10. Untuk apa kuatnya

Start from the beginning
                                    

Dokter Gilbert hanya senyum teduh memandang 2 jiwa ini mengadu senang sedih yang tersirat. Gunadhya benar benar harus kuat di depan Belvyah harus buat Belvyah senang.

"Gun besok kau sekolah?"

"Iya bel kenapa?"

"Tak apa aku rindu teman teman"

"Aku sampai kan nanti rindu mu"

"Lalu Ravindra bagaimana?"

"Sudah pulih bel"

"Syukurlah tuhan sayang vindra"

"Oh ya, bel nanti siang dokter kasih cairan sedikit seperti biasa dalam kemoterapi"

"Iya dokter Gilbert"

Setelah itu dokter Gilbert meninggalkan Belvyah dan gunadhya di dalam. Biarkan mereka bercerita biarkan mereka menghabiskan waktu nya hari ini.

"Mahesa anak mu tak apa tadi dia bergembira sekali"

"Terimakasih Gilbert"

"Sudah tanggung jawab ku Mahesa"

"Sudah tanggung jawab ku Mahesa"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Cklek!!

"Belvyah ini ayah sama bunda boleh masuk tidak"

"Masuk saja. ayah, bunda"

"Kirain tak boleh masuk takut ganggu kalian"

"Gak yah masuk saja"

"Gun saya harus pergi pulang dulu kerumah sama bunda nya tolong jaga Belvyah yah"

"Iya yah Gunadhya jaga Belvyah"

"Jadi laki-laki yang seperti ini ada kalanya bisa lemah ada kalanya harus jadi sang pelindung"

Gunadhya hanya mengangguk mendengar ucapan mahesa tadi. Ia hanya harus bisa memahami kata kata itu lagi. Kini hanya mereka berdua sedang berbincang menunggu Belvyah di panggil dokter Gilbert untuk pengobatan kemoterapi.

"Gun sewaktu waktu nanti aku akan botak"

"Lalu kenapa?"

"Kau akan menjauh?"

"Tidak akan menjauh kalau aku menjauh selemah dan semenyakitkan apa aku nanti?"

"Serius gun kau tidak akan menjauh?"

"Iya Belvyah duarius dari aku"

"Hahahah ada ada saja"

Gunadhya menatap malaikat kiriman tuhan di depannya sekarang, bagaimana dia bisa secantik ini
Aku Ingin berlama lama jika bersamanya. Ingin Jakarta cemburu, aku ingin tuhan..... Ingin menghabiskan waktu nanti bersama nya.

"Gun nanti kalau ada waktu dan aku sudah keluar dari rumah sakit, aku ingin lihat mama mu"

"Iya boleh Belvyah nanti kita kebandung ok"

"Makasih gun"

"Iya, aku di sini sampai sore saja tak apa kan?"

"Iya gun tak apa"

Tiba tiba saja dokter Gilbert dan satu suster masuk ke ruangan Belvyah di rawat. Ini sudah waktunya pengobatan.

"Sudah yah dok"

"Iya Belvyah, temani yah gun sehabis ini dia harus istirahat"

"Iya dok"

Setelah dokter menyuntikkan obat melalui pembuluh darah Belvyah di anjurkan untuk beristirahat setidaknya dengan tidur. Gunadhya tetap duduk di samping Belvyah benar benar menjaganya.

Menunggu Belvyah tidak membuat gundah nya begitu saja meretas dia menjaga Belvyah yang terjaga dari tidurnya. Kini manisnya dia tau bahwa dia terlalu candu akan tutur nya terlalu terbujuk akan hadirnya Belvyah.

Dari siang hari menunggu Belvyah hingga petang Gunadhya hanya duduk saja. Belvyah mulai membuka matanya mengerutkan keningnya lucu sekali bila di lihat lihat sampai Gunadhya ikut tersenyum.

"Gun ini jam berapa?"

"Sudah sore bel"

"Bawa aku jalan jalan di taman rumah sakit gun, boleh?"

"Ayo sini, sebentar aku ambil kan kursi roda untuk mu"

"Gun aku bisa jalan"

"Gak jangan aku gak mau nanti kamu tiba tiba jatuh"

"Ya sudah"

Gunadhya mengambil kursi roda untuk Belvyah dan membopong Belvyah untuk duduk di kursi roda tersebut. Belvyah senang laki laki di hadapannya ini benar benar sabar dengannya.

"Gun apa aku merepotkan?"

"Jangan berpikir seperti itu aku marah nanti"

"Ya sudah aku tak akan tanya seperti itu, aku tak mau gunadhya marah"

"Nyonya manis yang pintar"

Orang orang yang melihat mereka merasakan teduh nya. Seperti melihat sepasang nyawa yang benar benar tak ingin pergi salah satunya tetap dalam sabit yang sama tetap dalam damai yang ada.

Kini mereka sudah di taman rumah sakit. Sama saja riuh Jakarta masih beriak tapi mereka tak bisa lihat hiruk pikuk dan ricuh nya di luar sana.

"Gun temani aku sampai surya nya hilang yah?"

"Iya bel akan kutemani melihat senja, rindu senja rupanya dirimu"

"Sangat"

"Senja dengarkan aku tolong bahagiakan Belvyah tolong teduh dan damai kan Belvyah. Pada riuh Jakarta tolong jangan sakiti Belvyah jangan buat dia jatuh jangan berego tinggi"

"Hahaha kau ini gunadhya lucu sekali"

"Ingat waktu itu di halte?"

"Ingaaat"

"Kau bilang merasa indah kan Jakarta pada saat senja seperti itu"

"Lalu kenapa Gunadhya"

"Aku yang waktu itu merasa senang mengenal mu dan senja malu bila disanding denganmu"

Perkenalan mereka begitu singkat, entah karena termakan oleh waktu atau memang karena tak perlu canggung karena mereka adalah teman, teman yang kini sudah menjadi rasa yang paling tepat.

Burung burung kini sudah menghiasi jingga nya langit di ujung hari. Indah sekali mereka masih duduk tak bersuara hanya memandang indah langit.

Kalau saja aku akan begini hingga menua aku sungguh senang sekali tapi kalau tuhan berkehendak lain, apa lagi bisa ku? Sudah ikuti saja sekarang yang ku nikmati kini bisa bersama Belvyah di masa nya sekarang di saat dia seperti ini di saat dia mengajarkan ku untuk apa kuat nya.




Kyuhyun as Gilbert Nicholas Khuang
[dokter ganteng]

Kyuhyun as Gilbert Nicholas Khuang [dokter ganteng]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Benang tak kasat mata ° Mark lee✔️Where stories live. Discover now