29

5.4K 798 97
                                    

"Nak, waktumu sudah habis."

Jaemin menghela nafas pelan mendengar kata itu terlantun dari bibir sang Polisi yang sejak tadi menunggunya di luar sel, mengizinkannya untuk mengangkat telefon adik kesayangannya.

"Dek, udah dulu ya. Abang janji, kalo abang udah bebas... abang bakalan jaga Adek sepenuh nya, maafin ya?" Jaemin mati-matian menahan air matanya untuk tidak jatuh begitu mendengar suara isakkan dari seberang sana.

"Bang... Jangan lama-lama... Minhee gak kuat kalo gini teruss... Minhee dendam sama dia..."

Jaemin mengulum senyum tipisnya, "Gak boleh, ah main dendam-dendam... Ya udah ya, Hpnya udah di minta lagi sama Pak Polisi."

"Abang baik-baik di sana ya, Bang?"

"Iya... Adek juga..."

Jaemin melirik polisi yang menjaganya, Polisi itu nampak memandangnya dengan tatapan seperti... Tidak tega? Jaemin mematikan sambungan telfonnya, lalu memberikan ponselnya pada meja.

Pemuda itu berjalan ke arah sel yang di dalamnya terdapat Jeno dan Haechan tanpa di tuntun, menutup pintunya lalu menekan gembok hingga pintu itu terkunci.

Jaemin bisa mendapati wajah Polisi itu, Polisi yang kenal dengan Papanya. Wajahnya nampak tidak tega, atau memang tidak pantas jika anak seperti Jaemin menjadi kaki tangan dari kejadian ini.

Anak itu malah menjebloskan dirinya sendiri ke dalam penjara tanpa di bantu, lalu merenung bersama kedua temannya, sekedar mengobrol ringan tentang kejadian tak terduga hingga membuat mereka masuk ke dalam sel neraka itu.

Pak Polisi itu berdiri lalu berjalan mendekati sel, memandang Jaemin, Jeno, dan Haechan secara bergantian.

"Jaemin, Ayahmu akan datang." Katanya.

Jaemin nampak membelakkan matanya tak percaya, dadanya mendadak bergemuruh. Ia takut, sungguh ia bahkan tidak tahu di balik khasus yang menimpanya kini.

Dan sebentar lagi ia akan berhadapan dengan Papa, Papa yang tidak punya rasa ampun jika merasa sudah keterlaluan.

Jaemin menggigit bibir bawahnya, "Terimakasih." Ucapnya segan, dari nadanya saja sudah terlihat jika anak itu tidak mengharapkan ini semua.

Polisi itu nampak melambaikan tangannya pada Jaemin, membuat Jaemin bangkit lalu berhadapan dengan Polisi. Pandangan mereka terhalang penjara yang masih mengunci Jaemin hingga saat ini.

Jaemin menunduk begitu polisi itu nampak mengelus rambut cokelatnya dengan pelan melalui celah sel, lalu menepuk pundak Jaemin seakan memberi keteguhan hati pada pemuda itu.

"Kamu yang sabar, saya tahu kamu anak yang hebat. Tidak mungkin anak sebaik kamu menjadi kaki tangan dari pembobolan ini, tunggu bukti yang akan menunjukkan jika kamu tidak bersalah dan teman-teman saya akan membebaskanmu."

Jaemin tersenyum tulus, hatinya mendadak menenang. Berharap kebaikan akan datang padanya lalu membuatnya terbebas dari ujian yang tidak ringan selalu datang menimpanya dengan bertubi-tubi.

"Terimakasih banyak."

****

"Dasar anak kurang ajar!!"

Plak!!

Tamparan keras itu berhasil mendarat mulus pada pipi kiri Jaemin, anak itu hanya terdiam. Menunduk dengan segenap rasa kepiluan yang datang menghampirinya tanpa ampun, menyiksanya seolah ialah orang yang paling dusta di sini.

[✓] What's Wrong : JaeminheeWhere stories live. Discover now