Lets call this a coincidence

18.2K 2.9K 99
                                    

Pesta kejutan untuk dr. Grace berlangsung sempurna terutama karena semua anggota keluarga bisa hadir. Agak sulit mengumpulkan semua kerabat Darren dalam satu ruangan yang sama karena mereka berpencar ke berbagai negara. Namun, saat ini, semua bisa hadir tak terkecuali adik Darren, Andrew yang sedang menempuh pendidikan Sub-spesialis dalam Bedah Plastik Rekonstrusi dan Estetik.

Sudah enam bulan Darren tak bertemu Andrew walau komunikasi masih terjalin. Biasanya hanya orang tuanya yang pergi berkunjung ke sana minimal tiga bulan sekali.

Andrew tak berniat pulang selepas masa pendidikannya. Darren tahu alasan utamanya. Dia tak berminat diserahi tanggung jawab mengurus rumah sakit. Yang dia inginkan hanya fokus membedah tanpa terbebani urusan birokrasi dan pengembangan usaha walau papanya berulang kali membujuk Andrew untuk menjadi salah satu member of board Hope Medical Group.

Ketika tadi mereka makan malam bersama hanya dengan keluarga inti karena yang lain sudah pulang ke rumah masing-masing, Darren semakin yakin kalau niat Cakra menyeret anaknya pulang tak akan pernah terlaksana.

"I'm getting married," ucap Andrew dengan nada bangga.

"What??" pekik mamanya, syok.

Andrew memutar bola mata, tak peduli dengan reaksi awal keluarganya. "Mom, you know I've been dating Ashley since ... Well, forever I guess. Aku bahkan udah berhenti ngitung sejak kapan. Hal kayak gini harusnya gak bikin mama syok. You know her and I know you like her. So, what's the problem?"

Andrew dan Ashley bertemu saat menempuh pendidikan spesialis di Jerman lima tahun lalu dan mereka tak terpisahkan sampai detik ini.

"Kamu sudah melamar?" tanya papanya dingin.

"Aku sudah tanya and she said, yes," jawab andrew enteng saja.

"Without telling us," sambar papanya dengan tangan terkepal menahan marah.

"I am telling you right now, Pa. Bukan aku gak mau langsung bilang ke kalian, tapi, kemarin hal itu terjadi spontan aja. I know I want to spend my entire life with her dan rasanya konyol aja kalau menunda hal yang sudah pasti. Aku bahkan gak merencanakan. It just come straight through my mouth ...." Andrew membela diri.

"Kenapa gak ajak Ashley ke sini?" tanya mamanya.

"Ada operasi besar dan dia jadi part of the team. Aku juga besok udah harus pulang."

Cakra tampak memijat-mijat keningnya. "Kapan?" tanyanya pada akhirnya.

"Apanya? Wedding-nya?" Andrew malah balas bertanya.

"No, kapan kita liburan bareng?

Ya kami tanya kapan rencana nikahnya, Adrewww!!!" balas Shane kesal.

Andrew tertawa. Menyesap wine sejenak sebelum menjawab. "Haven't decided it yet. Kami masih terlalu sibuk untuk urus pernikahan. Tapi, kuharap gak sampai tahun depan."

Cakra berdecak keheranan. "Dan kamu gak nanya kakak kamu dulu sebelum memutuskan hal besar kayak gini?"

"Gak ada hubungannya sama aku," jawab Darren kaku. "Aku bukan Ashley. Kan bukan aku yang mau dia ajak nikah," tambahnya lagi.

Lagi-lagi Andrew tergelak. "Ya, aku juga gak ada niat buat ngelamar Kakak. No thanks!"

Pembicaraan di meja makan tadi ternyata malah berbuntut panjang bagi Darren. Dia heran saat mamanya tiba-tiba saja mengetuk pintu kamar dan duduk di sebelahnya saat dia sudah bersiap untuk tidur.

"D ...." gumam Shane sambil menyenderkan kepala di bahu anaknya.

"Lagi gak berantem sama papa kan sampai mama kabur ke sini?"

Miss AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang