Lima belas

289 44 8
                                    

"Oh! Dokter jimin. Kebetulan sekali, aku baru tahu jika kau bekerja di rumah sakit ini." Taehyung berkelakar ringan dalam khawatirnya seorang Park Jimin. Pria pemilik senyum kotak itu tak sadar, pelipis Jimin bahkan sudah mengalirkan keringat sebesar biji jagung. Demi tuhan, sumpah mati jika Jimin gugup sekali. Bukan masalah jika seandainya orang di depannya ini bukan Taehyung—si aktor muda berbakat—yang sayangnya sangat melindungi sosok dia benci.

"Ah, Kim Taehyung-ssi, sudah lama sekali. Terakhir bertemu mungkin akhir musim panas lalu." Jimin berusaha senormal mungkin. Matanya menyabit, dalam hati bersyukur karena dia bertemu Taehyung saat Yoongi sudah masuk ke ruangannya.

"Ngomong-ngomong, hari ini jadwal jagamu?" Taehyung bertanya seraya meremat jarinya kuat—tentu Jimin tak melihat, rasanya sungguh jengkel. Seandainya ini bukan rumah sakit, mungkin nama Jimin sudah tinggal nama. Entah kenapa Taehyung memiliki firasat bahwa hilangnya Yoongi ada di balik pria Park ini.

"Tentu saja. Kau tak lihat seragam dokter ku?" Jimin tertawa memamerkan jas putihnya, beberapa suster dan pasien menyapa Jimin ramah dan dibalas sama ramahnya olehnya.

Taehyung ikut tertawa,  formalitas. Tidak akan ia biarkan reputasinya rusak karena pria di depannya. "Kalau begitu aku pamit dulu." Taehyung pamit kemudian membungkuk memberi salam. Ingat! Sopan santun itu penting.

Jimin balas membungkuk, "Tentu. Semoga lekas sehat."

Taehyung yang sudah mengangkat sebelah tungkainya berhenti. Menatap Jimin lurus kemudian tersenyum tipis. "Bukan aku yang sakit, tapi tunanganku, jung Hoseok."

Jimin gagap seketika. Hoseok ada di sini? Sekarang?!

"Tak usah takut begitu, kau bukan salah satu penyebabnya sakit akhir-akhir ini 'kan?" Taehyung memicing, menatap Jimin seolah curiga.

"Bu-bukan! Tentu saja. Apa hubungannya denganku hehe. Kami bahkan tidak terlalu dekat."

Taehyung mengangguk seraya memegang dagunya, seolah mengerti. "Baiklah. Aku benar-benar harus pamit. Sampai jumpa nanti, dokter Jimin."

Dan Taehyung bena-benar pergi. Jimin memperhatikan punggung Taehyung kemudian menghembuskan nafasnya lega. Sumpah mati, dia tadi seakan sesak karena terus menahan nafas.

"Dokter! Ada operasi, kau yang memimpin!"

Jimin mengalihkan pandangannya pada seorang dokter cantik yang dia panggil senior saat sekolah kedokteran dulu.

"Ah, Jieun sunbae."

.
.
.
.
.

"Taehyung~" Hoseok berbaring di ranjangnya bosan. Ini sudah panggilan ke sekian kali, tapi Taehyung tidak merespon. Taehyung Tuli ya?!

"Butuh sesuatu, hyung? " Renjun bertanya khawatir. Dari tadi Hoseok manggil-manggil Taehyung terus, radarnya jadi awas, takut Hoseok diambil orang. Tapi Hoseok gelengin kepala, bibirnya manyun, padahal dia pucat, tapi kok kelihatannya imut sih? Pengen khilafkan Renjun :(

"Panggilkan Taehyung saja."

Renjun hela nafas, panjangggg banget sampe nafasnya habis.  :v

Si pria China melirik Taehyung yang dari tadi asik dengan gawainya. Gak tau ngapain, itu aktor satu hobinya stalking akun lambe turah terus.

Bugh!

"Yak!" Taehyung teriak kenceng, jidatnya ungu. Dilempar pake sepatu sama Renjun tadi. Si pelaku melengos, masang wajah sok kejijik-an dan gak peduli. Matanya menegeret pada Hoseok yang manyun, Taehyung mengikuti pergerakan mata itu, sontak berdiri dan merasa khawatir, wajah Hoseok kelihatan sedih.

"Kau baik?"

Hoseok menggeleng, mengangkat sebelah tangannya yang terpasang infus. "Sakit~" rengekan Hoseok membuat Taehyung tertawa, kontras sekali dengan air wajah Hoseok yang semakin keruh karena kesal.

"Ah~hanya sebentar. Kau mau sehat kan?" Hoseok mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Taehyung barusan, sontak Taehyung tersenyum, mencium ujung hidung Hoseok lantaran gemas. "Sebagai gantinya, saat sehat nanti, kita liburan ke luar negeri mau? Ah~atau kita pulang ke kampung halamanku saja ya, sekalian ku kenalkan pada keluarga besar Kim. Bagaimana?"

"Keluarga Kim?" Hosek bertanya aneh. Renjun yang dari memperhatikan hanya mendengus. Dalam hati mendumel kesal pada Taehyung 'dasar tukang ngerdus! Gas aja teroosss'

Taehyung itu lupa. Iya lupa! Hoseok kan gak peka.

Taehyung mengangguk, mengusap tengkuknya lantaran bingung kenapa Hoseok masih tidak peka pada sinyal yang dia berikan.

Karena tak kunjung mendapat jawaban, Hoseok menarik duduk Taehyung yang sedari tadi berdiri di sebelah ranjangnya supaya lelaki Kim itu duduk di sebelahnya. Taehyung tak menolak, dia dengan senang hati menurut, mau sekalian modus. Buktinya sekarang dia sudah memeluk Hoseok dari samping sambil menjilati cuping telinga si manis, yang didiamkan Hoseok sambil sesekali terkekeh geli.

Renjun? Dia eneg. Keluar tadi, diajak Haechan.

"Hyung~" setelah diam cukup lama dalam keheningan, Taehyung memanggil. Rasanya sesuatu dalam hatinya mendobrak, Taehyung memperhatikan wajah Hoseok dari samping, masih dalam posisi yang sama, Hoseok menjawab dengan deheman singkat.

Taehyung menarik nafas, mengeratkan pelukannya pada tubuh si manis yang mulai kurus. Mengusap pelan buku-buku jari Hoseok yang lentik, sesekali menciumi dan menghirup aroma lelaki Jung dari ceruk lehernya.

"Hm"

"Mau ku beri tahu satu rahasia tidak?" Taehyung memulai dengan pertanyaan. Sebenarnya mebgulur waktu, saat ini dia tengah gugup luar biasa.

"Apa?"

Taehyung kembali menarik nafas, kali ini mulai memainkan jari Hoseok sebagai pengalih dari rasa gugupnya.

"Hyung ... Aku mencintaimu!"

...

TBC

Hehe... Update kan?

20191125

Winter BearWhere stories live. Discover now