8.Entah tuhan ingin pergi ku atau kita bersama

28 4 2
                                    

Mereka sudah sampai, sudah berada di tengah tengah taman bunga kini. Indahnya pikir Belvyah kapan lagi ia bisa menyaksikan seperti ini kapan lagi?

"Gun aku benar benar ingin berlama lama di sini"

"Jangan sperti itu nanti di cari bunda sama ayah, lalu aku yang di marahi" Gunadhya mengempoutkan bibirnya

"Kamu bukan anak kecil jangan mengempoutkan bibir"

"Ya sudah tapi kan kau bilang aku lucu"

"Terserah Gunadhya deh"

"Begini Belvyah kalau marah?"

"Tidak marah, kesal saja"

Mereka berdua sedang duduk yang di sediakan di taman bunga nan banyak itu. Memandang bunga bunga yang masih kokoh dengan cantiknya.

"Gun surga mu, makasih sudah bawa ke surga mu"

"Iya Belvyah, terima kasih juga sudah menemani ku sudah berani masuk dunia ku"

"Gun nanti suatu saat aku akan ke surga tapi sendiri tidak bersama mu"

"Jadi, kau tinggalkan aku di sini begitu?"

"Lebih tepatnya aku membiarkan kamu di sini menikmati bujuk rayu dengan jakarta dan surga mu ini"

"Jangan marah gun, nanti kau juga tau aku kenapa berbicara seperti itu"

"Ayo bel balik ke rumah, setelah itu ketujuan selanjutnya"

"Gun jangan marah"

"Belvyah tak ada membuat ku marah. Ayo hari sudah petang"

"Iya gun"

Belvyah hanya menunduk sambil mengekori Gunadhya tak ada suara dari keduanya, tak ada yang memulai berbicara semua tiba tiba berubah.

Ya tuhan seharusnya aku tidak berbicara seperti itu yang buat Gunadhya marah seharusnya aku tidak akan bicara itu tuhan. Menyesal pun percuma saja, aku sudah meretakkan hatinya lagi.

Sampai menuju rumah pun mereka tak ada berbicara sama sekali, entah Belvyah yang masih bersalah atau gunadhya yang tidak habis fikir dengan omongan Belvyah tadi.

"Bu Gunadhya pulang"

"Mana putri cantik itu"

"Di belakang badan Gunadhya tidak ada?"

"Ibu tidak lihat siapa siapa di balik badan mu"

Belvyah tak berani masuk rumah jika Gunadhya dan dia sendiri sedang tak enak begini apa kata ibu nanti.
Belvyah sedang menunggu di teras depan. Tiba tiba ibu datang.

"Kenapa cantik?"

"Tidak apa apa bu" Belvyah menjawab sembari senyum

"Cerita yah kalau kenapa napa"

"Iya bu"

Gunadhya hanya melihat ibu dan Belvyah berbicara lewat balik pintu. Ia hanya diam tak seharusnya tadi dia mengacuhkan Belvyah tak seharusnya tadi dia begitu.

"Ayo bel, nanti di cari bunda"

"Bu Belvyah balik dulu yah bu, makasih waktunya indah hari ini bu"

"Terimakasih juga ke gunadhya yah sudah buat hari mu indah"

Tapi aku mematahkan utuh hari indahnya bu, maaf

"Bu, Gunadhya balik dulu yah"

"Iya gun, jaga Belvyah sering main kesini bareng Belvyah juga"

"Iya bu, salam tinggal atas nama Dirgantara"

Mereka berdua kembali ke motor Gunadhya, sudah mulai keluar dari daerah asri ini mulai mendengar riuh Jakarta yang masih beriak masih melihat penyanyi penyanyi jalanan bersuara sumbang, melihat penjual kaki lima, padatnya kota ini di jam pulang kerja mereka. Penjual koran dan penyanyi jalanan beraksi di kala lampu merah setidaknya dapat seperak dua perak untuk makan hari ini.

Benang tak kasat mata ° Mark lee✔️Where stories live. Discover now