3

860 119 14
                                    

Pagi ini Jimin tidak sempat untuk menyiapkan sarapan untuk Seulgi setelah mendapat panggilan mendadak. Bahkan lelaki itu sudah berangkat sejak dini hari. Terpaksa hari ini pun Seulgi terjebak bersama Jada dan mungkin akan seharian penuh.

Jika biasanya Seulgi hanya makan sereal sebagai sarapan, maka pagi ini meja makannya komplit dimulai dari roti isi selai, pancake dan secangkir teh hangat. Jada menyiapkan semuanya ketika Seulgi baru terbangun dari tidurnya. "Bau yang tidak normal," cetus Seulgi ketika ia sampai di dapur dengan merayap sepanjang dinding.

Walaupun bukan kalimat yang manis, namun Jada selalu menganggap kata-kata dari Seulgi merupakan sebuah pujian. Setidaknya gadis itu masih mau untuk mengomentari apa yang ia lakukan. "Walaupun tidak seenak buatan koki, tapi aku berharap kau menyukainya," sahutnya malu-malu. Oh, jelas Seulgi akan suka karena gadis itu sudah lelah mencicipi sereal setiap pagi karena Park Jimin tidak bisa memasak masakan lain selain nasi goreng kimchi. Walaupun ia tumbuh di negeri kimchi tetapi perutnya tidak terlalu bersahabat dengan makanan asin tersebut. Faktor itulah yang membuat Jimin tidak pernah menyimpan kimchi dirumah karena sudah pasti Seulgi akan membuangnya.

Wangi selai stoberi menyeruak kedalam indera penghirup Seulgi. Gadis itu sangat bersemangat namun terlalu malu untuk menunjukkanya. Lagipula, bau selai stoberinya terasa segar. Apakah Jada membuatnya sendiri? Mandiri sekali wanita ini, batin Seulgi.

"Apakah ada pos untukku?" tanya Seulgi disela-sela kunyahan roti selainya. Ia akui jika selai stoberi buatan Jada memang berbeda dengan selai yang biasa ia beli di supermarket.

"Hanya beberapa surat dari kantor polisi untuk Jimin dan sebuah surat tanpa pengirim," jawab Jada. "Mau kubukakan untukmu?" tawarnya lagi. Seulgi mengangguk berharap besar.

Beberapa hari yang lalu, ia meminta Jimin untuk mencari tahu keberadaan Namjoon karena ia harus memastikan apakah orang yang ia temui di bioskop mobil waktu itu benar Jonas atau tidak. Namun setelah mencari cukup lama, Jimin tidak bisa menemukannya. Bahkan rumah yang dulu ditinggali oleh Namjoon sudah terisi oleh orang lain tanpa peninggalan jejak sedikitpun. Tidak pula ditemukan dalam data kepergian luar negeri baik melalui udara maupun laut. Satu-satunya cara adalah dengan menghubunginya melalui email Taehyung yang pernah Seulgi bobol untuk mengirim pesan pada email Namjoon, berharap bahwa email tersebut tidak dibuang oleh lelaki itu.

Kesempatan itu cukup lama sampai Seulgi hilang harapan bahwa email tersebut memang sudah ditelantarkan oleh Namjoon. Tetapi pagi ini begitu mendengar kabar bahwa sebuah surat tanpa pengirim muncul, Seulgi berharap kembali.

Jada mulai membuka amplop coklat misterius tersebut dan membaca isinya. "To Hirai..."

Namun setelah itu Jada malah diam dan membuat Seulgi tidak sabar. "Apa? Apa yang dikatakan disana?"

"Umm... aku tidak bisa membacanya. Ini ditulis menggunakan aksara jepang dan aku tidak tahu sama sekali," jawab Jada yang kebingungan.

Hah? Apa ini? Namjoon tidak bisa berbahasa jepang. Atau selama ini dia menyembunyikannya dariku? Pikiran Seulgi dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan yang mengatakan who fucking sent this letter and who the fuck is Hirai!?

"Siapa itu Hirai?" tanya Jada yang menyerah ketika mencoba membaca tulisan-tulisan Jepang, bahkan mencoba mencarinya di internet namun tidak menemukan titik terang. Surat tadi akhirnya kembali masuk ke dalam amplop tak bernama.

"Same question here. Apakah dia pacarnya Park Jimin?" guman Seulgi.

"Hah!? Jimin memiliki pacar lagi!?" Jada terkejut. "Maksudku... bukankah pacarnya Jimin adalah kau?" Ditunjuknya Seulgi yang tengah menguras memorinya tentang seseorang yang mungkin pernah ia temui bernama Hirai. Tetap saja tidak pernah ia mendengar nama itu sepanjang hidupnya.

JADED - Wild Liar IIIWhere stories live. Discover now