3. Aksa Hilang!

Mulai dari awal
                                    

"Luhan ada. Rangga ada. Berarti yang nggak ada..." Setelah diam cukup lama, barulah Genta ingat. "Aksa!"

Seketika Genta panik. Buru-buru ia menyambar selimut Luhan. "Han, Han, bangun, Han!"

Lelaki dengan bibir mungil, bernama lengkap Kalu Hantara itu berdecak kesal. Jelas saja kesal. Baru sekian jam ia tertidur, terhitung sudah sekian kali tidurnya diganggu oleh dua teman sekamarnya. Dan sekarang tiga, ditambah Genta. "Berisik lo!"

"Han, bangun!" Tidak menyerah, Genta mengguncang-guncangkan tubuh Luhan.

"Gue capek Gentara Loka. Mau tidur, ngantuk banget ini!" keluh Luhan yang terdengar sangat mengatur intonasinya walau mengantuk berat, seraya mengambil kembali selimut tebalnya.

"Iya, gue tau lo capek. Tapi si Aksa ilang!" seru Genta, yang detik itu juga membuat mata Luhan langsung terbuka.

"Ke mana?"

"Kalau gue tahu namanya bukan ilang!"

"Bangunin Rangga!"

🎯

Drap! Drap! Drap!

Jika tadi terdengar suara benda yang seperti sedang diantukkan satu sama lain, kali ini terdengar suara derap langkah yang kian mendekat ke arah kamarnya. Suara apa itu?!

Sumpah, Karin baru tahu kalau sekolah asramanya sehoror ini, dan Mama-Papanya benar-benar kompak tidak bercerita sama sekali! Karin takut. Tapi apa boleh buat kalau ternyata rasa penasaran lebih berhasil menguasai dirinya. Dengan langkah pelan-pelan, sedikit berjinjit, Karin memberanikan diri berjalan menuju pintu kamarnya. Membuka pintu kamarnya dengan menekan sebuah tombol yang tersedia.

Hingga pintu telah terbuka, mulut dan mata Karin langsung membulat sempurna bersamaan dengan tubuhnya yang mematung, terkejut hebat.

Terlihat seorang lelaki tinggi yang entah dari kapan, tahu-tahu ia dapati sudah berdiri kukuh di depan pintu kamarnya.

"Lo siapa?" tanya Karin spontan.

"Aksa!"

Pekikan seseorang disusul dengan derap langkah kaki beberapa orang, seketika membuat Karin menoleh dengan lebih menyembulkan kepalanya ke luar pintu. Dan di seketika itu juga, Karin baru menyadari, kalau tidak tahunya lelaki tinggi yang berdiri kukuh di hadapannya saat ini sejak tadi memejamkan mata.

Plak!

Tidak segan-segan Rangga menggeplak kepala belakang Aksa, sampai mata elang Aksa langsung terbuka lebar. "Bisa aja anjir sleep walkingnya ke kamar cewek! Lo modus apa gimana, nih?" tegurnya kemudian.

"Hah?" Aksa yang tidak sadar apa-apa hanya bisa melongo, sembari mengusap-ngusap kepalanya. Bingung akan keberadaannya yang tiba-tiba berada di area asrama perempuan kelasnya, lebih bingung lagi ketika mendapati seorang perempuan yang menatapnya aneh. Seperti sedang menatap keajaiban dunia hasil dari pernikahan silang antara cicak dan kadal. "Gue? Sleep walking?"

Rangga, Luhan, dan Genta mengangguk. Sedangkan Karin menggeleng dengan gedikan bahu. Tidak tahu. Sementara Aksa tampak masih heran.

"Masa?"

"Ahelah!" desah Luhan.

"Bodo amat, Sa!" Genta menyentak.

Melihat gaya bicara Aksa yang sok tidak tahu apa-apa didukung dengan raut wajah yang polos benar-benar membuat mereka berdua ingin sekali menjedotkan kepala Aksa ke tembok marmer Clugams. Di pihak lain ada juga Rangga yang hanya bisa menggeleng-geleng kepala. Walau tabiatnya yang suka meninggi, di antara yang lain di satu kamar itu, tetap saja hanya Yurangga Pragi Wangsa satu-satunya yang berkelakuan sedikit lebih normal ketimbang tiga dari mereka. Lebih-lebih Genta!

Clugams #1: and The Cursed ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang