-Chapter 2-

143 16 3
                                    

"Kenapa tiba-tiba kalian teriak, un??" Deidara bingung akan sikap ketiga orang itu—Tobi tidak termasuk

"Ka-kau benar-benar meminta izin ku, untuk pergi ke pameran itu, dan saat di pameran itu kau pergi ke tempat dijualnya lukisan?!?!" Ucap Pain shock bagaimana lah

"Bukan aku yang meminta izin, un!! Tapi Hidan! Lagipula bukan aku juga yang mengajak nya ke tempat itu" jawab Deidara

"Ini... Ini sih bahaya..." celetuk Sasori yang malah menambah kebingungan partner nya

"Itachi saja.... Dia belum bisa kembali, kan??" Konan nimbrung(?)

"Iya... Dia masih berada di rumahnya" jawab Pain

"Aku benar-benar heran dengan pemikiran kalian, un. Jadi sebenarnya ada apa?!?!?!"

"SEBAGAI HUKUMAN! KAU KEMBALI LAGI KE PAMERAN ITU, DAN CARI HIDAN SAMPAI DAPAT!!! JANGAN KEMBALI SEBELUM KAU MENEMUKAN NYA!!!!!!" Teriak Pain galak

"Apa?! Yang benar saja, un!! Aku salah apa sampai-sampai jangan kembali!!" Komentar Deidara

"Tak apa, dei. Aku dan Konan akan membantu, iya kan?" Ucap Sasori

"Tentu! Kami tidak mau ada korban lagi. Apalagi jika korbannya salah satu anggota kita" ucap Konan

"eeee... Ka-kalau begitu aku juga ikut! Sebagai ketua, aku harus selalu menjaga anak-anak buah ku!!" Celetuk Pain

"Kau lebih baik diam saja, un! Lagipula kau sendirikan yang menyuruh ku untuk memcari Hidan? Jangan kembali sebelum kau menemukan nya. Iya kan?" Komentar Deidara

"Halah! Bilang saja kau ingin caper dengan Konan, iya kan?" Ucap Sasori

"e.. Ah.. Ng-nggak!! Sudahlah, ayo kita ke pameran itu lagi!!!"

"Tunggu! Apa Hidan punya hp? Mengapa tidak kita telpon saja??" Konan menghentikan

"Kau juga tau kan, hp Hidan di jual oleh Kakuzu beberapa hari yang lalu?" Jawab Sasori

"Akh! Si keparat itu!! Aku benar-benar heran dengan apa yang di idam kan oleh mama nya, saat sedang menghamili Kakuzu!!"

"Mungkin mama nya Kakuzu ngidam uang juga, un. Makanya sekarang anak nya jadi mata duit-an!"

"Udah! Gak guna ngomongin si mata duit-an itu. Kena karma ntar kita, rekening kita tiba-tiba aja jadi nol" Ucap Sasori

"Skuy, kita ke pameran itu lagi!!" Ajak nya

***

"Un, aku mau tanya. Sebenarnya ada apa dengan Itachi?"

"Oh iya, waktu itu kau sedang berada di desa mu, ya? Hmm... Jadi begini, saat itu Itachi, Kisame, juga Zetsu sedang berada di pameran yang kita kunjungi sekarang ini. Lalu tiba-tiba saja, mereka pulang sambil membawa(?) Itachi yang, seperti, babak belur begitu lah" Konan menjelaskan

"Lalu sekarang, Itachi berada di rumahnya? Berapa lama, un?"

"Sekitar tiga hari. Keesokan hari nya saat dirumah nya. Ia malah jadi demam" kini Sasori yang menjawab

"Sebenarnya, tidak semua anggota tau tentang kasus ini. Aku belum mengumumkan nya" celetuk Pain

"Aneh sekali, un. Harusnya kami semua tau akan hal ini, kan??"

"Aku juga baru tau kemarin" jawab Sasori

"Akh! Apakah itu tempat yang kau maksud, Deidara?" Konan menghentikan langkahnya sembari menunjuk ketempat yang dimaksudnya

"Iya, un! Akh, keliatan nya mereka akan tutup!!" Jawab Deidara

"Kalau begitu, cepat hampiri mereka!!!" Kata Pain sembari berlari, mereka—Deidara, Sasori, Konan—bertiga mengikuti Pain dari belakang

"Permisi, sebelum kalian pergi, kami ingin menanyakan sesuatu" ucap Pain

"Oh, silahkan tanyakan saja"

"Anu... Apa tadi ada salah satu pelanggan/pengunjung kalian yang.. Eeee, bagaimana cara mendeskripsikan Hidan??"

"Dasar! Dia seorang Jashinistis, rambutnya perak begitu, un. Ayolah, kau pasti mengingatnya!! Karena kaulah yang mengatakan bahwa Hidan itu seorang pengikut Jashin, un!!" jelas Deidara

"Heeee... Ta-tapi saya baru saja datang. Saya datang kemari beberapa menit yang lalu untuk membereskan semua ini"

"........."

"Deidara, kau yakin tidak salah orang??" Tanya Konan yang terkesan menyeramkan

"Tidak!! Tidak mungkin aku salah orang, un!!! Aku mengingatnya jelas, dia ini orang yang menawarkan dirinya untuk membantuku untuk memilihkan lukisan-lukisan yang dijual!!" Jawab Deidara

"Ma-maaf kan saya... Tapi saya ini sebenarnya, hanya, bertugas untuk membereskan tempat ini.."

Jawaban yang membuat Deidara menjadi tambah bingung. Padahal ia yakin bahwa pria di hadapan nya inilah yang tadi berkomunikasi dengannya juga Hidan

"Apakah kau mempunyai seorang saudara?" Celetuk Sasori

"Ya, saya mempunyai dua kakak" jawabnya

"Mungkin yang kau lihat tadi itu kakak nya, cerewet!" Ucap Sasori pada Deidara

"A... Anu... Wa-walaupun kami adik-kakak, tetapi wajah kami tidak terlalu mirip seperti anak kembar"

"A-ahhh... Be-begitu...?"

"Dei, mungkin kau salah lihat!!" Tegur Pain

"Bolehkah aku bertemu dengan kedua kakak mu, un?" Deidara tidak mempedulikan ucapan Pain

"Tidak, kedua kakak saya itu selalu sibuk jika jam-jam segini. Mereka kan bahkan memberikan pekerjaan membereskan tempat ini pada saya"

"Kalau begitu, dimana kalian tinggal, un?"

"Kami tinggal terpisah sebenarnya. Kakak pertama saya di apartemen di desa Kirigakure. Kakak kedua saya di rumah sederhana nya di Sunagakure. Sedangkan saya sendiri tetap tinggal dirumah awal kami di sini"

"Sebenarnya hubungan kalian itu baik atau tidak sih? Sampai pisah rumah seperti itu??" Tanya Konan dengan nada agak kesal

"Hah~ bagaimana, ya?" Pemuda tersebut kembali melakukan pekerjaan nya, yaitu membereskan tempat tersebut

"Begini saja, besok kalian datang lgi saja kemari. Saya akan usahakan agar say juga bisa ada disini. Saya akan coba bantu kalian untuk bicara tentang salah satu pengunjung tempat ini yang tadi kalian deskripsi kan"

"Iya... Terimakasih banyak"

"Kalau boleh tau, siapa nama mu? Dan dimana rumah mu?" Tanya Konan

"Nama saya Kimimaro, rumah saya tidak jauh dari kediaman klan Uchiha. Rumah saya hanya terhalang empat rumah saja dari kediaman Uchiha" jawab pemuda itu

"Akh! Dekat dengan rumahnya Itachi!!!" Seru Sasori

"Kalau begitu, kami akan mengunjungi rumah mu jam 8 nanti. Ada waktu di jam segitu, kan?" Ucap Konan

"Tentu, jam segitu saya luang"

"Baiklah, terimakasih banyak atas waktunya, Kimimaro-san" ucap Pain

"Tidak masalah"

~Lanjut ke chapter 3~

LukisanWhere stories live. Discover now