Kenangan Masa Kecil 1

1.8K 81 1
                                    

Memang tiada yang akan bertahan lama dalam embusan badai padang pasir dari arah bintang .apapun yang ada padanya menjadi baru,cemerlang,dan perawan .bagaikan kantong pelana berisikan hadiah yang belum pernah terbuka.

Kami menunggu ayahku,abu bakar,dengan kesabaran penuh dari setiap perjalanan yang dia tempuh

Terik panas mekkah yang memanggang atap-atap tanah kami disertai hawa dingin mulai berembus cepat setelah matahari terbenam .pada malam hari, atap-atap berubah menjadi teras bintang bersama para wanita setia yang menunggu perjalanan pulang suami mereka sambil mengantar anka-anak tidur dengan cerita.

Kabut debu keemasan seakan-akan turun menghujani kota bersama dengan kilauan bulan purnama. Bayangan padang pasir dari sinar bulan pun menyelimuti kota seperti sihir.bayangan itu menyentuh permukiman yang berada di tempat yang lebih tinggi, dipenuhi rumah kecil berdinding kapur.Rumah-rumah orang kaya dan bangsawan tampak seperti istana dari gading dengan tembok-tembok halaman nan luas.bahkan ada pula rumah pendatang, berupa tenda-tenda yang menyebar di tempat terbuka dan rumah yang beratap ranting-ranting kurma.itulah tempat persinggahan bagi para musafir semua kagum akan sentuhan bulan purnama yang penuh misteri.mekkah berubah menjadi kalung dengan bandul berkilau cahaya terang.

Bulan purnama dan mekkkah...

Kepulangan ayahku sering bersamaan dengan kemunculan purnama.Semasa kecil,saat-saat itulah yang paling tidak sabar dan paling kutunggu.

Embusan lembut kesejukan dibarengi debu tanah yang melayang-layang di atas rumah berterbangan menuju air mancur setelah beberapa saat tadi bertiup di halaman rumah karang yang tergantung di pintu menggoyangkan tirai.

Ssstt sstt ssstt...

Suara ini,desiran badai,erangan kucing-kucing milik teman-teman ibuku yang mengingatkan pada percakapan kekhawatiran,guman guman guman....Gemerincing gelang-gelang para pembantu ketika berjalan cepat-cepat,tring tring tring....Langit yang kutatap dari sandaranku,terang terang terang .... Diantara tidur dan terbangun .... Dongeng dan kenyataan .... Mimpi dan hakikat...

Anak-anak padang pasir yang menunggu ayh mereka tentu mustahil tumbuh besar tanpa dongeng.aku adalah salah satu dari mereka.bahkan,jika ada seorang kakek tua berilmu menuturkan ribuan cerita soal bintang,anak-anak gemintang dengan sajak " wahai sahabat-sahabatku " , akan tertidur dipangkuan nenek mereka seperti diriku. Ayah yang kalian tunggu dari perjalanan tampak seperti puisi, dongeng ,atau bintang dihati kecil.

Semua orang menunggu kedatangan ayahku dari dagang dengan harapan berbeda-beda.ketika kakek dan kerabat-kerabat tuaku yang lain berharap ayah kembali dengan hasil pendapatan berlimpah ,ibuku(ummu ruman),diselimuti penantian mengharapkan ayah kembali dengan selamat.Sementara itu,menurut kakak perempuanku(Asma),ayah adalah sebuah hadiah. Setelah bersama-sama menempuh kebahagiaan dan kesedihan,ayahku,abubakar,beliau itu layaknya bayang-bayang pohon yang sejuk dan aman bagi ibu maupun kakakku.bagi kakakku, ayah itu seperti hadiah setiap kali perjalanan pulang.sebaliknya,kesopanan dan keta'atan kakakku menjadi hadiah tersendiri bagi ayah.

Ayah membeli cenderamata dari pedagang kalung, penjual ikat pinggang gading, atau dari sebuah perjalanan di damaskus, iya membawa vas bunga berhiaskan kulit-kulit binatang lautan.sementara itu di dalam kantong pelana terdapat buku-buku baru, peta-peta, dan botol kristal berisi hiasan warna warni untuk ibu.bagi para wanita di rumahku,perjalanan pulang ayah adalah hadiah.

Sementara itu bagian yang aku dapat dari perjalanan panjang ayah adalah kehangatan dan kenyataan.bagiku dia seorang ayah sekaligus dunia ini.seluruhnya untukku

Aku tak pernah menyambut ayah dirumah atau di depan pintu rumah.aku berada di antara penyambut yang berlari-lari menuju rombongan ayah setelah mengetahui kedatangannya dari atap rumah. Didalam kepulan debu, bendera-bendera rombongan tampak ketika masuk kota.

Ibu tak begitu senang dengan caraku ini. Tapi, karena dia tahu hal ini merupakan perhatianku bagi ayah, dia menyetujuinya ibu tak mengatakan satu hal pun ketika aku berada diantara keramaian orang yang berlari dan bernyanyi untuk menyambut kedatangan rombongan dari perjalanan panjangnya.

Didekat pintu masuk kota, ayah turun dari untanya,kemudian langsung menunggang kuda.perjalanan memasuki kota itu dilatari kepulan debu, menyalimuti mereka seperti akhir bahagia sebuah dongeng.dan pastinya,bagian paling baguslah yang aku dapat. Setelah beberapa saat mencari keberadaanku, ayah turun dari kudanya dengan senyum bahagia.setelah berlutut dan membuka kedua lengannya ,kata pertama yang di ucapkannya adalah: " putriku, Aisyah! "

Ketika memeluknya,seakan akan seluruh jalan di dunia ini membentang untukku. Aku menjadi seorang ratu dalam pelukannya.kerinduanku kepada ayahku leleh dengan pelukan ini. diriku seakan akan mengenakan mahkota yang tak seorang pun melihatnya selain aku.Ayah selaku menjadi mahkota dikepalaku.kemudian,dia memegang kedua tanganku,mengangkatku ke kudanya.dia tak mengizinkan para pelayannya ikut memegangi tali kudanya.

" bicaralah wahai humaira, apa kabarmu? " tanyanya sambil tersenyum.

Aku tahu selalu berada di bawah ajaran sopan santun ketat karena didikan ibu. ibu selalu memperingatkanku untuk tak banyak beetanya kepada orang lain. Diam, tenang, dan dewasa seperti kakakku Asma. Dengan kata-kata yang aku hafal sebelumnya, diiringi panduan seperti " ayah adalah penyelamat kami. Bertemu dengan ayah dalam keadaan sehat adalah harapan kami ".
Aku menjawab pertanyaan ayah dengan mengutip puisi-puisi dari masa lalu.

Tapi ayah tahu tentang diriku. Aku malah membawakannya puisi-puisi diiringi kata-kata yang membuatnya tertawa.

" Bicaralah wahai humaira,bagaimana keadaanmu? " ucapnya memberikan tanggapan kepadaku.

Dengan kepercayaan di yang aku dapat dari ayah kuceritakan semua yangbterjadi di mekkah selama beberapa bulan kepergiannya. Satu per satu aku ceritakan kepadanya sampai didepan pintu rumah.

"Aisyah, aku memberi tahu kepadamu... " ucap ibu dengan nada menyalahkan saat memulai pembicaraan.

Ayahku menanggapi dengan senyuman, " Ya Aisyah sudah cerita. Dia berhasil mengalahkan semuanya dipermainan semut bersayap... "

Kemudian kamu duduk di meja makan sambilb tertawa bersama. Meja itu penuh jamuan yang disiapkan berhari-hari dengan seribu satu keistimewaan oleh para pelayan ibuku dan teman-temannya. Suasana saat ayah pulang merupakan malam panjang membahagiakan.

Aisyah R.a Wanita Yang Hadir Dalam Mimpi RasulullahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang