18. Bulan Madu 🌿

16.8K 1.2K 197
                                    

Jangan lupa vote dan komen, Zheyenk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jangan lupa vote dan komen, Zheyenk.

****



Senja perlahan tenggelam, memberi waktu bagi langit memamerkan pekatnya malam. Putri menengadah dengan helaan napas panjang, menandakan beban pikiran yang semakin melayang-layang.

Langkahnya terayun gontai, memasuki rumah yang sudah seminggu ia tempati bersama pria yang tak ada dalam bayangnya selama ini.

Dahi wanita itu berkerut ketika mendapati dua buah koper besar tergeletak rapi di tengah ruangan, matanya serta-merta berkeliling mencari sang pelaku utama.

Benar saja, dari arah tangga muncul Gama yang mengenakan kaos polo berkerah dipadukan dengan celana selutut, rambut pria itu terlihat lembab, bergerak acak saat ia melangkahkan kakinya.

"Ganti pakaianmu dan bersiap-siaplah!" titah pria itu tenang.

"Mau ke mana?" tanya Putri bingung.

Pria itu menatapnya sekilas sembari membenahi beberapa barang dalam tas punggung yang terletak di atas sofa.

"Bulan madu," jawabnya pendek.

Putri terkesiap, meyakini bahwa telinganya kali ini benar-benar sudah rusak.

"Kamu tidak mendengarku?" tegur Gama saat tak melihat pergerakan wanita itu.

"Aku ... aku ...." Putri tergagap, kesulitan merangkai kata yang tiba-tiba menguap.

Gama melihat kedua tangan di dada, menatap Putri dengan wajah tanpa ekspresi. "Kenapa? Kamu keberatan?" tanya pria itu datar.

"Bukan begitu, hanya saja ... uhm ... pekerjaanku bagaimana?" tanyanya beralasan.

Gama mengedikkan bahi santai. "Itu surat izin cutimu," ucapnya santai, melirik sebuah amplop putih di atas meja.

"Cuti?" gumamnya.

"Ya, atau kamu mau sekalian dipecat?" tanya pria itu santai.

Putri spontan menggeleng keras. "Aku butuh pekerjaan itu," cicitnya.

"Untuk menghidupi pria kesayanganmu itu?" Suara Gama terdengar sinis.

Putri menatap pria itu getir, kepalanya perlahan menggeleng. Dia butuh uang untuk menghidupi dirinya sendiri, meski jauh di lubuk hati ia memang ingin membantu Amran, tapi tentu tak mungkin. Gajinya yang tak seberapa tidak akan mampu membiayai keperluan pria itu selama di rumah sakit. Semua biaya selama Amran dirawat ditanggung oleh Gama, sampai hal terkecil sekalipun.

"Aku masih sangat sanggup untuk menghidupimu. Jadi, mulailah rencanakan pengunduran dirimu."

Putri meremas lipatan kaos yang ia kenakan. Permintaan pria itu kali ini benar-benar membuatnya keberatan.

Jujur saja, wanita itu sudah cukup nyaman bekerja di sana. Selain itu, ia pasti akan sangat merasa bosan di rumah jika tak punya pekerjaan.

"Akan aku pikirkan." Alih-alih menolak, Putri malah meminta kesempatan untuk berpikir. Sebab, ia tal punya alasan kuat untuk menolak, statusnya adalah seorang istri sekarang, dan tugasnya adalah mematuhi perintah suaminya.

MILIK GAMA - (REPOST) - [PINDAH KE DREME]Where stories live. Discover now