23

5.5K 784 50
                                    

"Bunda jangan khawatir, biar Jaemin yang atasin semua ini."

Jaemin mengulum senyum tulusnya sembari menjabat tangan bunda lalu menciumnya, Bunda tersenyum dengan air matanya yang masih menggenang.

Bunda lalu merengkuh putra sulungnya itu ke dalam pelukannya, lalu mengelus pelan rambut coklat gelap milik pemuda itu.

"Maafin Bunda, sayang. Bunda sama Papa gak bisa jadi orang tua yang baik buat kalian." Lirih Bunda.

Jaemin menggeleng, lalu melepas pelukannya.

"Bunda sama Papa tetep yang terhebat." Mantap Jaemin sembari tersenyum, memperlihatkan deretan gigi rapinya.

Setelah di pikir-pikir, perlahan Jaemin mulai menerima keadaan ini. Mulai dari Minhee yang tidak mau tau, dengan Papa yang jarang pulang sekarang, pulang pun selalu tengah malam.

Pemuda itu bahkan masih kebingungan dengan sebab kenapa orang tua mereka akan bercerai, yang Jaemin tahu hanya sudah tidak cocok.

Tapi itu dalam artian apa Jaemin masih tidak paham.

Jaemin pada akhirnya menaiki motor sport nya, lalu memakai helm di kepalanya. Pemuda itu menyalakan mesinnya.

"Jaemin berangkat, bunda." Pamit Jaemin sembari menjalankan motornya pergi dari pekarangan rumahnya.

Bunda mengangguk dan tersenyum, lalu melambaikan tangannya kepada putra sulungnya itu.

"Semoga Tuhan selalu melindungimu, sayang."

****

Jaemin berdecak pelan sembari mengecek arloji yang kini melingkar di tangan kanannya, matanya terus menelusuri seisi parkiran sekolah. Mencoba mencari motor sport berwarna putih dengan plat yang Jaemin ingat.

"Ini bahkan udah masuk, kemana sih anak itu?!" Kesal Jaemin.

"Heh! Kamu!!"

Jaemin menoleh, mendapati pria yang kini menatapnya tajam.

"Saya?" Tanya Jaemin sembari menunjuk dirinya sendiri.

"Iya! Memangnya siapa?!" Kesalnya.

Jaemin menghela nafas pasrah sembari menghampiri gurunya itu, Jaemin tersenyum lalu menjabat tangannya dan tidak lupa untuk menciumnya.

"Hem... Sopan banget kamu, Dilan." Ucapnya.

Jaemin mengulum senyumnya, "Nama saya Jaemin, Pak." Sahut Jaemin ragu-ragu.

"Enggak! Saya sukanya panggil kamu Dilan, mirip soalnya. Haha! Bapak ngefans sama Dilan."

Jaemin tersenyum canggung, "Makasih, Pak." Jawab Jaemin.

Pak Ripto namanya, guru pendatang dari Bandung itu sukses membuat Jaemin merasa salah tingkah.

"Oh iya Dilan, ngapain kamu di sini pas jam masuk kelas? Telat kamu?" Tanya Pak Ripto kebingungan.

Jaemin memejamkan matanya pasrah, "Sa-saya udah berangkat dari jam 4 pagi Pak, tapi saya tadi kesasar di depan ruang lap IPA. Belum lagi adek saya malah ilang." Jelas Jaemin, tentu saja ia berbohong.

Pak Ripto nampak tertawa, "Duh... Sifat kamu mirip lagi sama dia, Kalo Dilan lupa kelasnya kamu malah lupa letak sekolah, makannya kamu banyak-banyak makan ikan, biar gak jadi pelupa ya." Jelas Pak Ripto.

[✓] What's Wrong : JaeminheeOnde as histórias ganham vida. Descobre agora