1

1.2K 124 16
                                    

Pagi ini matahari sedikit terlambat muncul dan akhirnya tertutupi oleh awan hitam yang tebal. Jimin memandang keluar jendela, berharap hujan tidak turun hari ini. Ia membalikkan badan begitu mendengar derap langkah pelan bersama ketukan ringan pada lantai. Kemudian ia tersenyum.

"Sudah bangun?" sapanya dan menghampiri. Merangkul dengan hati-hati, Jimin membawa tubuh mereka pada meja makan yang mana sudah tersedia semangkuk mangkuk penuh sereal berendam susu. "Ingin makan sereal atau roti isi?" tanyanya penuh perhatian.

"Sereal," jawab Seulgi dengan datar. Dengan segera Jimin mendorong mangkuk sereal ke depan gadis itu, lalu menggenggamkan sendok pada tangan kurusnya dan membawa sendok tersebut pada isi mangkuk. Selanjutnya Seulgi sudah bisa menyuap makanannya sendiri.

Selagi Seulgi makan, Jimin tak bergeming dari kursinya. Tangannya menahan wajahnya agar tidak terjatuh, dan ia dengan damai memperhatikan gadis itu menikmati makanannya. Masih cantiK, batin Jimin. Walaupun kini wajahnya lebih sering terlihat datar, namun tidak mengurangi pesonanya.

"Jangan memandangiku seperti itu," tegur Seulgi. Jimin langsung tersenyum. "Aku tidak memandangimu," balasnya tanpa mengalihkan matanya dari Seulgi. Keduanya tenggelam dalam diam untuk berapa lama. Jimin tidak bosan memandangi Seulgi, walaupun gadis itu tidak bisa memandangnya lagi. "Mau minum." Barulah Jimin mengalihkan matanya dari Seulgi ketika gadis itu meminta air. Tanpa ingin membuang waktu, dengan cepat Jimin mengambil segelas air dan memberikan pada Seulgi, hanya agar ia bisa memandang kembali gadis itu.

"Hari ini hawanya cukup dingin, apa akan turun hujan?" tanya Seulgi.

"Sepertinya begitu."

"Mau bagaimana lagi? Sepertinya hari ini pun aku tidak bisa menghadiri pertemuan komunitas."

Mendengar hal itu membuat Jimin sedikit terganggu. "Kau harus hadir hari ini. Ini sudah seminggu kau berdiam dirumah. Aku akan menelpon Jada untuk menjemputmu." Bukan bermaksud untuk memaksa, tapi Seulgi sudah terlalu sering menghindari pertemuan komunitas dengan berbagai alasan remeh.

Dua minggu setelah Seulgi tinggal bersamanya, Jimin mendapati bahwa ia sedikit kesusahan ketika harus meninggalkan Seulgi sendirian di rumah. Selain pekerjaan rumah yang semakin bertambah, ia juga tidak tega melihat Seulgi yang kesepian. Akhirnya ia berinisiatif untuk mencarikan Seulgi kelompok sosial yang sesuai dengan kebutuhannya agar gadis itu tidak bosan dan kesepian. Sebulan kemudian, saat tidak sengaja berpapasan dengan tetangganya, ia mengetahui bahwa ada sebuah komunitas berkebutuhan khusus di lingkungan mereka yang cukup aktif. Tanpa ragu Jimin merekomendasikan Seulgi untuk bergabung. Meskipun diawal Seulgi menolak mentah-mentah, namun gadis itu tidak bisa memungkiri bahwa ia cukup terhibur setelah beberapa kali menghadiri pertemuan komunitas tersebut. Apalagi tetangga yang memberitahu komunitas ini pada Jimin, Jada, cukup enak diajak berteman.

Akan tetapi seminggu belakangan Seulgi menolak untuk datang karena sebelumnya salah seorang anggota komunitas mengamuk dan melempar air padanya tanpa sebab. Hal itu membuat Seulgi dongkol setengah mati. Walaupun Jada sudah menjelaskan bahwa orang tersebut memiliki tempramen yang buruk, Seulgi masih tidak bisa menerimanya. Ia memang buta, tapi hatinya tidak ikut buta.

"Aku tidak ingin pergi, apa kau tuli?" cetus Seulgi yang mendadak kesal. Namun Jimin sudah belajar untuk menahan emosinya ketika menghadapi gadis itu. Ia selalu menerapkan perkataan Taehyung di otaknya bahwa emosi Seulgi yang berubah-ubah merupakan bawaan dari syok yang ia alami. Seseorang yang tiba-tiba kehilangan salah satu fungsi inderanya pasti memiliki syok hebat walaupun dia tidak pernah menunjukkannya.

Jimin memeluk Seulgi dari belakang, mencium pelipisnya singkat. "Balas lagi perlakuannya padamu. Bukankah itu yang selama ini kau lakukan jika ada seseorang yang membuatmu kesal, hm?"

JADED - Wild Liar IIITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang