2. Belah Duren

6.5K 240 3
                                    


Kini Kia berada di bawah pancuran shower. Menikmati guyuran air dingin yang seketika berhasil menyegarkan tubuh dan pikirannya. Hampir seharian berbalut pakaian pengantin dan menyambut para tamu undangan tentu membuat Kia berkeringat. Karena rasa letih yang mendera, Kia tidak ingin berlama-lama menghabiskan waktu di dalam kamar mandi meskipun sebenarnya bathub yang telah berisi air hangat bertabur kelopak bunga mawar itu telah memangil-manggil dirinya untuk berendam di sana. Kegiatan menyenangkan yang seharusnya Kia lakukan setelah seharian beraktivitas.

Dengan cepat Kia membersihkan diri mulai dari keramas, memakai sabun mandi dan wajah, dan menggosok gigi. Setelah mematikan aliran shower Kia bergegas ke luar dari partisi shower. Namun seketika kedua mata Kia terbelalak saat menyadari jika dirinya tadi lupa membawa handuk.

"Duh gimana ini aku lupa nggak bawa handuk dan underwear bersih," gerutu Kia seraya memijit kepala yang mendadak terasa pusing karena kecerobohannya. Kia melupakan jika dirinya sedang tidak berada di dalam kamar mandinya sendiri yang selalu tersedia handuk bersih di dalam lemari kecil di bawah cermin.

Bibir Kia berdecak kesal. Mana mungkin dirinya memakai piyama tanpa mengeringkan tubuhnya terlebih dahulu dengan handuk. Mata Kia menatap underwear miliknya yang tergantung lalu memejamkan mata. Mana mungkin dirinya memakai ulang underwear yang sudah dipakainya sejak siang tadi. Jika sebelumnya dirinya terbiasa tidur tanpa mengenakan underwear tapi tidak mungkin untuk malam ini. Kepala Kia segera menggeleng dengan cepat saat membayangkan malam pertama yang biasa dilalui oleh para pasangan pengantin baru. Katanya, pengalaman indah yang tak akan pernah terlupakan.

"No no! Pokoknya hal itu tidak boleh terjadi!" Kesal Kia semakin merasa frustasi.

Lalu dengan terpaksa Kia sedikit membuka pintu kamar mandi untuk melihat posisi Bimo saat ini. Laki-laki itu tampak  bersantai di atas ranjang dengan memainkan ponselnya. Kia kembali menutup pintu dan bersandar di sana. Kepala Kia tertunduk, menelisik penampilan polosnya saat ini lalu memejamkan mata. Kia menghela napas panjang sebelum nekat membuka kembali pintu itu dengan jantung berdebar-debar.

"Mas Bimo bisa minta tolong?" ucap Kia dengan ragu-ragu.

Bimo seketika mengalihkan pandangan dari layar pipih di tangannya ke arah kamar mandi. Dari tempatnya berada Bimo hanya bisa melihat sebagian wajah Kia. rambut panjang Kia pun terlihat dengan jelas dalam kondisi basah.

"Iya ada apa Sayang?" balas Bimo seraya beranjak dari ranjang lalu berjalan ke arah kamar mandi.

"Eh eh Mas Bimo di sana aja! Jangan dekat-dekat!" pekik Kia dengan panik saat melihat Bimo mendekatinya.

"Baiklah ada apa?" Bimo menghela napas panjang dengan kedua tangan yang kini bersidekap di dada. 

"Kia lupa bawa handuk Mas," jujur Kia sembari merasakan wajahnya yang memanas. Seketika senyuman merekah di bibir Bimo.

"Ya udah ke luar aja nggak papa, lagian kita udah resmi sebagai pasangan suami istri jadi sah-sah aja kan klo aku lihat tubuh istriku sendiri," jawab Bimo dengan santai. Mata tajam itu terlihat berkilat jenaka sekarang.

"Eh enak aja. Nggak nggak!" Tukas memekik Kia dengan debaran jantung semakin menggila.

"Ya udah," goda Bimo lalu berpura-pura hendak berbalik badan.

"Mas Bimo pleaseeee....!" cegah Kia dengan ekspresi memelas. Bimo menatap Kia sembari tersenyum. Sebenarnya Bimo masih ingin menggoda Kia tapi mengingat acara mereka berdua seharian ini tentu membuat Bimo tidak tega. Kia pasti juga kelelahan seperti dirinya.

"Baiklah Sayang," balas Bimo lalu segera mengambilkan handuk bersih dari dalam lemari untuk Kia.

"Mas bisa minta tolong lagi?" ucap Kia dengan mengulas senyuman kaku saat Bimo baru saja hendak mengulurkan handuk untuknya. "Tolong ambilkan underwear Kia di koper ya?" Setelah mengatakan itu Kia segera mengambil handuk dari tangan Bimo lalu menutup pintu kamar mandi dengan cepat.

The Sweetest Love (End) Where stories live. Discover now