GIZE-KRAL 09

2.8K 187 6
                                    

SELAMAT MEMBACA

KAISAR MISTERIUS

Eris menyentuh lagi pakaian yang sedang ia kenakan. Matanya meneliti pantulan dirinya didepan cermin yang sedikit kusam. Baju nya sudah ia simpan didalam lemari, dan sekarang yang ia pakai adalah baju milik Chafia.

Bajunya memang tidak mewah, tapi jika kembali ke masa Eris yang dulu, baju ini pasti sangat mahal harganya, dilihat dari bahan dan penjahitan yang sangat rapih.

Eris melemaskan bahunya, ia sedikit tidak biasa dengan baju nya yang sekarang, karena biasanya ia memakai celana jeans atau celana kulot. Tapi sekarang yang ia gunakan mirip dengan gaun.

"Eris, kau sudah selesai?" tanya Chafia dari luar setelah ia mengetuk pintu sebanyak tiga kali.

Eris menoleh kearah suara lalu membuka pintu. "Seperti ini?" tanyanya.

Cahfia memperhatikan Eris dari atas kepala sampai ujung kaki, ia mengedipkan matanya berkali-kali. "Iya. Tapi bukan kah sebaiknya jika rambut mu diurai saja, atau disanggul?"

Eris menyentuh rambutnya yang ia kuncir kuda. "Memangnya tidak boleh seperti ini?"

"Boleh saja selama ini, tapi itu terserah dirimu saja."

"Bibi sudah menyiapkan makan malam. Kita makan malam bersama."

Eris mengangguk dan berjalan dibelakang Chafia, ia masih sedikit tidak nyaman dengan baju nya.

"Eris, mari duduk. Bibi sudah menyiapkan makan malam, hari ini Bibi memasak banyak." Firda tersenyum.

Setelah makan malam bersama disertai obrolan kecil, lalu dilanjutkan dengan memakan buah apel hijau. Eris merasa dua orang dihadapannya ini memang orang baik. Tentu saja baik, mana mungkin ada orang jahat yang memperlakukan orang sehangat ini.

"Bibi apa aku boleh duduk diluar? Kulihat didepan ada kursi kayu." tanya Eris pada Bibi Firda.

"Tentu saja boleh, tapi tunggu sebentar. Bibi ambilkan selimut untuk mu, kau tahu diluar jika malam hari itu sangat dingin."

Eris menunggu Bibi Firda untuk mengambil selimut, ia butuh mendinginkan kan otaknya.

"Jangan terlalu lama diluar ya." pesan Bibi Firda sebelum menyelimuti bagi Eris dengan selimut.

"Baik, Bibi."

Eris membuka pintu dirinya disambut oleh semilir angin yang langsung menerpa wajahnya. Ia bergidik kecil. Benar kata Bibi Firda udara malam hari memang sangat dingin. Eris mengeratkan lagi selimut nya.

Ia duduk di kursi kayu yang bisa menampung dua orang. Eris memikirkan lagi bagaimana ia berakhir seperti ini?
Seingatnya Eris bertemu dengan seorang pria di Gramedia saat dirinya sedang memilih milih novel. Lalu setelah itu Eris merasakan tubuhnya lemas dan setelah itu ia tidak tahu apa yang terjadi. Sangat aneh.

Eris ingat bahwa dia akan dijodohkan. Tapi setelah ia ingat ingat, wajah pria yang ingin dijodohkan dengan nya mendadak hilang dari ingatannya.

Bukankah saat di Gramedia waktu itu Eris juga bertemu dengan nya? Atau ia salah ingat.

"Siapa namanya?" gumam Eris.

"Nah, kenalin ini teman mama dulu, itu Tante Carmilla dan Om Aslan."

Eris ingat sangat itu. Mama nya mengenalkan orang tua dari pria itu dan Eris ingat. Lalu setelah itu

"Kamu cantik banget sayang, makin cantik lagi sekarang." 

Dan Eris juga ingat Tante Carmilla bicara seperti itu padanya. Suara Mama nya dan suara Tante Carmilla sangat jelas di ingatan nya. Bahkan Eris bisa mendengar suara mereka yang terekam jelas.

"Oh iya, ini kenalin anak tunggal Tante, namanya-

Eris tidak ingat lagi setelah itu. Eris benar benar tidak ingat. Eris memijat dahinya, bagaimana bisa ia lupa hanya pada pria itu?

"Bagaimana bisa? Aku bahkan enggak ingat sama sekali." Eris heran sendiri. Wajahnya seperti orang yang kebingungan saat tersasar dijalan.

"Bahkan sampai mukanya aja aku gak ingat? Apa sih kok aneh banget?" tanya Eris pada dirinya sendiri.

Dan dari sekian keanehan yang ada. Ada yang lebih aneh lagi adalah kenapa juga Eris harus mengingat orang itu. Sangat aneh.



Suasana saat ini terasa sangat mencekam dikarenakan aura seorang pria yang duduk di singgasana dengan tatapan dingin. Semua orang yang ada didalam ruangan ini hanya bisa diam dan menundukkan kepalanya.

Sekarang isi kepalanya hanya dipenuhi oleh masalah yang memicu emosi nya tidak stabil seperti ini.

Sejak ia mengetahui bahwa permaisuri nya akan kembali, ia sebagai suami sekaligus raja harus mengambil langkah yang tepat.

Sultan Yildrim Bayezid masih diam tidak bersuara selama rapat berlangsung. Suara suara dari perdana menteri dan pengurus kerajaan yang lain nya ia abaikan. Terlalu rumit untuk nya jika harus dengan kata kata apa yang sedang ia pikirkan sekarang.

"Yang Mulia." Zemire Adelardo. Menatap sang raja dengan pandangan datar nya. Ia sudah memanggil Yang Mulia untuk ke tiga kalinya tapi tidak ada tanda tanda panggilan nya akan dijawab. Bahkan untuk melihatnya pun tidak.

Zemire Adelardo. Panglima perang tertinggi di kerajaan Bayezid sekaligus tangan kanan raja. Dengan tubuh tinggi dan badan yang sangat kekar tidak lupa juga beberapa luka yang berada ditubuhnya menandakan bahwa ia adalah seorang ksatria.

Pandangan nya tidak lepas dari wajah raja yang sangat ia hormati. Zemire berkedip dua kali lalu kembali duduk. Menatap pada semua orang didalam ruang rapat. Ia menghela nafasnya lalu kembali berdiri. "Mohon maaf untuk kalian semua yang sudah hadir di rapat ini. Tapi sepertinya ada masalah lain yang mengganggu konsentrasi raja."

Zemire menatap satu persatu dengan tatapan intimidasi nya. Semua mata sekarang tertuju padanya. "Dan sebaiknya rapat kali ini kita selesai sampai sini." lanjutnya.

Walaupun banyak yang protes dan menanyakan kenapa rapat selesai begitu saja, padahal belum ada satu masalah pun yang dibicarakan. Tapi keputusan sang panglima mutlak tidak bisa dibantah.

Setelah ruang rapat berangsur sepi, hanya menyisakan Yang Mulia, dirinya dan juga Numero.
Zemire dan Numero berjalan mendekati singgasana Yang Mulia. "Maaf Yang Mulia, tapi ada hal apa yang mengganggu konsentrasi Yang Mulia?" tanya Zemire.

Helaan nafas Yang Mulia Yildrim terdengar berat. Ia menatap Zemire dan Numero bergantian. "Kau panggilkan peramal Adlonys untuk bertemu dengan ku."

KAISAR MISTERIUS

Gizemli Kral (REPOST)Where stories live. Discover now