You need to know what delicate mode is!

8.4K 1.8K 87
                                    

Ara pikir, mereka akan pergi ke suatu kota yang indah, menghabiskan banyak waktu 'berkeringat' di kamar hotel mewah, berendam berdua di dalam bathtub besar sambil menikmati wine, potongan buah segar, dan juga coklat. Berjalan-jalan keliling kota saat mereka mulai bosan menghabiskan kalori di kamar, romantic dinner di restoran terbaik di kota itu, mengunjungi icon kota, dan hal-hal normal lain yang biasanya dilakukan pasangan pengantin baru pada umumnya.

Kenyataannya, sekarang mereka sedang bertengkar dan tidak saling bicara dalam perjalanan dari Maine menuju Vermont.

Ide awal soal memaknai arti rumah tangga yang sesungguhnya --asal muasal ide Darren berkeliling dengan membawa-bawa tiny house sepanjang New England route-- sebetulnya merupakan hal luar biasa jika saja Darren tidak melupakan detail-detail terkecil yang sebetulnya fatal. Terutama untuk Ara.

Tiny house bukanlah RV. Lebih pantas disebut semi permanent house yang kurang pas untuk dibawa bepergian. Namun, Darren tetap memilih tiny house karena dia tidak suka tempat sempit dan buat dia, RV terlalu sesak walau lebih praktis untuk dibawa berjalan-jalan.

Alasan 'feels like home' juga dikemukakannya saat Ara mengeluhkan kesulitan-kesulitan yang akan mereka dapati seperti susahnya memarkirkan tiny house di trailer park sebelum mereka melanjutkan perjalanan awal dari New York, namun, Darren berkilah, dia sudah menyiapkan tempat-tempat normal untuk mereka singgah di tiap kota yang dituju.

Darren sudah menghubungi teman dan juga rekan-rekannya untuk menyediakan tempat di lahan mereka agar Darren bisa parkir selama paling cepat lima hari, sehingga dia dan Ara tak perlu merasa kesulitan untuk mengisi ulang air, membersihkan toilet dan lain-lain.

Perjalanan awal terasa menyenangkan walau sedikit sulit karena membawa tiny house dengan truk khusus juga bukan pekerjaan mudah, namun ternyata mereka bisa mengatasinya. Mereka akan tinggal di satu kota selama seminggu atau sepuluh hari lalu berkeliling sampai puas, mengikuti ritme kota tersebut. Ara dan Darren bahkan sempat mengikuti kursus dansa tango dan salsa selama tujuh hari saat mereka tinggal di Maine.

Sejauh ini, semua terasa menyenangkan sampai Ara merasa lelah karena harus membereskan semuanya sendirian.

Darren si anak sultan yang seumur-umur tak pernah mengerjakan pekerjaan rumah tangga kecuali mencuci piring --itu pun karena dia tak suka melihat cucian kotor di bak cuci piring--, sering membuat Ara naik pitam karena ketidakbecusannya.

Darren tak bisa merapikan tempat tidur, menyikat kamar mandi, mencuci, menyetrika, atau melipat pakaian. Dia bahkan tak pernah membersihkan sepatu boot-nya sendiri.

Hari ini Ara sudah mencapai batas kesabarannya saat dia meminta Darren membantunya mencuci pakaian --yang sebetulnya hanya tinggal memasukkan ke mesin cuci dan menekan tombol saja-- karena dia ingin membersihkan area kamar mandi dan memvakum seluruh ruangan agar bersih dan siap ditempati saat mereka nanti sudah tiba di Vermont. Ternyata Darren memasukkan semua cucian tanpa dipilih sebelumnya dan hasilnya semua pakaian dalam dan gaun tidur Ara robek-robek tak karuan.

"I'm asking you for a simple task, D! How come you .... Arrrrgggghhhh!!" seru Ara yang menjambak rambutnya sendiri karena frustrasi. Dia kesal sendiri karena suaminya tak paham kalau mesin cuci memiliki delicate mode untuk mencuci pakaian dalam.

Darren memandangi hasil kerjanya yang 'luar biasa' dan hanya bergumam pelan. "I'm sorry, Ra. Nanti kita beli lagi aja."

Ara mendelik tak terima. Bukan dia tak tahu kalau suaminya bisa membelikan ganti lebih bagus dari apa yang sudah dia hancurkan, tapi, beberapa item yang hancur itu adalah pemberian dari sahabat-sahabatnya sebagai hadiah pernikahan.

Miss AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang