22

5.9K 825 44
                                    

Jaemin menghela kasar sembari menutup pintu kamarnya dengan sedikit keras, untuk yang kesekian kalinya ia mendengar orang tuanya kembali bertengkar.

Ia pusing bukan main, ia baru saja pulih. Dan ia harus memilih salah satu dari mereka yang awalnya saling berkomitmen dalam satu rumah tangga yang utuh, tapi sekarang tidak lagi. Bahkan mungkin tidak akan pernah lagi.

Jaemin menundukkan kepalanya dengan ia yang terduduk di lantai dan pintu kamarnya yang ia gunakan untuk punggungnya bersandar.

Jaemin kebingungan, harus pada siapa ia mengadu? Mereka bukan lagi satu-satunya orang yang Jaemin percaya, rasanya sangat-sangat mustahil jika ia mengadu pada Jeno ataupun Haechan.

Yang ada mereka pasti akan mengocehkan hal yang tidak perlu di omelkan pada saat-saat seperti ini.

Jaemin mulai memejamkan matanya, mencoba meredam rasa bingungnya.

Jaemin tersentak waktu tiba-tiba punggungnya terdorong hingga wajahnya yang membentur lantai kamarnya, tentu saja ia kesakitan. Tidak ada angin tidak ada petir, pintu kamarnya terbuka hingga mendorong tubuhnya.

"SIAPA SIH YANG BUKA PINTU NGAWUR BANGET ANJIRR!! HIKS!!! SAKIT TAUK HIDUNG GUEE!!" Teriak Jaemin dengan isakkannya, bukan! Bohong jika hidungnya sakit! Hatinya yang sakit.

"Aduh bang! Maafin gue!!"

Mendengar suara panik itu membuat tangisan Jaemin semakin menjadi, ia memegangi hidungnya sembari menundukkan kepalanya. Seharusnya ia memegangi dadanya yang terasa sesak sekarang, tetapi Jaemin tidak mungkin berbagi luka yang cukup dalam itu dengan Minhee.

Minhee menatap Jaemin khawatir, melihat Jaemin yang menangis membuat Minhee turut bersedih.

"Bang? Sakit banget ya?" Tanya Minhee sembari mencoba membujuk Jaemin agar mendongakkan kepalanya.

Jaemin terdiam, tidak kuasa menahan tangisan itu. Percayalah, bahwa menangis tanpa suara itu lebih menyakitkan.

"Bang, maafin gue dong!" Bujuk Minhee merasa bersalah, pemuda itu nampak kebingungan sekarang.

Jaemin pada akhirnya mendongakkan kepalanya, lalu menggeleng pelan sembari mencoba mengulum senyum palsunya.

"Hehe.. Enggak kok, gue gak papa." Jawab Jaemin sembari menyeka air matanya, tangisannya mereda.

Jaemin mengernyitkan dahinya begitu Minhee melengkungkan bibirnya kebawah seolah menahan tangisan, pemuda berambut hitam itu lalu berhambur ke pelukan Jaemin hingga tubuh Jaemin hampir terhempas ke belakang.

"Bang! Maafin gueee... Gue gak maksud bikin lo luka, Bang... Minhee nyeselll!" Jelas Minhee dengan tangisannya yang semakin menjadi.

"Harusnya gue ketok pintu!! Harusnya gue gak ceroboh! Harusn__"

"Shhutt!!" Jaemin memotong penjelasan Minhee dengan menempelkan jari telunjuknya di bibir Minhee hingga membuat si bungsu terdiam dengan matanya yang berkaca-kaca.

"Kok lo malah nangis sih?" Tanya Jaemin dengan nada yang ia buat seolah-olah ia baik-baik saja.

Minhee menggeleng, "Maafin gue, bang." Ucap Minhee lagi-lagi.

Jaemin terkekeh pelan, lalu mengacak rambut Minhee dengan gemas hingga membuat Minhee sedikit kebingungan.

"Hidung gue gak sakit kok, gue gak papa." Jawab Jaemin sembari mendudukkan dirinya di tepi ranjang diikuti Minhee yang melakukan hal yang sama.

Minhee berdecak kesal, "Trus ngapain nangis? Gue jadi panik tauk!" Sebal Minhee sembari menolehkan pandangannya ke arah lain.

Jaemin terkekeh lalu menyandarkan kepala Minhee ke pundaknya, anak itu tidak menolak. Minhee terdiam dengan beribu pertanyaan di benaknya, rasanya sangat tidak enak. Ada rasa lain yang tidak membuatnya nyaman begitu berdekatan dengan Jaemin.

[✓] What's Wrong : JaeminheeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang