus bertanggung jawab mengurus adik kecil nya. Namun, Cindy menyukai itu. Karena baginya, Adik Kecil nya adalah penyemangat hidup nya.

Kebun teh, Zidane, dan Cinta.
Cuaca yang cerah mendukung keinginan Zidane untuk menikmati perjalanan nya ke sekolah sembari mengambil beberapa gambar-gambar indah yang ada di kebun teh.
Ia terus mengarah kan lensa kamera nya. Sampai di titik kamera itu tak sanggup beralih dari cantik nya seorang gadis yang tanpa di undang tertangkap di dalam lensa kamera nya. Ia tertegun sejenak "gadis asing", pikirnya.

Rasa kagum Zidane tak berlangsung lama. Pasalnya, ia mulai menyadari bahwa Gadis misterius itu tampak memandang tajam ke arah lensa kamera kesayangannya. Menyadari ia tengah berada dalam situasi yang canggung, ia berusaha untuk menghindari gadis itu dengan berupaya pergi dari tempat itu sesegera mungkin. Sayangnya, langkah kaki Zidane tak sebanding dengan laju pedal sepeda si gadis misterius. Dalam hitungan satu...Dua...Dan tiga.
Gadis itu sudah berada tepat di hadapannya. Mereka saling memandang satu sama lain. Tetapi, jelas itu bukanlah pandangan cinta.

Zidane yang tak ingin berlama-lama terjebak di situasi semacam itu pun berusaha mengendalikan keadaan.

"Ke.. ke.. napa? Kenapa kamu lihat aku seperti itu?", tanya Zidane gugup.

NOVEMBER S1Where stories live. Discover now