Tiba tiba angin berhembus kencang, membuat Jin yang tidak bisa bergerak terbawa oleh angin itu.

"Ah tidak!" Teriaknya. Jin memejamkan matanya beberapa saat. Setelah terasa anginnya sudah hilang ia kemudian membuka mata perlahan.

Tunggu dimana ini?

Ini seperti Sungai Han.

"Jung Yerin. Ayo kita pulang." Sosok menyerupai Jin ada lagi. Sosok Jin itu terlihat mengikuti langkah Yerin yang berlari kecil dipinggiran Sungai.

"Sebentar lagi Oppa, aku lelah berlatih dance seharian ini. Aku ingin bermain disekitar sini dulu."

"Baiklah, tapi dengarkan aku dulu."

Yerin menghentikan langkahnya lalu menghadap kearah sosok Jin berdiri.

"Jung Yerin, Aku mencintaimu." Ucapnya.

Yerin kemudian tertawa.
"Nde Oppa, aku juga mencintaimu."

"Benarkah?"

"Yaa karena kau adalah Kakakku."

Sosok Jin muda terlihat membuang muka saat itu.
Ini benar benar kilas balik tentang kisahnya dimasa lalu. Tapi kenapa bisa seperti ini? Jin melihat dengan mata kepalanya sendiri kejadian itu dalam mimpinya. Kenapa?

Angin kembali berhembus kencang melempar Jin tak tentu arah. Dan berhenti disebuah kamar. Ini seperti kamar milik Yerin. Ya benar ini pasti ada dirumah kediaman Orangtua Yerin. Keluarga Yerin dan Keluarga Jin itu berteman dan mereka bertetangga. Jin sangat hafal kamar bernuansa kuning itu karena ia sudah beberapa kali kesana.

Benar saja. Yerin terlihat masih tidur, kemudian masuklah keluarga Yerin kedalam kamarnya termasuk sosok Jin muda yang masuk dengan membawa kue ulangtahun.

"Yennie bangunlaah." Teriak Ibunya.

"Mmmm?" Yerin mengucek kedua matanya kemudian duduk dikasur dengan mata setengah terpejam.

"Sangeil chukae hamnidaa Jung Yerin~"

Yerin terkejut saat melihat keluarganya berkumpul didepan kasurnya termasuk Jin.

"Astaga! Ah Eomma Appa kenapa kalian merayakan ini pagi-pagi sekali dikamarku eoh? Aku bahkan sangat jelek sekarang."

"Kenapa kau bicara seperti itu Yerin, ini semua ide dari Nak Jin loh. Cepat berterimakasih." Ucap sang Appa.

Yerin merapikan tatanan rambutnya kemudian beringsut turun dari kasurnya. Ia meniup lilin dari kue yang dibawa oleh Jin.

"Aku mencintaimu Jung Yerin, selamat ulangtahun." Ucap Jin.

"Terimakasih Oppa."

"Apa jawabanmu?"

"Aku juga mencintaimu karena kau Kakakku."

Ucapan Yerin bukan hanya membuat sosok Jin itu sedih melainkan Ayah dan Ibunya Yerin saling pandang kemudian menatap Jin dengan tatapan khawatir.

Jin melihat itu secara live dihadapannya membuat luka lama yang sudah ia tutup kembali terbuka.

Kenapa ia bermimpi seperti ini? Apa ini adalah peringatan kalau sampai kapanpun ia tidak akan bisa bersama Yerin?
Kejam sekali.

Jika tadi ada angin kencang yang melemparnya kesetiap kejadian. Saat ini bukan angin, melainkan cahaya yang sangat terang muncul entah darimana.
Jin mengikuti arah cahaya itu.
Semakin diikuti ia seperti masuk kedalam sebuah taman bunga nan indah.
Suara tangisan seorang wanita membuat Jin terdiam kaku.

Cinta yang tersembunyi✔Where stories live. Discover now