Prolog

1.8K 139 13
                                    

"Saat kita bertemu lagi di hari yang cerah

Aku akan memberimu bunga-bunga itu"

'Freesia' Bolbbalgan4



Fio tidak akan pernah tahu, saat matahari bersinar terik di lapangan rektorat ada seseorang yang menatapnya penuh rasa penasaran.

..

Motor matic hitam keluaran Jepang itu melaju dengan kecepatan di atas rata-rata, melewati banyak kendaraan yang melaju tak kalah cepat. Seakan tertantang dan punya nyali lebih, si pengendara mulai berani menambah kecepatan dengan gerakan zig-zag yang begitu mulus. Tenang, ia berpengalaman. Sejak kecil sudah akrab dengan kendaraan roda dua ini, lihat seringai bangga miliknya karena berhasil melewati truk besar tadi.

Fiona Minerva, mahasiswa semester tiga sastra inggris di salah satu Universitas Negeri. Orang-orang terbiasa memanggilnya Fio, karena memang suka dipanggil begitu. Fio terdengar lebih sederhana dibanding Fiona tidak peduli itu seperti nama anak laki-laki. Toh, di rumah juga ia dipanggil begitu.

Ponselnya berdering, terasa sekali karena dia meletakannya di saku celana. Fio mengumpat dalam hati, ia tahu siapa pelaku yang tak berhenti membuatnya terganggu diperjalanan. Orang itu tidak sadar atau pura-pura lupa sih, jelas-jelas menelpon sambil membawa motor adalah kesalahan. Dasar tidak percayaan sekali dirinya di jalan.

Fio mulai menurunkan kecepatan motor setelah berbelok ke kompleks perumahan, jalannya tidak terlalu besar maka dia harus hati-hati. Dua belokan lagi tujuannya akan sampai di rumah yang nyaris setahunan ini Fio hapal mati. Cat pagar warna abu-abu dengan tanaman menjalar, begitu kontras dan mencolok diantara rumah-rumah yang lain.

Dibalik helm hitamnya, Fio masih sempat meringis mengetahui kehadiran seseorang di depan pagar rumah tersebut. Sosok itu terlihat gusar dengan helm mengapit di lengan, ia terlalu fokus dengan ponsel sampai tak sadar motor hitam milik Fio berhenti tepat didepannya.

"Pip Pip!" dengan jahil cewek itu membunyikan klakson dengan suaranya, jangan lupakan nada sok imut yang membuat muntah. Ia tertawa keras karena orang itu berhasil dikagetkan, mana reaksinya berlebihan sekali (terlompat sampai menabrak pagar di belakangnya). Orang itu terlihat marah sampai kedua alisnya menyatu, tapi Fio mana mau peduli. "Tumpangannya mas..."

"Bacot." Balas si lawan bicara dan seenak jidat duduk di belakang. Tentu tingkahnya ini membuat Fio panik, masa dia yang bawa motor! "Eh, eh, kok duduk di belakang? Gantian dong bawa motornya, capek ini ngegas!"

"Cepet jalan, udah telat."

Fio mendengus, untung saja waktu mepet kalau tidak ia siap berdebat tentang siapa yang harus mengendarai motor ini. "Pegangan pak bos, gue ngebut soalnya." Tanpa menunggu aba-aba, cewek itu menarik gas tanpa kira-kira tidak peduli makian yang disuarakan sang penumpang.

...

Namanya Faresta Pranadipa, pelanggan tetap 'ojek' Fio. Anaknya pendiam kalau nggak dekat-dekat amat, cenderung menutup diri. Temannya saja cuma yang dari SMA dan kebetulan satu jurusan. Jadi bisa dibilang Fio ini orang baru dikehidupan Fares. Atau kalau mau yang lebih spesial lagi, teman berkelamin cewek pertama untuk cowok itu.

Sebenarnya Fio sering bilang ke Fares tentang mempunyai kendaraan pribadi akan lebih efektif dibanding numpang. Tapi cowok itu cukup keras kepala tentang mempunyai kendaraan sendiri. "Ada elo juga kenapa gue harus punya motor sendiri?" dan Fio pengen geplak kepala itu sampai memar.

Bagi Fio, Fares adalah cowok aneh yang punya ketakutan berdekatan dengan cewek. Kalau terpaksa berurusan, dia bakal irit bicara dan tidak menatap mata si lawan bicara. Ekspresi canggungnya kelihatan sekali, entah karena apa dia bertingkah seperti itu. padahal dengan wajah begitu pasti banyak cewek yang mau dekat.

Fio nggak munafik kalau Fares itu ganteng, senyumnya manis, ada lesung pipi kecil pula, dan matanya... Fio suka banget sama mata cowok itu. dibalik kacamata bulat, ada sisi charming yang orang-orang nggak tahu mengenai matanya. Sayang banget banyak yang nggak sadar tentang hal itu. Fares kemana-mana selalu pakai kacamata, mana poninya suka diturunin pula. Memang tidak pintar memanfaatkan karunia Tuhan.

Menjadi tukang ojek sekaligus teman untuk Fares sebenarnya banyak senangnya. Cowok itu sering traktir, ngajak jalan kalau lagi gabut jadinya kan Fio ngerasa nggak jomblo-jomblo amat, mana tiap bulan dibayar 50 ribu di luar uang bensin buat jadi ojek pribadi, padahal yang bawa motor selalu Fares kecuali telat atau cowok itu lagi malas. Susahnya sih karena Fares pemaksa dan harus diturutin, jadi mereka berdua suka berantem karena hal-hal sepele.

Biar suka berantembegitu, Fio tetap senang jadi teman cewek satu-satunya untuk Fares. Ingat, satu-satunya!

prolog - end


Couple random macam apa ini?

XX - Mark x YejiWhere stories live. Discover now