8. Ketakutan Kia

3.2K 55 9
                                    

"Gimana boleh nggak?" sambung Bimo karena Kia masih saja membeku dalam pelukannya. Bimo bertahan dengan ekspresi serius. Belum saatnya tawanya meledak meskipun Bimo harus menahan mati-matian agar tidak sampai terlepas. Bimo belum puas memandangi wajah cantik Kia dengan jarak sedekat ini.

"A apa Mas. Mas barusan ngomong apa?" hanya itu yang dapat Kia ucapkan. Kia yakin indera pendengarannya sedang tidak sehat. Mana mungkin Bimo meminta haknya sebagai suami dalam kondisi seperti ini.

Lalu tanpa Kia duga jemari Bimo membelai lembut pipinya. Tatapan laki-laki itu juga terus memaku tanpa jeda. "Apa aku salah jika meminta hakku sebagai suami?" Bimo kembali mengulang permintaannya tadi sembari tangannya bergerak menuju rambut basah Kia. Dengan terus memaku, jemari Bimo mulai memainkan rambut Kia. "Kamu cantik, seksi, smart," imbuh Bimo lirih. "Perfect!"

Kali ini tubuh Kia tidak lagi membeku melainkan lemas seketika. Sendi-sendi di tubuhnya seolah lunglai mendengar kalimat Bimo yang jelas-jelas menggoda. Hatinya berdesir hebat. Pun dengan jantungnya yang mulai memberontak. Rasa dingin yang tadinya Kia rasakan kini berubah panas.

Sejujurnya Bimo belum puas menggoda Kia. Tapi Bimo takut terhanyut dalam kejahilannya sendiri dan justru menyakiti perasaan istrinya yang terang-terangan mengatakan jika belum siap. Bimo sudah berjanji akan menghargai keputusan Kia. Apapun itu asalkan perempuan itu merasa nyaman bersamanya.
  
"Hahahaha jangan terlalu serius Sayang. Aku Cuma bercanda." Tawa Bimo berderai memenuhi rumah minimalis tersebut. Membersamai tetesan hujan yang masih terus mengguyur bumi.

Bimo bisa melihat Kia menghembuskan napas kasar setelah mendengar ucapannya. Merasa lega karena ucapannya hanya sebuah canda.

"Nggak lucu!" kesal Kia seraya menyingkirkan tangan Bimo dari tubuhnya dengan kasar kemudian melangkah menuju kamar.

Tak ingin melihat Kia benar-benar marah Bimo menyusul langkah Kia. "Ya udah aku serius klo kamu nggak suka becanda."

"MAS BIMO!!!!" pekik Kia lalu berbalik badan. Kesabarannya telah habis terkikis dengan tingkah laku menyebalkan suaminya. Kia berkacak pinggang seraya mendorong tubuh Bimo menuju kamar mandi. "Sekarang Mas Bimo mandi dulu aja daripada bikin rusuh mulu!"  titah Kia mendorong Bimo masuk ke dalam kamar mandi dan menutupnya dengan keras.

Sebelum Bimo membuat ulah lagi Kia segera mengenakan pakaian dan melaksanakan salat dzuhur sendiri di kamar. Baru 24 jam tinggal bersama Bimo saja Kia sudah dibuat hampir gila. Dan siap atau tidak Kia akan bersama dengan laki-laki itu seumur hidupnya. Untuk kesekian kalinya Kia menghela napas panjang demi meredam hatinya yang kacau. Merasa lebih baik Kia kemudian menuju dapur. Membuat lemon tea sepertinya cukup mampu meredam emosinya. Mulailah Kia membuka kulkas untuk mengambil jeruk lemon. Setelah mendapatkan apa yang dicari Kia segera menyalakan api  kompor untuk merebus air.

"Siapa yang telepon?" gumam Kia saat mendengar ponselnya berdering. Tak langsung mengambilnya, Kia terlebih dulu meracik minumannya. Mengabaikan dua cangkir kopi yang masih mengepul di hadapannya. Kia sedang tidak ingin meminum cairan berkafein tersebut. Tadi di kantor ia sudah menghabiskan 1 cangkir. Dan untuk menghangatkan tubuhnya yang kedinginan setelah kehujanan Kia lebih tertarik untuk menikmati lemon tea panas.

"Bunda," kembali Kia bergumam saat membaca nama perempuan yang telah melahirkan dirinya tertera di layar pipih itu.

"Assalamualaikum? Bunda apa kabar?" sapa Kia sembari kembali melangkah menuju dapur. Air rebusannya pasti sudah mendidih sekarang.

"Wa'alaikumsalam, Bunda baik Sayang. Kamu gimana? Bimo nggak godain kamu terus kan?" jawab Aisyah dengan tergelak. Tentu saja Aisyah sudah mengenal pribadi Bimo dengan cukup baik. Selain informasi dari Azka yang dulu sering bercerita mengenai Bimo selama tinggal bersama putranya di Jakarta. Satu setengah tahun tentu saja sudah cukup untuk Aisyah mengenal Bimo dengan baik. Justru sebenarnya pencetus perjodohan antara Kia dan Bimo adalah dirinya, bukan Ardan, suaminya. Di mata Aisyah laki-laki itu baik dan sopan. Terlebih lagi memiliki sifat sabar dan humoris. Sangat serasi menemani Kia yang cenderung pendiam dan introvert.

The Sweetest Love (End) जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें