21 Oktober 2019

3.1K 51 5
                                    

Innalilahi. Kabar duka datang menjelang petang. Yaitu kabar kalau Ibu dari salah satu mahasiswi di kelas, meninggal.

Begitu jam perkuliahan dimulai, jam pertama kosong. Setelah salat Maghrib, kami sekelas berinisiatif melayat ke rumah yang tengah berduka.

Saya kebetulan dibonceng sama Ikin.

Dramanya adalah menurut info kalau rumah duka ada di perumahan Perdana. Rupa-rupanya jenazah berada di rumah satunya yang di jalan Wahidin.

Kami pun berputar-putar lama mencari sana-sini.

Saya rada kesel juga sama yang nunjukin jalan. Bisa gak telat begitu ya? Pikir saya.

"Gimana sih yang nunjukin jalan. Padahal tadi jalan sini kelewatan pas berangkat," keluh saya sama Ikin begitu motor sudah sampai di halaman rumah duka.

"Hush! Nggak apa-apa muter-muter. Kan perjalanannya jadi indah dan berkesan," jawab dia sekenanya.

Hah?

"Maksudnya? Saya nggak paham lho."

"Nggak perlu ada pertanyaan lagi," jawab Ikin sambil nyengir.

Ya.. ya.. ya..

*****

Sepulang dari rumah duka, saya minta Ikin mengantarkan saya sampai kosan.

"Isya dulu ya di At-Taqwa," pinta Ikin.

"Ya sok!"

"Ya sok nya itu sekalian solat kan?"

"Iya, hehe. Saya ikut solat juga."

Maka kami pun berbelok ke Mesjid At-Taqwa.

****

Hari ini ditutup sama ucapan, "Terima kasih ya."

Padahal saya sudah menawarkan mau main dulu ke kosan atau enggak.

Tapi ya cukup menyenangkan lah bisa motor-motoran sama Ikin.

😁😁😁

"

IKINWhere stories live. Discover now