16

106 22 1
                                    

Hoseok menunggu respon Seulgi, namun wanita tengil itu tidak bergeming. Sepertinya ia sudah mengambil keputusan yang salah. Penjelasannya pun nampak tidak menggugah sisi kemanusiaan Seulgi. Nafasnya masih bergerumuh dan keringat membasahi bajunya, Hoseok mulai ragu akan pelarian ini.

"Aku akan coba memperbaiki radionya. Kau tunggu saja dengan manis." Lelaki itu membalikkan tubuh dan menyorot senter ponsel pada radio terbengkalai di atas meja. Ia mulai mengambil beberapa perkakas.

Mereka berdua tenggelam cukup lama dalam sunyi. Diantara mereka hanya terdengar deburan ombak dan angin laut yang sesekali menggesekkan dedaunan terdengar, teriakan hewan malam yang memekakkan telinga dan juga bunyi besi yang saling beradu dari kegiatan Hoseok.

Berbekal pencahayaan minim, Hoseok berusaha menyatukan beberapa kabel yang terputus akibat gigitan hewan. Pikirannya tidak fokus karena ia khawatir seseorang akan menemukan mereka sebelum mereka sempat menghubungi bala bantuan, yang membuat jemarinya beberapa kali menjatuhkan perkakas yang ia pegang.

Belum sempat menenangkan jantungnya yang berdebar kencang, Hoseok kembali dikejutkan dengan kilat yang tiba-tiba muncul dan diikuti oleh bunyi guntur keras. Sinar kilat tersebut menyeruak dari sela-sela dinding yang bolong, beberapa kali sampai Hoseok bisa menangkap siluet Seulgi yang sudah bersandar pada dinding kayu. Tak lama kemudian, hujan deras turun.

"Shit," desisnya. Hujan seperti ini akan mengacaukan sinyal radio. Tidak perlu hujan, saat hari biasa saja akan susah untuk mendapatkan sinyal karena pulau ini cukup jauh dari pulau besar dan walaupun radio ini berhasil diperbaiki pun belum tentu bisa menangkap sinyal karena kualitasnya berbeda dengan radio modern.

Tunggu... radio modern?

Hoseok mengeryit seraya mengalihkan pandangannya pada ponsel yang menyinari dirinya.

"Fuck! Bagaimana bisa aku melupakan hal itu?!" umpatnya sambil menyambar ponsel tersebut. Bukannya ia memiliki aplikasi yang bisa mengirimkan SOS langsung melalui satelit? Ia merasa bodoh karena melupakan hal yang begitu krusial! Jika sudah ia lakukan dari tadi, maka mereka akan aman sejak tadi. Akan tetapi ia tidak bisa menampik bahwa ia tidak bisa berpikir jernih karena panik.

Baterai ponselnya menunjukkan angka tiga persen, yang mana memberikannya satu kali kesempatan untuk mengirim sinyal SOS sebelum ponsel tersebut mati total. Ia buka aplikasi yang diciptakan oleh kenalannya yang bekerja di bidang IT, memencet satu tombol merah dan memilih satu kontak yang akan ia tuju. Park Jimin. Selanjutnya sinyal tersebut akan diterima oleh satelit terdekat dan langsung menembakkan ke ponsel Jimin seraya memberitahu kordinat terakhir dari ponsel yang mengirim SOS. Semoga saja hujan kali ini tidak menganggu proses pengiriman sinyal.

"Oke, aku sudah meminta bala bantuan!" seru Hoseok girang setelah memencet tombol merah tersebut sambil melirik pada Seulgi yang tidak nampak karena ditelan kegelapan. "Kang Seulgi, ayo kita tempat bersembunyi yang aman."

"Ditengah hujan seperti ini?" Barulah Seulgi bersuara. Ucapannya pun diiringi oleh gemuruh yang menjadi-jadi. Hoseok tidak bisa melihat raut wajahnya tapi dari nada bicaranya bisa dibilang bahwa mood wanita itu sedang tidak bagus.

"Mereka bisa menemukan tempat ini dengan mudah. Dilihat dari kontur tebing, sepertinya ada gua tersembunyi tak jauh dari pantai. Jika kita bisa menemukannya, kemungkinan kita akan aman sampai bala bantuan datang."

"Wanita yang kau temui itu..." Seulgi memotong ucapannya sendiri. "... Apa yang akan terjadi padanya?"

Hoseok terdiam. "Apa maksudmu?"

"Jika kita selamat, apa yang akan terjadi padanya?" ulang Seulgi.

Lelaki itu mengeryit heran. "Aku tidak tahu. Yang jelas, itu bukan urusan kita."

JADED - Wild Liar IIIWhere stories live. Discover now