Gadis itu kembali jongkok dan berlutut di kaki bosnya. Tanpa mengindahkan Billy.

"Tidak! Pergi!"

Berusaha sekuat tenaga kakinya menendang gadis itu.

"Ah! Bos, saya mohon– hiks" isak gadis itu.

Seketika Billy mematung, ia paling tidak tega mendengar isak itu. Perlahan ia menyentuh kedua bahu gadis yang sedang berlutut di hadapan 'bawahannya' dengan kaku.

Merasa sesuatu hangat mencengkeram halus bahunya, gadis itu menoleh ke belakang lalu cepat berlutut di hadapan Billy. Tidak ada pilihan lain, ia melakukan itu karena ia butuh uang. Dia tidak mau lelah mencari pekerjaan lain.

"Saya mohon– maafkan kesalahan saya tuan– hiks."

"Tidak ada nego!" suara lantang pria yang di panggil bos, membuat pandangan Billy nanar padanya. "Tuan Billy menjadi korban.  Kamu pergi sekarang!" lanjutnya.

"Cukup!"

Billy tangkas bangkit dan mengeraskan rahang. Setelah mendengar bawahannya menggretak seseorang seperti itu di depannya.

"Dia tidak akan di pecat! saya yang menjadi bos disini! Anda hanya kerja pada saya!"

Billy menunjuk dengan marah pada pria berumur sekitar 38 tahu  itu. Sedangkan yang di bentak hanya menunduk takut. Gadis itu mendongakkan wajah pada Billy heran dan haru.

"Tinggalkan saya bersama perempuan ini berdua! semuanya keluar! keluar!"

Billy mengucapkan dengan penekanan pada setiap kata yang di ucap.

Dalam beberapa detik saja, semua pengunjung maupun karyawan serta bodyguard  dari Billy melesat dengan cepqt dari dalam Restaurant itu.

"Ayo berdiri."

Gadis itu perlahan berdiri dan menghiraukan rasa perih dari goresan merah berdarah di tangannya.

"A, apa yang anda lakukan?" tanya gadis itu.

"Apa? saya tidak ingin seorang gadis di kasari sampai kau harus berlutut seperti itu. Dan tanganmu–"

Ketika Billy hendak menyentuh tangan gadis itu, gadis itu hanya menjauhkan tangannya.

"E,u tidak."

Bagaimana bisa dia tidak ingin melihat gadis di kasari. Padahal ia telah berlaku kasar padaku, waktu itu. Sulit di percaya'

Gadis itu bergumam penuh curiga di batinnya. Ia mengatup bibir rapat-rapat dan  menggeleng kepala. Seorang pria yang sempat di anggapnya temperament, tiba-tiba berlaku manis seperti itu.

"Kenapa? Kau baik-baik saja bukan?"

Gadis itu menggeleng, menatap Billy curiga.

"Terimakasih." balasnya singkat.

Sesaat gadis itu hendak berlalu dari hadapan Billy. Billy segera menarik pergelangan tangannya sebelum gadis itu berputar badan sempurna.

(Plaaak!)

Namun sigap saja tamparan yang Billy terima pada pipi mulusnya.

"Jangan kurang ajar! mentang-mentang anda sudah menolong saya! seenaknya saja anda menyentuh saya!"

"Apa? Tidak! itu tak benar!"

"Cukup. Saya hanya bekerja disini. Anda pikir setelah anda melakukan perbuatan buruk pada saya dan menghina saya waktu itu, saya akan mudah memaafkan anda?"

Billy menggerakkan bibirnya, hendak mengucapkan kata-kata namun gadis itu mengendurkan niatan Billy.

"Shit– saya tak perlu mendengar apapun dari anda dan saya tidak ingin berseteru dengan anda lagi. Silahkan lakukan pekerjaan dan urusan anda, sementara itu saya mengurusi pekerjaan saya juga."

Billy mendengkus sebal mendengar kecerewetan gadis itu. Padahal niatnya baik  hanya ingin menolong dan meminta maaf. Tetapi niatnya yang baik itu tidak sedikitpun di gubris oleh gadis keras kepala yang beberapa detik lalu ada di hadapannya.

Apakah sesulit itu berbuat baik? hingga tak membiarkan mulutnya berucap sedikitpun.

"Hei nona! saya kecewa anda bersikap seperti itu pada saya! Suatu saat nanti kau pasti akan jatuh hati pada saya! tunggu saja!"

Billy menyumpah gadis itu, setelah menjauh darinya– gadis itu hanya menoleh dengan tatapan sinis pada Billy.


Sabtu,2 November 2019

Love&thanks,
Chika(@siska_yukinara)

1003 gak lebih gak kurang. Btw mata author udah ambyar nih, malming jam 23:10 waktunya author bobo syantik!🌛
Bye bye Siders!😴

Iam PerfectWhere stories live. Discover now