10

183 44 5
                                    

Hoseok membuka mata, mendapati ia berdiri di hutan gelap. Masih dengan sinar rembulan yang hanya bisa masuk dari celah dedaunan, sisanya gelap gulita. Apa lagi ini? Mengapa ia selalu mengalami hal seperti ini? Bukan suara-suara yang berteriak di telinganya, kali ini ia menyaksikan ribuan mata yang menatapnya dari kegelapan. Binatang buas? Ia tidak tahu. Ia sudah ketakutan.

Ini mimpi! Namun rasanya seperti nyata.

Hembusan angin sejuk menerbangkan helai rambutnya. Dingin, bahkan ia dibuat menggigil. Mata-mata tersebut masih menatapnya seakan menginginkan sesuatu. Nyawanya? Ia belum siap mati. Tubuhnya hanya bisa membeku, dikeraskan oleh sejuknya angin malam dan dihentikan oleh rasa takut.

"Berhenti..." lirih Hoseok, memohon untuk menghentikan ketakutan padanya. Tidak tahu pada siapa.

"Berhenti menatapku..." isaknya. Ia menangis ketika bertemu tatap dengan salah satu mata yang menatapnya. Emosinya menggebu seakan ikut merasakan emosi dari mata tersebut. Pilihannya hanya menutup mata, akan tetapi seperti ada yang menahan Hoseok untuk melakukan itu. Ia biarkan matanya terbuka lebar. Emosi dalam dirinya hancur lebur, terpecah menjadi seluruh emosi yang ada.

"Berhenti—"

Lengannya dicengkeram oleh sesuatu.

Sosok itu!

Sosok yang muncul dalam mimpinya.

A devil.













###








"Hoseok!"

Slash!

"Ouch!" Hoseok meringis. Merah segar mengalir dari telunjuknya. Luka yang disebabkan oleh pisau buah tidak perih, namun mengejutkannya saja. Ia mengalihkan tatapan pada Jada yang memasang wajah bersalah, sekaligus membawa perkakas P3K.

"Kau melamun," ucapnya. Ia tarik telunjuk Hoseok yang terluka, membersihkan darah yang tersisa kemudian mengoleskan alkohol agar steril. Setelah itu baru menutup dengan plester.

"Ah..." Hoseok seakan tidak terkejut. Kemarin malam ia bermimpi buruk lagi. Begitu mengganggu pikirannya. "Sudah kuduga kau akan bosan dengan jadwal disini. Bagaimana jika kau pergi bermain komputer saja? Aku sudah memberitahu staff lain untuk tidak menggunakan perpustakaan selama kalian berada disini," ujar Jada. Wanita itu mendorong paksa tubuh Hoseok berjalan keluar pintu. "Serahkan Seulgi padaku, toh ini bukan kali pertamaku menanganinya. Kau bersenang-senang saja. Anggap kau sedang berlibur!" serunya sebelum menutup pintu tepat di depan wajah Hoseok.

Tidak sempat memproses apa yang terjadi, Hoseok menurut saja dengan usulan Jada. Lagipula kemana lagi ia akan menghabiskan waktu selain menggunakan komputer di perpustakaan. Agak disayangkan juga karena villa yang mereka tempati terletak cukup jauh dari pantai. Bukan sedang berlibur, tapi lebih tepat dikatakan bahwa mereka sedang mengasingkan diri dari dunia luar. Tanpa internet, tanpa tetangga, tanpa kendaraan darat, hanya orang aneh yang mampu untuk menghabiskan waktu disini. Seperti Jada.

Dua minggu, Hoseok. Hanya dua minggu dan kau akan kembali ke abad 21 lagi.

Gedung bercat abu itu nampak sedikit tidak terurus. Beberapa bagian dinding dirambati oleh tumbuhan juga bekas air yang sepertinya jatuh dari atap bocor. Kemarin Hoseok tidak sempat untuk memperhatikan karena ia terlalu bersemangat ketika mendengar kata 'komputer' lagi. Namun ketika Hoseok perhatikan lagi, lantai dua dari gedung itu cukup terawat seperti ditinggali oleh seseorang. Mungkin disana tempat Jada dan yang lainnya bekerja ataupun laboratorium professor yang sejak awal kedatangan mereka tidak pernah Hoseok temui. Yah, Jada pernah berkata hanya orang-orang berkepentingan saja yang dapat menemui beliau jadi Hoseok tidak ambil pusing.













JADED - Wild Liar IIITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang